Pages

Monday, October 12, 2015

Review Novel: A Week to Forever - Stephanie Zen

A Week to ForeverA Week to Forever by Stephanie Zen
My rating: 4 of 5 stars

Judul: A Week to Forever
Penulis: Stephen Zen
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 248 halaman
Terbitan: Agustus 2014

Amaya Jasmine Koesoemo tak pernah menduga, satu minggu bisa mengubah seluruh jalan hidupnya.

Tujuh hari. Seratus lima puluh empat jam. Dan bum! Semua masa depan yang telah Amaya rancang bersama Caleb buyar begitu saja.

Pertemuannya kembali dengan Dirgantara Hidayat setelah enam tahun berselang, ternyata mampu membangkitkan kembali kisah lama di antara mereka, kisah yang dulu diakhiri bahkan sebelum sempat mereka mulai.

Dan kini kisah itu menuntut haknya kembali.

Satu minggu business trip di Singapura. Pertemuan tak sengaja dengan Dirga yang berlanjut dengan pertemuan-pertemuan berikutnya, dan semua kenangan di antara mereka mendesak keluar tanpa ampun.

Beranikah Amaya mempertaruhkan masa depannya demi masa lalu yang belum tuntas? Meninggalkan tunangan yang mencintainya dan rencana pernikahan yang telah disusun begitu rapi hanya demi memberikan kesempatan bagi satu minggu itu untuk menjadi selamanya?

Review

Dalam perjalanan tugasnya ke Singapura, Jasmine bertemu kembali dengan Dirga, seorang pria muda yang memiliki makna khusus bagi masa lalu gadis itu. Di Singapura jugalah, sekali lagi, Jasmine bergulat dengan perasaannya sendiri, dengan masa lalu yang belum selesai, serta kenyataan bahwa dia kini telah memiliki tunangan yang akan menikahinya.

Ini rasanya novel Chrom/Metropop pertama yang kubaca. Perpaduan nuansanya cukup menarik. Kehidupan di kota besar + rasa kristiani yang kuat. Unsur glamornya Metropop jadi tidak begitu terasa, sih, sebenarnya :)).

Ceritanya cukup bagus. Konfliknya bukan cuma tentang si cewek sudah punya tunangan, tapi juga soal perbedaan usia, cara memandang cinta, serta apa saja yang sebaiknya diperhatikan dalam memilih pasangan hidup?

"[...] Bahwa 'sekadar suka' nggak bisa dijadikan alasan untuk pacaran, apalagi menikah. Aku buth mencari penolong yang sepadan, yang bisa mengimbangiku, dan yang terutama, yang benar-benar mencintai Tuhan dengan sepenuh hatinya." (hal. 161)


View all my reviews

No comments:

Post a Comment