Rss Feed
  1. Chocolate and PeanutChocolate and Peanut by Ali Achmad Zainuri
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: Chocolate and Peanut
    Penulis: Ali Achmad Zainuri
    Penerbit: Penerbit DAR!
    Halaman: 156 halaman
    Terbitan: Agustus 2014

    Deny dan Alka merupakan siswa Kelas Sastra. Semua lulusan kelas itu berprestasi dahsyat. Sebut saja Karren, jebolan kelas sastra yang akhirnya menjadi dosen di daerah Depok. Atau Nilami, penulis andal yang karyanya terkenal sampai seluruh dunia. Ada juga Iani, rektor termuda di Indonesia. Begitu mereka semua pertama kali masuk kelas, pelajaran pertama yang disampaikan gurunya adalah, Di sini, kalian bukan untuk bermain-main, tapi untuk menggebrak dunia dengan tulisan kalian.

    Meskipun begitu, Deny dan Alka sama seperti remaja kebanyakan. Masih senang bercanda dan bermain-main. Keduanya memang baru menjalin persahabatan. Namun hubungan mereka sangat unik. Setiap Deny memanggil Alka, `Chocolate!` maka Alka akan membalas dengan `Peanut.` Keasyikan mereka berpusat di sekolah: di dalam ruang kelas dan kegiatan ekstrakurikuler. Setelah sekolah, Deny dan Alka saling mengunjungi rumah masing-masing, bahkan demi memenuhi sebuah tugas, mereka mesti sibuk berdua di dapur! Coba bayangkan bagaimana keriuhan mereka.

    Wah, mengapa Deny dan Alka saling menyapa dengan sebutan `Chocolate` dan `Peanut`, ya?

    Review

    Yeah, saya baca buku dari Pink Berry Club. Judge me.

    Btw, buat yang tidak tahu PBC itu apa, ini saya kutipkan dari FB-nya:
    PINK BERRY CLUB adalah seri lanjutan KECIL-KECIL PUNYA KARYA. khusus buat penulis yang sudah melewati usia 12 tahun

    Yah, bisa dibilang buku untuk pembaca usia SMP gitu kali yah. Di atasnya Kecil-Kecil Punya Karya, tapi masih di bawahnya teenlit.

    Saya punya pengakuan bahwa saya tertarik untuk baca buku ini sejak membaca ulasan oleh salah seorang teman. Di ulasan itu, dia bilang kalau buku ini ada nuansa... uhukgayunganuhuk. Dan mengingat bahwa ini diterbitkannya oleh Pink Berry Club, yang notabene untuk remaja usia awal, saya langsung memasukkan buku ini ke daftar "to-read".

    Dan setelah selesai membacanya, saya hanya bisa bilang: "Dasar (self proclaimed) fujoshi." *kabur.

    Nggak ada hal-hal yang "aneh" di buku ini kok. Biasa-biasa aja. Beneran.

    Saya agak susah mau menilai buku ini. Secara keseluruhan, isinya masih berada dalam area ekspektasi saya. Nuansa ceritanya "rame", bahasanya sederhana dan masih kurang rapi, kadang ada bahasa Inggris yang penempatannya canggung, plotnya tidak fokus, serta terlalu banyak adegan dan pengenalan karakter yang tidak penting. Tapi, sekali lagi, semuanya itu masih berada dalam area ekspektasi saya.

    Bahasanya kadang terlalu gaul, tapi kadang terlalu formal. Untuk plotnya, tidak ada satu plot besar yang merangkul seluruh cerita. Plotnya lebih bersifat: masalah A -> pemecahan -> masalah B -> pemecahan -> masalah C -> pemecahan -> dst. Pemecahannya juga terkesan instan.

    Eh, tapi bukan berarti tidak ada yang saya suka dari buku ini ya. Saya suka dengan konsep SMP-nya yang langsung dibagi berdasarkan peminatan. Ada 4 peminatan di sini. Sastra, olah raga, budaya, serta musik. Saya juga suka dengan ilustrasinya yang sangat manga-ish, yang memang terasa pas dengan nuansa ceritanya. Oh, satu lagi. Ternyata dari dulu sampai sekarang masih ada hal yang belum berubah. Anak SMP masih suka manggil temannya dengan nama bapak si teman :v.

    Secara keseluruhan, bacaan yang tidak bisa ditanggapi terlalu serius. Kalau sering baca novel untuk dewasa, jangan berharap akan menemukan tema atau gaya bercerita seperti itu di buku ini. Kalau untuk bacaan anak-anak/remaja awal, saya rasa masih cocoklah.


    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment