-
Review: Ciuman Di Bawah Hujan - Lan Fang
Wednesday, December 28, 2011
Ciuman Di Bawah Hujan by Lan Fang
My rating: 2 of 5 stars
Ketika saya menutup novel "Ciuman Di Bawah Hujan" ini, timbul satu pertanyaan di benak saya. "Apakah Lan Fang sudah tidak berniat untuk menulis novel ini ketika dia menyelesaikannya?"
Bagian awal novel ini memperkenalkan kita pada Fung Lin, seorang wartawati keturunan Chinese, yang sedang meliput diskusi kumpulan cerpen para TKW Indonesia. Di sana dia bertemu dengan Ari, si politisi bermata matahari yang tidak pernah mampu menangkap asap. Dari sinilah hubungan mereka berdua mulai terbentuk.
Di bagian awal cerita, pembaca dibuat "mencium" aroma percintaan antara Fung Lin dan Ari. Tetapi hal ini tidak pernah terjadi. Hubungan antara Fung dan Ari terasa mengambang. Bukan percintaan, mungkin lebih ke arah TTM. Tapi tiba-tiba hubungan itu menghilang begitu saja dan fokus pada tokoh Ari tiba-tiba berpindah ke Rafi, politisi berkaki angin yang terjebak basah gerimis dan tiba-tiba saja tumbuh benih percintaan antara Rafi, yang menyalip peranan Ari sebagai tokoh utama pria, dengan Fung Lin. Ari? Uh... Entahlah. Dia tiba-tiba saja menghilang.
Menjelang akhir cerita, Fung tiba-tiba saja berhenti dari pekerjaannya sebagai wartawati freelance dan melamar sebagai kasir di sebuah depot. Ketika bekerja di depot inilah, Fung tiba-tiba saja diserang oleh segerombolan tikus (benar-benar tikus. Bukan tikus-tikusan). Di saat diserang inilah, Ari untuk pertama kalinya menolak permohonan Fung dan sebagai gantinya, Rafi lah yang datang dan menyelamatkan Fung dari serangan para tikus.
Setelah serangan itu, Fung dipaksa untuk beristirahat di rumah dan Rafi memberinya komputer dan sepasang hamster untuk menemani hari-hari Fung Lin.
Setelah lewat beberapa waktu, sepasang hamster itu tiba-tiba melahirkan 44 anak hamster (ya, 44 saudara-saudara!!) dan tiba-tiba saja Fung bertindak gila dengan pergi ke kebun binatang dan mengumpankan kedua hamster dewasa peliharaannya kepada harimau. Setelah mengumpankan kedua hamsternya, Fung menceritakan hal ini ada Rafi tanpa rasa bersalah dan setelah beberapa percakapan singkat yang (seharusnya) menyentuh hati, Rafi tiba-tiba saja memilih untuk mundur dari dunia politik dan menjadi orang biasa.
Ada terlalu banyak tiba-tiba di dalam novel ini, serta ending yang menggantung. Ada banyak pertanyaan di benak saya. Bagaimana jadinya hubungan antara Ari dan Fung? Bagaimana hubungan Fung dan Anto sampai putus total? Bagaimana Fung dan Lie Ming putus? Akhir ceritanya terasa terburu-buru, seolah-olah ada sesuatu yang memaksa novel ini untuk tiba-tiba berakhir.
View all my reviewsPosted by Biondy at 10:36:00 PM | Labels: Membaca , Novel , Review , Review Buku |
0 comments :
Post a Comment