Rss Feed

  1. CintapuccinoCintapuccino by Icha Rahmanti
    My rating: 3 of 5 stars

    Cintapuccino bercerita mengenai Rahmi, seorang wanita 25-an yang memiliki kehidupan yang baik. Punya seorang pacar yang berkomitmen, keluarga besar yang heboh, dan juga punya usaha sendiri. Hidupnya tampak lancar, sampai dia tidak sengaja bertemu kembali dengan Nimo.

    Nimo adalah obsesi Rahmi. Sejak pertama mereka bertemu di SMA sampai kerja di perusahaan yang sama, Rahmi terus mengharapkan cinta Nimo, tapi pria itu tidak pernah berpaling padanya. Tahun-tahun berlalu dan Rahmi berusaha untuk melupakan Nimo, tapi kini dia kembali muncul di hadapan Rahmi. Apakah ini sebuah pertanda? Ataukah sebuah lelucon kehidupan lainnya?

    Cintapuccino disebut-sebut sebagai salah satu buku yang membangkitkan genre chicklit/teenlit di Indonesia. Ceritanya berfokus pada kehidupan cinta dan dilema seorang wanita.

    Salah satu keunggulan novel ini ada pada penjabaran latar belakang tokoh utama yang relatif lengkap. Dengan menceritakan berbagai kejadian yang dialami Rahmi sejak SMA sampai masa sekarang, tokoh Rahmi jadi terasa nyata dan seolah-olah adalah orang yang kita kenal. Selain itu penceritaan masa lalunya juga membentuk tulang punggung obsesi Rahmi pada Nimo walau dia telah memiliki Raka, pacarnya yang komit.

    Menuju akhir, ceritanya agak terasa membingungkan. Masalah idealisme Raka juga cukup menyebalkan. Membaca bagian akhirnya saya jadi merasa kesal sendiri pada seluruh karakter yang ada.

    Buku ini RECOMMENDED untuk penggemar kisah chicklit dan kisah cinta yang cukup rumit.

    View all my review


  2. The Alchemyst (The Secrets of the Immortal Nicholas Flamel, #1)The Alchemyst by Michael Scott
    My rating: 2 of 5 stars

    The Alchemyst bercerita mengenai 2 orang saudara kembar, Sophie dan Josh, yang tidak sengaja masuk ke dalam dunia perseteruan para dewa dan manusia abadi. Kehidupan mereka yang biasa-biasa saja berubah total ketika mereka tahu bahwa bos di tempat Josh bekerja adalah Nicholas Flamel, seorang alkemis terkenal sekaligus si manusia abadi.

    Setelah selamat dari serangan Dr. John Dee di toko buku milik Flamel, Flamel, Sophie, dan Josh terpaksa melarikan diri, berusaha untuk mengumpulkan tenaga untuk dapat merebut kembali Codex yang diambil oleh Dee, serta Perenelle, istri Flamel, yang diculik. Bagaimana mereka akan menghadapi Dee yang memiliki seorang Tetua Gelap di belakang aksi-aksinya?

    Novel yang baik biasanya langsung membawa masalah dan inti cerita sesegera mungkin, tapi selalu ada pengecualian dalam segala hal, dan buku ini adalah salah satu pengecualian itu. Bagian depannya benar-benar tanpa ba-bi-bu dan langsung memberikan banyak tokoh dan peristiwa yang membingungkan pembaca.

    Bagian awal hingga pertengahan buku ini terasa lambat dan membosankan. Jalinan peristiwa yang terjadi dari waktu Fleming, Sophie, dan Josh melarikan diri hingga kekuatan Sophie dibangunkan terasa panjang dan terlalu penuh dengan informasi-informasi yang sebenarnya bisa dipotong. Misalnya mengenai hal-hal yang dilakukan para Tetua atau manusia abadi yang berpengaruh pada tokoh-tokoh dalam sejarah. Contohnya terlalu berulang-ulang dan tidak membantu penegasan karakteristik tokoh.

    Keadaan mulai menarik setelah kekuatan Sophie bangkit, tapi cerita mengenai gerombolan Fleming dkk pergi ke Ojai kembali terasa berputar-putar dan bisa dipotong. Mungkin bagian itu dapat disimpan untuk buku selanjutnya saja.

    Secara keseluruhan, ceritanya cukup menjanjikan. Ada banyak bagian yang bertele-tele, tapi plotnya cukup menghibur dan menarik. Untuk saat ini seri The Secrets of the Immortal Nicholas Flamel ini masuk ke daftar "Drop List" saya. Mungkin saya akan baca buku-buku selanjutnya kalau ada lebih banyak waktu luang.

    View all my reviews

  3. Review Novel: Pai Yin - Lan Fang

    Wednesday, May 23, 2012

    Pai YinPai Yin by Lan Fang
    My rating: 4 of 5 stars

    Pai Yin adalah seorang gadis desa sederhana yang bekerja sebagai sekretaris di sebuah pabrik plastik di daerah Gaoshan, salah satu daerah di Kabupaten Fujian, Cina. Niko adalah seorang peranakan Cina-Belanda asal Indonesia yang datang ke Gaoshan untuk membantu menyelesaikan masalah di pabrik tempat Pai Yin bekerja. Pertemuan mereka di pabrik itu menjadi awal mula hubungan cinta mereka.

    Hubungan mereka tidak berjalan lancar karena ditentang oleh orang tua masing-masing. Orang tua Pai Yin merasa Niko hanyalah seorang Cina keturunan ke-6 yang sudah tidak lagi bermarga dan tidak mengenal adat istiadat Cina. Bagi mereka Niko adalah seorang asing.

    Di lain pihak, keluarga Niko ingin Niko menikahi seorang gadis terpelajar, berasal dari keluarga terhormat, modis, dan berada pada level yang sama dengan keluarga mereka. Bagi ayah dan ibu Niko, Pai Yin hanyalah seorang gadis desa yang terlalu sederhana dan tidak cocok untuk menjadi menantu keluarga.

    Di saat konflik Cina-Taiwan memanas, Niko harus kembali ke Indonesia karena desakan pihak orang tua dan perusahaan. Dia berjanji akan kembali untuk Pai Yin, lalu pergi meninggalkan gadis itu tanpa mengetahui bahwa Pai Yin tengah mengandung anaknya.

    Ketika Niko menepati janjinya untuk kembali, Pai Yin malah menghilang tanpa jejak. Bagaimanakah akhir kisah hubungan mereka? Mampukah Niko dan Pai Yin kembali bersatu?

    Pai Yin adalah novel kedua karya Lan Fang yang saya baca. Novel yang sebelumnya, Ciuman Di Bawah Hujan, cukup mengecewakan dan membuat saya kurang tertarik untuk melirik karya Lan Fang yang lainnya. Tapi mengingat pengalaman saya dengan V. Lestari sebelumnya, saya rasa tidak adil kalau saya menghakimi Lan Fang sebagai penulis yang buruk hanya berdasarkan satu karya saja, karena itulah saya memutuskan untuk membaca "Pai Yin" ini dan bisa dibilang buku ini merupakan perbaikan "image" saya terhadap si penulis.

    Alurnya cukup sederhana dan ringkas. Lan Fang mengangkat soal pengotak-ngotakkan etnis dan romantisme cinta dalam karyanya ini. Poin utama yang membuat cerita ini menarik adalah latar belakang sosial antar tokoh dan bagaimana nilai yang berbeda dianut keluarga kedua tokoh utama. Saat keluarga Pai Yin menganggap anak lelaki yang bekerja di Jepang, anak perempuan yang lulusan universitas, dan sebuah rumah beton bertingkat 4 adalah sebuah kehormatan, keluarga Niko menganggap kehormatan keluarga datang dari tingginya pendidikan dan pola hidup yang mereka pandang terhormat.

    Ending ceritanya terasa kurang, karena pertemuan mereka terasa terlalu cepat dan kurang dramatis. Mengingat sebelumnya cerita ini diikutkan penulis dalam lomba cerber Femina (dan juga merupakan pemenang lomba tersebut), mungkin akhir yang terburu-buru ini dikarenakan faktor pembatasan jumlah kata/halaman sebagai syarat lomba.

    Satu hal lainnya yang terasa mengganggu dalam cerita adalah kata-kata dalam bahasa Belanda yang tidak memilik penjelasan. Seperti spreken friend (yang saya tebak sebagai teman bicara), meisje (anak perempuan/gadis, kalau yang ini kebetulan saya tahu), getrouwd (alias menikah, menurut Bang Google Translate), atau jullie (kamu/Anda) yang muncul berkali-kali dalam cerita.

    Secara keseluruhan, buku ini bisa dikategorikan sebagai bacaan ringan (ceritanya hanya sampai halaman 117). Cocok untuk mengisi waktu luang dan untuk orang yang suka membaca cerita tentang persilangan budaya.

    3.5/5 bintang.

    View all my reviews

  4. Siapa penggemar Mas Nicholas Sparks di sini? Ayo angkat tangan terus joget Iwak Peyek. Nah, kali ini saya mau bagi-bagi 1 novel Nights in Rodhante karya Mas Nicholas Sparks ini. Bukunya masih baru loh. Masih disegel. Masih ting-ting. Dijamin.

    Nah, ini dia penampakan bukunya:

    Sinopsis:
    Pada usia 45 tahun, Adrienne Willis mesti menata kembali hidupnya setelah suaminya meninggalkannya untuk wanita yang lebih muda. Masih dengan kesedihan mendalam, ia menerima tawaran seorang teman untuk menjaga penginapan di Rodanthe, kota pantai kecil di Carolina Utara.

    Ketika badai besar mengarah ke kota itu, tampaknya Adrienne akan terisolasi di sana, namun ternyata ada seorang tamu yang datang. Paul Flanner. Paul, dokter berusia 54 tahun, telah menjual praktiknya dan datang ke Rodanthe untuk berdamai dengan dirinya dan masa lalunya. Dua orang yang sama-sama "terluka" ini menemukan penghiburan satu sama lain, dan kebersamaan pada satu akhir minggu itu mengubah banyak hal dalam hidup mereka.

    Pertanyaan giveaway kali ini adalah:
    Kalau kamu terjebak di sebuah penginapan di daerah terpencil, kamu maunya terjebak dengan siapa? Kenapa? 
    Aturan giveaway:

    1. Peserta berdomisili di wilayah Indonesia.
    2. Silahkan mengisi kolom rafflecopter di bawah.
    3. Jawab pertanyaan kuis di komentar post ini.
    4. Giveaway berlangsung sampai tanggal 6 Juni.
    5. Pemenang saya pilih berdasarkan kelengkapan mengisi rafflecopter dan jawaban akan pertanyaan kuis. Keputusan pemenang tidak dapat diganggu gugat.
    6. Bila dalam 48 jam tidak ada respon dari si pemenang, maka saya akan memilih seorang pemenang baru.
    a Rafflecopter giveaway



    Nah, tunggu apa lagi? Ayo buruan ikut giveaway ini. Kapan lagi bisa dapat bacaan gratis?

    Selamat mengikuti :)

  5. Dari Tepi Samudra

    Friday, May 18, 2012

    Malam itu, saat bulan setuju untuk bersinar penuh di atas bumi
    Dan dinginnya angin menerpa kita berdua
    Kau dan aku duduk beriringan di atas pasir
    Bermain-main menimbulkan riak kecil di tepi luasnya samudra
    Kau tertawa pada tiga kata yang kuucapkan
    Dan aku meringis karenanya.

    Kau memberikan senyummu padaku, dan berkata
    "Aku akan kembali. Pasti."
    Aku mengangguk, menerima janji itu
    Malam itu kita habiskan dalam genggaman masing-masing.

    Sekarang, aku berdiri di sini
    Di antara lampu sorot, balon-balon, dan kembang api
    Dan setiap kali bulan menjadi mutiara langit,
    Aku kembali ingat pada hamparan tempat kita duduk bersama
    Aku mengingatnya sebatas kenangan dan memori saja
    Tidak untuk kembali ke sana.

    Karena pada kembaliku
    Yang kudapati,
    Hanya aku dan lautan.



  6. Chronicle (Ther Melian, #2)Chronicle by Shienny M.S.
    My rating: 4 of 5 stars

    "Chronicle" merupakan kelanjutan dari seri pertama "Ther Melian: Revelation". Di buku kedua ini, petualangan maju ke kondisi setelah Vrey and the geng selamat dari serangan Valadin dkk.

    Di awal buku sudah muncul kejutan tentang sosok salah satu karakter mayor yang kalau di sinetron-sinetron pasti sudah penuh dengan adegan zoom bolak-balik antara karakter itu dan teman-temannya.

    Ceritanya masih seputar Valadin dkk yang berusaha mengumpulkan Relik Elemental. Setelah memperoleh relik api dan petir, mereka maju dan mengincar relik air dan pohon. Dalam usahanya, mereka kembali bentrok dengan grup Vrey dan pertarungan pecah di sana-sini.

    Di buku ini bertaburan ledakan, perkelahian, twist pada alur, serta orang yang terluka dan pingsan. So far still so good. Ada beberapa dialog yang agak "cheesy" seperti:

    Valadin: "Aku tahu satu hal yang akan membuat matahari terbenam ini terlihat lebih indah."
    Vrey: "Apa itu?"
    Valadin: "Kalau kamu duduk di sebelahku dan menikmatinya bersamaku." (hal. 299)
    Gue: .....
    Sejak kapan Valadin jadi Casanova begitu?

    Di buku ini saya merasa ada sedikit sindrom "His Dark Material". Sindrom yang saya temukan setelah membaca trilogi Om Phillip Pullman. Sindrom ini membuat tokoh female fatale pada cerita jadi lemah dan terlalu lovestruck. Vrey terasa agak mundur ke belakang kali ini dan panggung utama menjadi milik Aelwen (alias si Leighton), atau memang sengaja diberikan pada Leighton oleh si pengarang yah?

    Secara keseluruhan, plusnya adalah sudah tidak ada typo seperti di buku 1 dan alur yang memerangkap pembaca. Minusnya adalah: karakternya agak terasa kurang gimana gitu. Vrey agak kurang swag-nya, Valadin agak playboy mode on. Yah, mari kita lihat mereka akan jadi seperti apa di buku ke-3 nanti.

    View all my reviews


  7. The Master of GoThe Master of Go by Yasunari Kawabata
    My rating: 5 of 5 stars

    "The Master of Go" bercerita tentang seorang Master di bidang igo yang memainkan game terakhirnya melawan seorang penantang muda yang merupakan produk dari zaman baru.

    Honinbo Shusai (sang "Master of Go") berhadapan dengan Kitani Minoru (dalam cerita nama Kitani dirubah menjadi Otake) dalam 1 babak terakhir sebelum sang Master pensiun.

    Dalam pertandingan kali ini, Otake meminta penggunaan peraturan baru yang mengharuskan pemain menyegel langkah terakhir sebelum maju ke babak selanjutnya. Hal ini merupakan perubahan dari peraturan lama yang memungkinkan sang Master untuk menghentikan permainan dan mempelajari langkahnya terlebih dahulu. Permintaan Otake ini menjadi titik awal dari era lama vs. era baru yang menjadi inti cerita dari novel ini.

    Yasunari Kawabata membawa kita dalam pertandingan nyata pada tahun 1938 dengan mencampurkan elemen fiksi di dalamnya. Membuat novel ini menjadi sebuah novel semi-fiksional yang menarik. Kita bisa melihat bagaimana perjuangan sang Master melawan penyakit dan usia renta serta pertarungan rumit melawan si penantang mudanya. Sementara si penantang sendiri berusaha untuk melawan rasa tegang serta frustasinya menghadapi otoritas dan tradisi era lama.

    Satu hal utama yang saya suka dari novel ini adalah penggambaran yang digunakan Yasunari Kawabata untuk menggambarkan kondisi lingkungan atau karakternya.

    Misalkan tentang kondisi alam saat pertarungan berlangsung:
    "The squall soon passed. A mist trailed over the mountain, and the sky brightened from the direction of Odawara, down the river. The sun struck the rise beyond the valley, locusts shrille, the glass doors at the veranda were opened again. Four black puppies were sporting on the lawn as Otake played black 73. Once more the sky was lightly clouded over." (halaman 87)

    atau tentang pemain:
    "His hands on his knees, the Master gazed at the opening komoku. Under the gaudy camera lights his mouth was so tightly closed that his lips protruded, and the rest of us seemed to left his world."

    "...and always, when he sat before the go board, he seemed to exud a quite fragrance that cooled and cleaned the air around him."(halaman 35).

    Kekurangan untuk buku ini ada di faktor terjemahan istilahnya. Misalnya beberapa istilah igo yang membuat saya bingung, seperti "dead end" atau "swim". Berhubung saya lebih terbiasa menggunakan istilah Jepangnya, membaca terjemahan Inggrisnya membuat saya bingung.

    Secara keseluruhan, buku ini menarik untuk dibaca baik oleh orang yang mengerti cara bermain igo, maupun yang tidak. Deskripsi yang digunakan sangat baik dan Yasunari Kawabata berhasil menggambarkan intensitas suatu pertandingan penting yang merupakan titik awal moderenisasi dunia igo.


    View all my reviews