Rss Feed
  1. Reva's TaleReva's Tale by Ruby Astari
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: Reva's Tale
    Penulis: Ruby Astari
    Penerbit: Ice Cube Publisher
    Halaman: 202 halaman
    Terbitan: Mei 2015

    Alkisah, di sebuah kastil di daerah pinggiran kota, hiduplah Sang Raja beserta Sri Ratu dan kedua putri mereka, yang masing-masing bergelar Tuan Putri dan Penjaga Kastil.

    Selain mereka, di dalam kastil itu tinggal pula Pangeran Kecil, bocah tampan, baik hati, dan polos, putra semata wayang Tuan Putri.

    Siapa ayahnya?

    Sang Monster.


    Setelah tiga tahun tidak bertemu. Jenar tidak menemukan ada perubahan dalam diri Reva, sahabatnya. Reva masih suka menulis cerita, bicaranya selalu ceplas-ceplos, dan hubungan cewek itu dengan kakaknya tetap buruk. Namun sejak kecelakaan yang menimpa keponakan kesayangannya dan disusul oleh kematian sang ayah, Reva menutup diri, kabur dari rumah, dan menolak berkomunikasi dengan siapa pun. Jenar berusaha menghubungi sahabatnya itu dengan berbagai cara, termasuk lewat Facebook, media sosial yang paling sering digunakan Reva. Dari situ Jenar menemukan kumpulan dongeng yang ditulis Reva, tentang Kastil Sunyi dan para penghuninya. Tapi… kenapa intrik dalam dongeng itu sangat mirip dengan apa yang terjadi dengan keluarga Reva? Apa ada hubungannya dengan alasan Reva kabur dari rumah?

    Review

    "Reva's Tale" bercerita tentang Reva, seorang gadis yang tinggal di sebuah rumah yang dia sebut 'Kastil Sunyi'. Dia menuangkan seluruh perasaannya tentang rumah itu dalam cerita-cerita pendeknya. Tidak tahan lagi dengan kondisi di rumahnya, Reva akhirnya pergi dari rumah dengan menyisakan banyak teka-teki bagi Jenar, sahabatnya.

    Suka banget sama ceritanya. "Reva's Tale" terasa berbeda dengan novel YARN lainnya karena tema misteri/kriminal yang diangkat. Ya, kesannya Jenar di sini seperti seorang detektif amatir yang menyelidiki masalah keluarga Reva.

    Gaya berceritanya yang memadukan narasi dunia nyata dengan narasi cerpen Reva, yang menggambarkan kondisi keluarganya, enak untuk diikuti. Keduanya saling melengkapi dan membuat pembaca bertanya-tanya, apakah yang Reva tulis memang benar? Ataukah ada misteri yang lain lagi?

    Untuk teknik penulisan, kulihat kata 'di mana/dimana' sebagai kata penghubung kembali muncul di sini. Seperti yang sudah saya tulis di review-review sebelumnya, kata penghubung ini kurang tepat. Lalu, kalau cek di kamus, yang benar itu 'kastel', bukan 'kastil'.

    Secara keseluruhan, saya suka dengan novel ini. Saya suka dengan ceritanya, suka dengan misterinya, suka dengan tokoh Reva dan Jenar. Mungkin ceritanya bisa lebih diperpanjang sih, supaya tokoh-tokohnya bisa lebih digali dan menimbulkan lebih banyak tanda tanya dalam misterinya.

    Orang luar memang banyak yang bisanya hanya menghakimi tanpa mau mengerti. Tapi, nggak masalah, kan, kalau kitanya percaya diri? Mereka bukan Tuhan, kok. Mereka juga nggak sempurna, hanya munafik aja. - Reva (hal. 147)


    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Young Adult Reading Challenge
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge
    - 2015 100 Days of Asian Reads Reading Challenge


    View all my reviews

  2. Swiss: Little Snow in ZürichSwiss: Little Snow in Zürich by Alvi Syahrin
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: Swiss: Little Snow in Zürich
    Penulis: Alvi Syahrin
    Penerbit: Bukuné
    Halaman: 308 halaman
    Terbitan: Juli 2013

    "Swiss: Little Snow in Zürich" bercerita tentang Yasmine, seorang gadis keturunan Indonesia-Swiss. Yasmine dibawa ke Swiss oleh ayahnya setelah ibunya meninggal. Di Swiss inilah dia bertemu dengan Rakel, seorang pria yang membuatnya jatuh cinta, serta Elena dan Dylan yang menjadi sahabatnya.

    Awalnya hubungan Yasmine dengan Rakel dan kedua sahabatnya berjalan mulus. Namun, tampaknya ada sesuatu di antara ketiga orang itu yang tidak Yasmine ketahui. Sesuatu yang dapat memengaruhi hubungan mereka berempat.

    Review

    "Swiss: Little Snow in Zürich" ini membawa sebuah tema yang sebenarnya "biasa" dan mungkin sudah cukup sering dijelajahi oleh penulis lainnya. Tentang seorang gadis yang jatuh cinta pada seorang pria, lalu terseret ke dalam masa lalu kelam pria itu. You get the man, you get the dark side. Satu paket. Lalu ada juga tentang persahabatan dan teman-yang-ternyata-suka.

    Alvi membawakan sentuhan kota Zürich, serta gaya tulisan yang liris-melankolis sebagai bumbu dalam cerita ini. Saya suka dengan gaya menulisnya ini. Saya juga suka dengan prolog dan epilognya yang mengambil sudut pandang sebutir salju yang jatuh. Efek melankolis di novel ini kerasa banget, ya. Apalagi penulisnya memilih musim gugur dan dingin, palet yang membuat perasaan tambah sendu.

    Yang saya kurang suka dari novel ini adalah gaya POV-nya. Butuh sedikit usaha untuk mengikuti POV-nya karena penulisnya memakai gaya Omniscient (POV tahu segala). Selain karena bergerak dengan terlalu lincah dari satu karakter ke karakter lainnya, saya juga merasa suara para tokohnya terlalu mirip. Yasmine, Rakel, Elena, dan Dylan tidak punya kepribadian yang bisa membuat saya langsung paham ini narasinya siapa.

    Secara keseluruhan, saya suka dengan novel ini. Ceritanya sederhana, tapi gaya narasinya lumayan enak. Saya suka banget sama ilustrasi di dalamnya. Jadi pengin ke sana setelah lihat ilustrasi tempat-tempat yang seperti keluar dari buku dongeng.

    ... salju yang membekukan,
    angin yang menusuk-nusuk tulang,
    jika cinta adalah dongeng yang indah,
    mengapa harus ada rasa sakit di dalamnya? (hal. 116)


    Buku ini untuk tantangan baca:
    2015 Young Adult Reading Challenge
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge
    - 2015 100 Days of Asian Reads Reading Challenge


    View all my reviews

  3. Bea Tunangan, Euy!Bea Tunangan, Euy! by Anjar Anastasia
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: Bea Tunangan, Euy!
    Penulis: Anjar Anastasia
    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
    Halaman: 176 halaman
    Terbitan: September 2011

    Awalnya Bea dan Ramol memang dijodohkan oleh orangtua mereka. Walaupun sempat sebal—hari gini kok masih ada perjodohan—akhirnya mereka menerimanya. Keduanya cocok dan saling mencintai. Maka ketika diminta bertunangan, Bea dan Ramol menyetujui.

    Namun, satu bulan menjelang Hari H, justru godaan dan cobaan hadir di antara mereka. Cilla, teman kuliah Ramol, bikin Bea cemburu. Sementara Igen, teman Bea sesama pengurus mading, kesengsem sama Bea.

    Lalu, bagaimana usaha keras Ramol agar tidak terbawa perasaan sekaligus tidak menyinggung perasaan Cilla? Dan bagaimana juga usaha Bea menguatkan hati agar selalu setia pada Ramol sementara ada Igen yang tulus memperhatikannya?

    Review

    "Bea Tunangan, Euy!", sesuai judulnya, bercerita tentang Bea, seorang murid SMA, yang akan segera bertunangan dengan Ramol, seorang anak kuliahan yang akan berangkat ke Amerika untuk melanjutkan kuliahya.

    Dari segi cerita, temanya mengingatkan sama Tunangan? Hmm...-nya Agnes Jessica. Hanya saja pendekatannya berbeda. Kalau di "Tunangan? Hmm..." kedua tokoh utamanya kan saling tidak suka, sementara di sini, Bea dan Ramol sudah saling suka.

    Ceritanya bagus, walau kurasa orang akan terbagi dua waktu membacanya. Merasa "Oh, so sweet.", atau "Dih, apaan sih? Masih SMA sudah tunangan. *putar bola mata".

    Saya sih suka dengan kedua tokohnya, khususnya Bea yang terasa realistis dalam menghadapi pertunangannya. Rasa bingung dan tidak yakinnya terasa pas dengan usianya yang masih muda.

    Yang bikin saya kurang sreg dengan novel ini adalah gaya bahasanya. Penggunaan kata tidak baku di narasi, walau kurasa ini khas teenlit, membuat saya kurang nyaman membacanya. Dialognya juga banyak yang rasanya bisa dipangkas karena terasa kurang penting.

    Secara keseluruhan, buku ini cukup oke buat saya. Ceritanya diolah dengan cukup baik. Sayangnya, gaya bahasanya bukan selera saya.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Young Adult Reading Challenge
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge
    - 2015 100 Days of Asian Reads Reading Challenge


    View all my reviews

  4. Cinta Pertama - Bagian Empat

    Monday, May 25, 2015



    Lanjutan cerita dari Octaviani Nurhasanah di blog http://octavianinurhasanah.net/




    Arsenius Kuntowijoyo. Itu aku. Arsenius berarti ‘jantan’. Ayah yang memberikan nama itu, dengan doa agar aku akan tumbuh menjadi laki-laki penerus nama dan usaha beras cap Kuntowijoyo. Tapi, kurasa, hanya satu dari dua harapan itu yang akan terpenuhi.

    Bicara soal nama sebagai doa, ada satu orang lagi yang tampaknya jauh dari harapan orangtuanya. Namanya Putri, temanku sejak kecil. Aku ingat pernah bicara dengan ibunya. Tante waktu itu bilang, dia memberi nama Putri dengan harapan agar anaknya tumbuh menjadi seorang gadis yang elegan.

    Put, itu baju kamu ada robeknya di bagian belakang. Besar pula. Ganti sana. Masa keluar pakai baju kayak gitu.

    Berperilaku baik.

    Putri! Jangan lari kamu! Kamu lompat pagar lagi hari ini karena telat, kan? Putri! Tunggu!

    Serta anggun.

    Put, kalau makan itu, nggak perlu disuapin ke baju. Itu kemeja sampai penuh noda kecap.

    Belakangan ini ada perubahan yang terjadi pada dirinya. Dia berusaha tampil lebih rapi. Dia juga lebih kalem. Awalnya kukira dia kesambet, ternyata alasannya lebih klasik. Cowok.

    “Sen, ini bajunya sudah oke, kan?” tanya Putri.

    Aku mengamatinya sekali lagi. Sebuah atasan tanpa lengan warna biru tua, serta rok garis-garis putih-biru tua yang panjangnya sedikit melewati lutut.

    “Bagus. Percaya, deh,” jawabku.

    Ini hari besar baginya. Setelah cukup lama berusaha mendekati Banu, Putri akhirnya memutuskan untuk maju duluan dan menyatakan perasaannya. Dia meminta bantuanku untuk menyiapkan penampilan terbaik untuknya.

    Saat sudah selesai, Putri meninggalkan rumahku dan pergi ke tempatnya janjian dengan Banu. Aku melirik ponselku. Sore ini juga hari besarku.

    Jam 15.00, kukeluarkan sepedaku dan kukayuh ke ‘Kafe Rakyat’, tempat nongkrong yang baru dibuka dan langsung jadi favorit di desa yang semakin terasa seperti kota kecil ini. Di sana Karin menunggu jawabanku.

    Dia memintaku menjadi pacarnya seminggu yang lalu.

    Karin sudah ada ketika aku sampai. Dia tersenyum saat melihatku duduk. Aku bisa merasakan kegugupannya. Perutku sendiri mulai terasa bergejolak.

    “Mau pesan apa?”

    Aku menggeleng. Lebih baik aku melakukan ini secepat mungkin. “Karin, aku tidak bisa jadi pacarmu.”

    Karin tertegun. Senyum di wajahnya lenyap. “Kenapa?”

    “Kamu tahu alasannya,” kataku. “Aku berniat pergi dari sini setelah lulus.”

    Aku sudah memikirkan ini matang-matang. Aku bercita-cita menjadi seorang desainer pakaian. Mungkin orang-orang akan berpikir kalau aku gay atau semacamnya karena impianku ini, tapi tidak begitu. Toh, tidak semua desainer cowok itu gay. Ralph Lauren atau Roberto Cavalli misalnya. Mereka menikahi wanita. Aku suka pada wanita. Aku suka membuat pakaian yang dapat membuat mereka tampak lebih indah.

    Pakaian Putri hari ini adalah kreasiku. Mungkin hanya Putri, Karin, dan Ibu yang tahu tentang keahlianku ini. Aku yakin Ayah tidak akan setuju dengan pilihanku. Gaya berpikirnya... masih sedikit kuno. Baginya membuat pakaian adalah ‘pekerjaan perempuan’, atau orang yang kepepet biaya hidup.

    “Jahat. Padahal kamu bilang akan berjuang untuk mendapatkanku.”

    “Karin—”

    Karin berdiri, lalu berlari meninggalkanku seorang diri. Karin, aku menyukaimu, tapi aku tidak yakin tentang ‘kita’ untuk saat ini. Jalan yang kuambil akan sulit untuk dilalui. Aku tidak mau kamu menunggu tanpa harapan yang pasti.

    Ponselku bergetar. Aku tersentak dan menariknya keluar dari saku. Pesan dari Putri. Aku membukanya dan tertegun saat membaca SMS-nya.




    Cerita dari perwakilan #TimCintaPertama di online festival #LoveCycle Gagas media.

    Simak kelanjutan ceritanya di http://rajabalmukarrom.blogspot.com/ oleh Rajab Almukarrom

  5. Second Chance Boyfriend: One Week Girlfriend Book 2Second Chance Boyfriend: One Week Girlfriend Book 2 by Monica  Murphy
    My rating: 1 of 5 stars

    Judul: Second Chance Boyfriend
    Penulis: Monica Murphy
    Penerbit: Headline Eternal
    Halaman: 320 halaman
    Terbitan: November 2013

    Lost. That one single word best describes my life at this very moment. I lost the last games of the season and both my team and my coach blame me. I lost the last two months because I drowned in my own despair like a complete loser. And I lost the only girl who ever mattered because I was afraid being with me would destroy her.

    But now I realize how truly lost I am without her. She has become my story…and even though she acts like she’s moved on, I know she still thinks about me just as much as I think about her. She’s beautiful, sweet—and so damn vulnerable, all I want to do is help her. Be there for her.

    Love her…

    If only I could convince Fable to give me a second chance. Then I wouldn’t feel so lost anymore, and neither would she. We could be found together.

    Forever.

    Review

    Spoiler Alert!



    Second Chance Boyfriend adalah buku kedua dari seri Drew + Fable. Yeah, buku kedua dan saya belum baca buku pertamanya. Novel ini hasil menang GA dan saya baru sadar kalau ternyata ini buku kedua setelah menang. Tapi, saya pikir, kalau memang cara berceritanya bagus, pasti tidak akan terlalu menimbulkan masalah. Toh, Harry Potter aja saya bacanya mulai buku ke-3.

    Gaya berceritanya memang cukup baik. Dalam artian, tidak perlu baca buku pertamanya untuk paham dengan alur buku keduanya. Ada informasi-informasi yang diberikan yang membuat saya bisa paham apa yang terjadi di buku pertama, serta apa implikasinya di buku kedua.

    Ceritanya sendiri tipe yang saya suka sebenarnya. Berkisah tentang Drew, cowok kaya dan bintang football (rugby kayaknya), yang memiliki masalah dengan ibu tirinya, serta beban mental karena merasa dirinya penyebab kematian adiknya. Lalu ada juga Fable, seorang gadis dengan ibu yang tidak bertanggung jawab. Ibunya hanya bermain-main dengan pria dan tidak bekerja, menjadikan Fable tulang punggung keluarga. Dia harus bekerja keras untuk membayar tagihan dan menghidupi dirinya dan adiknya yang masih 14 tahun, Owen.

    Di buku pertama, Drew tampaknya meminta Fable untuk menjadi pacar pura-puranya karena suatu alasan. Di buku ini, hubungan keduanya berkembang. Dimulai dengan jarak di antara mereka karena Drew meninggalkan Fable selama dua bulan, lalu perlahan kembali mendekat.

    Walau ceritanya tipe yang "gue banget", sayangnya buku ini membosankan. Ceritanya sukses bikin saya pasang wajah ini:


    Seperti di gambar pertama, cerita di buku ini terlalu fokus ke seksnya Drew dan Fable. Rasanya 2/3 buku ini dihabiskan oleh adegan ranjangnya mereka, atau mereka flirting. Kesannya penulis tidak tahu mau ngapain lagi selain manjang-manjangin cerita dengan memasukkan adegan panas.

    Saya juga masih kurang paham dengan plotnya Colin, bos barunya Fable. Kenapa dia tiba-tiba muncul dan menawarkan pekerjaan yang jauh lebih baik pada Fable? Kenapa dia bersikap protektif berlebih pada gadis itu di awal cerita, tapi terasa menghilang di akhir? Buatku bagian ini seperti kurang terencana.

    Lalu akhir ceritanya... hah, bagian ini yang paling terasa kurang. Kesannya antiklimaks sekali. Rahasia yang Drew simpan dari ayahnya ternyata tidak menghasilkan ledakan yang hebat seperti yang saya antisipasi. Kesannya ayah Drew hanya merasa, "Oh, ya sudah. Ini toh salahku", tanpa ada konsekuensi pada Drew sama sekali. Lalu bagian penyelesaian masalah dengan ibu tirinya Drew, sekali lagi, terasa tidak terencana. Tidak ada build up untuk bagian ini dan kesannya memberi jalan keluar yang mudah bagi Drew dan Fable.

    Ini buku new adult asing pertama buat saya. Sebelumnya sudah baca Interlude karya Windry Ramadhina yang digadang sebagai new adult juga, tapi levelnya jauh, bo. Jadi penasaran pengin baca new adult yang lain untuk lihat apakah "genre" satu ini memang punya jalan cerita yang seperti ini, ataukah Second Chance Boyfiend ini kebetulan saja contoh yang kurang bagus untuk new adult?

    Kalau ada yang punya saran novel NA yang bagus, tolong beri tahu saya. :D

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Young Adult Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  6. The Brief Wondrous Life of Oscar WaoThe Brief Wondrous Life of Oscar Wao by Junot Díaz
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: The Brief Wondrous Life of Oscar Wao
    Penulis: Junot Diaz
    Penerbit: Qanita
    Halaman: 380 halaman
    Terbitan: Oktober 2011

    Sungguh berat hidup Oscar, seberat tubuhnya sendiri. Seorang kutu buku dari keluarga imigran Dominika yang tinggal di New Jersey. OScar adalah pria yang lembut, tetapi sayangnya luar biasa kelebihan berat badan. Ia bermimpi menjadi the next J.R.R Tolkien dan terus menerus mendambakan cinta (dan terus menerus ditolak). Oscar mungkin tidak akan pernah menemukan cinta akibat Fuku - kutukan kuno yang menghantui keluarganya dari generasi ke generasi, yang menyebabkan mereka tertimpa berbagai kemalangan: penjara, penyiksaan, kecelakaan mengerikan, dan kisah-kisah cinta tragis.

    Ditulis secara cerdas, novel ini membuat pengarangnya dipuji sebagai salah satu novelis paling segar dan inovatif dari generasi kontemporer. Memadukan gaya penulisan postmodern, realisme magis ala sastrawan Amerika Latin dan penjelajahan lanskap pop culture, novel ini menyuguhkan sebuah bacaan yang unik, ringan sekaligus mendalam. Nakal sekaligus serius, jenaka sekaligus tragis. Novel ini akan menghibur sekaligus memaksa kita merenungi (dan menertawai) dunia kontemporer dan perjalanan sejarah yang terkadang begitu absurd.

    Review

    "The Brief Wondrous Life of Oscar Wao" bercerita tentang Oscar de León, yang kemudian memperoleh nama panggilan Oscar Wao, seorang laki-laki yang sangat kelebihan berat badan, gila pada RPG dan segala hal yang berbau fantasi, dan sulit mendapatkan wanita. Oscar menjadi antitesis dari pria Dominika. Hal ini mungkin disebabkan oleh fukú, sebuah kutukan yang mengikuti keluarga Oscar secara turun-temurun.

    Kovernya... kena sih dengan inti ceritanya. Gaya komik pada kovernya juga tepat sasaran dengan ceritanya. Tapi... kovernya kurang menarik. Saya beberapa kali melihat novel ini di obralan dan tidak pernah tertarik untuk lihat judulnya gara-gara kovernya. Baru-baru ini saya kembali menemukan novel ini di obralan, melihat judulnya, lalu baru ngeh kalau buku ini salah satu pemenang Pulitzer Prize.

    Salah satu buku dengan gaya penceritaan yang menarik, sekaligus sulit untuk dicerna. Pertama, sama sekali tidak ada tanda kutip ("), tanda yang dipakai untuk menyatakan dialog, di buku ini. Ada dialog di buku ini, tapi kesannya sama seperti narasi lainnya. Hal ini membuat novel ini terkesan seperti buku non-fiksi yang menceritakan biografi Oscar. Kedua, ada banyak sekali referensi yang membutuhkan catatan kaki dan glosarium. Selamat membolak-balik buku ini untuk bisa paham apa yang naratornya maksudkan. Ketiga, ada banyak bahasa Spanyol-slang di sini, tapi jangan khawatir, karena penerjemahnya langsung meletakkan artinya di samping kalimat-kalimat tersebut.

    Ceritanya sendiri berat dan tragis. Selain bercerita tentang kutukan yang menimpa keluarga Oscar, novel ini juga bercerita tentang era kekuasaan Rafael Trujillo, penguasa Republik Dominika selama 31 tahun.

    Oscar bukan tipe protagonis yang sepenuhnya likeable. Ada momen-momen yang membuat saya cukup kesal padanya karena gampang menyerah dan terlalu mengasihani diri sendiri. Tapi, kalau jalan hidupnya seperti Oscar, rasanya saya bisa paham kenapa dia bertingkah seperti itu. Walau tetap kesal, sih.

    Secara keseluruhan, "The Brief Wondrous Life of Oscar Wao" adalah novel yang menarik. Kisah sejarah, surealisme, dan seorang "Ghetto Nerd at the End of the World" yang terbalut dengan apik, tapi membutuhkan konsentrasi penuh dalam membacanya.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  7. Follow Your Passion: Be a WriterFollow Your Passion: Be a Writer by Dr. Saifur Rohman
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: Follow Your Passion: Be a Writer
    Penulis: Dr. Saifur Rohman
    Penerbit: Penerbit Grasindo
    Halaman: 152 halaman
    Terbitan: April 2014

    Ikutilah kata hati Anda, sebab hasrat atau passion itu akan memberikan energi yang besar untuk setiap tindakan yang Anda pilih. Jika passion mengatakan bahwa Anda harus jadi penulis:
    LAKUKANLAH TANPA RAGU!

    Siapa bilang profesi penulis itu tidak menjanjikan?
    SIapa bilang jadi penulis itu berarti siap miskin?
    Sebaliknya, jika Anda digerakkan oleh passion, menulis pun akan jadi lumbung uang Anda.

    Tidak perlu ragu. Temukan tuntunan dan panduan yang praktis, mencakup seluruh bidang penulisan di buku ini. Selain memaparkan berbagai tips di berbagai jenis tulisan, buku ini juga menuntun Anda untuk menjajagi berbagai profesi yang berkaitan dengan kepenulisan. Tunggu apa lagi: FOLLOW YOUR PASSION : BE A WRITER

    Review

    Buku ini bisa dibilang jenis buku yang beda dari buku-buku tentang menulis yang pernah kubaca. Biasanya buku tentang menulis yang kubaca lebih membahas teknik dalam menulis, seperti: latar, penokohan, dialog, dsb. Yah, kebetulan yang saya baca memang kebanyakan untuk menulis fiksi.

    Buku ini lebih banyak membahas tentang soft skill dalam menulis, seperti: pentingnya tenggat waktu, kenapa tidak baik menulis bergantung pada mood, sampai ke peluang kerja yang ada dalam dunia kepenulisan. Apakah ada bagian yang membahas tentang teknik menulis? Ada, tapi tidak detail, karena hal itu tampaknya tidak menjadi tujuan buku ini.

    Btw, untuk teknik menulis, bagian "jangan gunakan metafora lapuk" paling membekas buat saya, karena... lucu. Saran si penulis di sini adalah: gunakan metafora yang lebih baru, yang bisa didapatkan dari kehidupan sehari-hari. Contohnya: wajahnya menyegarkan seperti rujak di siang hari atau seperti minum Coca Cola, wajahnya mengingatkan aku pada rasa soto yang tidak membuatku bosan, sorot matanya yang bening itu seperti kristal, kulitnya sehalus boneka manekin. (hal. 107).

    Seriously? Mungkin untuk komedi, kali ya.

    Typo di buku ini minta ampun banyaknya. Ada huruf yang hilang, tertukar, atau tergabung dengan kalimat berikutnya. Lalu di salah satu bab ada tulisan: Foto-foto di bawah ini merupakan contoh ruang untuk artikel populer (hal. 55), tapi kemudian sama sekali tidak ada foto yang dimuat. Awalnya kukira ini masalah karena versi yang kubaca adalah e-book, tapi melihat ulasan lain, sepertinya masalah ini juga ada di buku cetaknya.

    Secara keseluruhan, buku ini 2 bintang untuk saya. Pembahasannya ringan dan memberikan sudut pandang baru untuk buku tentang menulis. Isinya juga dibagi menjadi poin-poin yang memudahkan orang untuk membaca buku ini. Saya juga suka dengan info proses penerbitan buku di Grasindo yang ada di akhir buku. Sayangnya buku ini terkesan berantakan untuk saya karena typo-nya yang terlalu banyak.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge
    - 2015 100 Days of Asian Reads Reading Challenge


    View all my reviews

  8. 100 Tahun Musik Indonesia100 Tahun Musik Indonesia by Denny Sakrie
    My rating: 5 of 5 stars

    Judul: 100 Tahun Musik Indonesia
    Penulis: Denny Sakrie
    Penerbit: Gagas Media
    Halaman: 168 halaman
    Terbitan: Maret 2015

    Bayangkan jika musik tak lagi mengisi hari-hari manusia? Mungkin, akan banyak kejenuhan di sudut tempat, atau bahkan berkurangnya alternatif untuk melipur kesedihan. Tak dipungkiri, musik adalah bagian yang tak terpisahkan bagi jiwa.

    Banyak peristiwa musik di Indonesia yang terjadi dalam kurun waktu 100 tahun. Mulai dari pencarian jati diri saat masih dalam belenggu kolonialisme, problematika yang tak kunjung usai tentang wacana musik nasional, juga masalah pelanggaran hak cipta dan pembajakan. Meski begitu, musik Indonesia terus berkembang dan semakin menunjukkan eksistensinya hingga sekarang.

    Buku ini merangkum sejarah panjang musik Indonesia. Perjalanan musik jazz, keroncong, dangdut, soundtrack film, rock and roll, folk, indie, hingga musik panggung. Bahkan, buku ini pun menampilkan para musisi besar yang mewarnai jantung musik Indonesia seperti Gesang, Bing Slamet, Idris Sardi, Benyamin Sueb, Rhoma Irama, Achmad Albar, Jack Lesmana, Tony Koeswoyo, Iwan Fals, Chrisye, hingga Slank. Ada pula pembahasan tentang label-label rekaman di Indonesia, hingga lomba cipta musik dan menyanyi yang turut merangsang tumbuhnya seniman musik di Indonesia.

    Musik adalah jiwa.
    Mempelajari akar perkembangannya, akan membuat kita lebih menghargai dan memahami maknanya.

    Review

    Salah satu buku non fiksi yang ringan dan mudah dibaca, tapi informatif dan memberi banyak wawasan baru. Saya jadi tahu kalau ternyata W. R. Supratman pernah punya band yang bermarkas di Makassar, terus baru tahu kalau Achmad Albar pernah jadi vokalis dua band di luar negeri, dan baru tahu juga kalau Remy Sylado itu musisi folk.

    Bukunya dibagi per dasawarsa. Mulai dari musik sebelum 1950, 1960-1969, dan seterusnya hingga 2000-2005. Ya... jujur yang terakhir itu pembagiannya memang terasa sedikit tanggung, tapi tidak mengganggu isi yang dibahas.

    Ada perkembangan beberapa jenis musik yang dibahas di sini. Mulai dari jaz, rock, pop, dangdut, hingga musik Melayu dan yang "Melayu". Ada juga tokoh yang terkenal di genre itu yang dibahas, seperti: Jack Lesmana, Achmad Albar, Chrisye, hingga Rhoma Irama. Sayangnya tidak ada satu pun musisi wanita yang dibahas di sini. Seriously? Tidak satu pun?

    Secara keseluruhan, saya suka dengan buku ini. Isinya informatif dan saya jadi menemukan beberapa lagu lama yang membangkitkan kenangan di sini *halah.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 100 Days of Asian Reads Reading Challenge


    View all my reviews

  9. CineUsCineUs by Evi Sri Rezeki
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: CineUs
    Penulis: Evi Sri Rezeki
    Penerbit: Noura Books
    Halaman: 304 halaman
    Terbitan: September 2013

    Demi menang di Festival Film Remaja, Lena rela melakukan apa saja. Bukan hanya demi misi mengalahkan mantan pacarnya yang juga ikut berkompetisi, tetapi karena dia pun harus mempertahankan Klub Film sekolahnya. Soalnya klub kecilnya bersama Dania dan Dion itu kurang didukung oleh pihak sekolah. Padahal salah satu kreativitas siswa bikin film, kan!

    Untung ada satu orang yang bikin hari-hari Lena jadi lebih seru. Si cowok misterius yang kadang muncul dari balik semak-semak. Apaaa? Eh, dia bukan hantu, lho … tapi dia memang punya tempat persembunyian ajaib, mungkin di sanalah tempat dia membuat web series terkenal favorit Lena. Nah, siapa tahu cowok itu bisa membantu Lena biar menang di festival.

    Kisah Lena ini seperti film komedi-romantis yang seru. Jadi, selamat tonton, eh, baca! :)

    Review

    Ini buku pertama penulisnya yang kubaca. Sebelumnya saya sudah pernah baca tulisan saudari kembarnya Mbak Evi dan saya melihat ada sesuatu yang sama dalam tulisan keduanya. Keduanya tidak segan untuk memberikan rentetan masalah pada karakternya.

    Saya suka dengan rentetan masalah yang penulisnya berikan pada tokoh-tokohnya. Melihat perjuangan Klub Film membuat film pendek untuk lomba, saya juga merasa seperti teman mereka yang turut memberi semangat.

    Cuma, untuk sebuah buku dengan tema "seru-seruan di klub-klub sekolah", saya merasa mereka ini... jarang belajar. Mereka suka bolos, tokoh utama sempat kena skors, dan secara keseluruhan saya merasa aura belajar-mengajarnya tidak terasa.

    Lalu, untuk konflik terakhirnya... saya merasa bagian ini aneh. Terlalu kebetulan, kalau tidak mau dibilang deus ex machina. Kalau kubilang sih (peringatan spoiler akhir cerita) lebih baik dibiarkan saja Lena kalah taruhan, atau dengan jalan keluar lain yang tidak terasa kebetulan

    Secara keseluruhan, 3,5 bintang buatku. Ceritanya lucu, seru, dan juga manis yang tidak berlebihan. Aura remajanya sangat terasa.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Young Adult Reading Challenge
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Chalenge
    - 2015 100 Days of Asian Reads Reading Challenge


    View all my reviews

  10. Angels of Morning Star ClubAngels of Morning Star Club by Lim Se Hyuk
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: Angels of Morning Star Club
    Penulis: Lim Se Hyuk
    Penerbit: Penerbit Haru
    Halaman: 370 halaman
    Terbitan: Maret 2015

    Namaku Lim Hwi Chan. Seorang mantan narapidana yang sekarang menjadi penjaga toko yang menyedihkan. Umurku 27 tahun dan aku suka menonton film thriller berulang-ulang sampai 30 kali. Aku juga suka melampiaskan emosi dengan mengepel lantai yang kotor gara-gara keteledoran para siswi yang makan mi instan dan kimchi sembarangan di tokoku. Memang, aku tidak bisa disebut panutan, tapi juga tidak bisa disebut sebagai pecundang hanya karena pernah dipenjara.

    Aku memang mantan narapidana, tapi aku muak selalu dicurigai. Aku hanya ingin melupakan semua kenangan itu. Tapi, sepertinya seluruh dunia sudah telanjur mengecapku sebagai seorang "Mantan Narapidana" dan mereka menolakku.

    Sampai aku menemukan perkumpulan aneh bernama "Morning Star" yang malah mencari mantan narapidana sebagai anggota. Sebenarnya, perkumpulan apa ini?

    Review

    Membaca blurb-nya, saya sempat berpikir kalau buku ini bergenre thriller. Mungkin "Morning Star" ini semacam organisasi mata-mata yang menggunakan mantan narapidana sebagai agennya. Salah besar, Saudara-Saudara. "Morning Star" ternyata sebuah organisasi dengan tujuan sosial.

    Btw, ""Morning Star" ini juga merek bubur yang dijual di daerah tempat tinggal saya :v.

    Saya rasa tujuan pengarangnya cukup tercapai di sini. Lim Se Hyuk memiliki misi untuk menulis cerita-cerita yang menghangatkan hati, dan itu memang yang saya rasakan setelah membaca "Angels of Morning Star Club" ini.

    Lim Hwi Chan ini karakter yang memikat untuk saya. Dia masuk penjara karena sesuatu yang tidak dia lakukan, lalu harus jatuh bangun setelah keluar penjara karena tidak ada yang mau berurusan dengan mantan napi. Tidak ada perusahaan yang mau mempekerjakannya. Hidupnya mulai berubah setelah dia masuk "Morning Star", tapi perjuangannya belum berakhir. Justru ada semakin banyak tantangan yang harus dia hadapi.

    Secara keseluruhan, saya merekomendasikan buku ini untuk yang mencari bacaan dengan tema from zero to hero, kehidupan setelah penjara, serta kisah yang menghangatkan hati.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge
    - 2015 100 Days of Asian Reads Reading Challeng


    View all my reviews

  11. SebelasSebelas by Dya Ragil
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: Sebelas
    Penulis: Dya Ragil
    Penerbit: Ice Cube Publisher
    Halaman: 277 halaman
    Terbitan: Mei 2015

    “Boleh berapa pertanyaan?”

    “Satu.”

    Aku mencibir. “Pelit.”

    “Pelit gimana? Aturan main kita kan dari dulu begitu.”

    Aku bersedekap dan menatapnya lekat. “Simpel kok, kenapa Mas Bara berhenti main bola?”

    Kembali ke Jogja, Rania tak habis pikir mengapa Mas Bara berhenti main bola. Penasaran dengan keputusan Mas Bara, Rania tergerak untuk mengorek informasi dari teman-teman terdekat Mas Bara. Penyelidikan Rania ternyata berujung pada perkenalannya dengan dua senior yang paling berpengaruh di ekskul sepakbola: Mas Danang yang berlagak sebagai pelatih dan Mas Bayu, kapten tim ekskul yang begitu membenci Rania dan Mas Bara. Ternyata mencari tahu alasan Mas Bara berhenti main memang tidak semudah membalikkan telapak tangan—sama dengan tidak mudahnya menjadi pesepak bola perempuan.

    Review

    "Kamu tahu kalau sepak bola itu hidupku! Sejauh apa pun aku lari, aku akan selalu kembali ke sana!" Tsubasa Oozora Bara (hal. 166)


    Tidak, bukan Tsubasa Oozora yang bilang kutipan di atas. Kalau Tsubasa mah bilangnya semacam, "Bola adalah sahabatku!" atau yang seperti itu.

    "Sebelas" memang mengangkat tema sepak bola. Tentang Rania, seorang gadis yang memiliki mimpi menjadi pesepak bola profesional, tapi mengalami kesulitan karena jenis kelaminnya. Juga tentang Bara, kakak Rania, yang selama ini begitu menyukai sepak bola, tapi tiba-tiba mundur begitu saja dan menjauhi sepak bola.

    Saya kebetulan bukan orang yang menggemari sepak bola dan pengetahuan saya nyaris nol besar soal olah raga ini. Tontonan sepak bola saya paling kartun waktu kecil, seperti: Kapten Tsubasa, Whistle (yang sempat disebutkan di novel ini), dan kartun sepak bola dengan tim yang terdiri dari seorang anak laki-laki, seorang gadis, serta beberapa ekor dinosaurus. Saya lupa judulnya apa. Tapi, hal ini tidak menghalangi saya untuk menikmati novel ini. Hal-hal yang berhubungan dengan sepak bolanya digarap dengan baik dan tidak begitu teknis, sehingga saya bisa mengikuti dengan baik.

    Sampai pertengahan cerita, saya merasa ceritanya agak terlalu berputar-putar. Misteri kenapa Bara berhenti main bola terlalu diulur-ulur dan sebenarnya tidak begitu greget. Untungnya ceritanya tertolong oleh suatu twist di bagian akhir yang berhasil membuat saya terkejut. Nilai plus lainnya saya berikan karena "Sebelas" juga membahas tentang Galanita, semacam liga sepak bola wanita di Indonesia, yang baru saya ketahui keberadaannya.

    Secara keseluruhan, saya suka dengan "Sebelas". Unsur sepak bolanya cukup kental, tapi tidak membingungkan untuk orang awam seperti saya, serta memberikan gambaran bahwa sepak bola itu bukan hanya terjadi di lapangan, tapi juga apa yang terjadi di belakang layar. Tema tentang sepak bola dan wanita dikelola dengan cukup baik, walau saya rasa bisa digali lebih lagi, andaikan porsi misteri Bara sedikit dikurangi.

    Buku ini saya rekomendasikan untuk yang mencari bacaan dengan tema olah raga ( khususnya sepak bola) serta perjuangan mencapai cita-cita.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Young Adult Reading Challenge
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge
    - 2015 100 Days of Asian Reads Reading Challenge


    View all my reviews

  12. Jomblo, Prinsip atau NasibJomblo, Prinsip atau Nasib by Riawani Elyta, dkk
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: Jomblo, Prinsip atau Nasib
    Penulis: Riawani Elyta, dkk
    Penerbit: Penerbit Indiva
    Halaman: 168 halaman
    Terbitan: Februari 2015

    Kumpulan kisah inspiratif dari sejumlah jomblo, yang terdiri dari dua bab.
    Bab pertama menceritakan kisah para jomblo yang terpaksa jomblo karena nasib.
    Bab kedua berisi kisah para jomblo yang menjadikan jomblo sebagai prinsip.

    Review

    Buku hasil minjem. Bacanya rada kilat sih sebenarnya :)).

    Saya tidak begitu yakin apakah semua cerita yang ada di buku ini berdasarkan kisah nyata (entah pengalaman pribadi penulisnya, atau pengalaman orang lain), ataukah ada yang sifatnya fiksional. Atau mungkin juga berdasarkan kisah nyata, tapi kemudian ada unsur fiksi di dalamnya? Kalau ada yang tahu, tolong beri tahu saya :').

    Cerita-ceritanya, yah, Chicken Soup for the Jomblo Soul-lah. Isinya menguatkan hati para jomblo, menunjukkan bahwa tidak apa-apa jadi jomblo, toh yang punya pacar (atau bahkan yang sudah menikah) juga belum tentu bahagia.

    Tema yang sering kulihat adalah jomblo vs punya pasangan. Alias orang yang sudah punya pasangan akan "mengasihani" (hingga mengatai, khususnya dengan panggilan homo) si jomblo, sementara si jomblo akan membela diri dan pada akhirnya bersyukur saat kisah cinta orang lain tidak berjalan dengan seharusnya.

    Oke, mungkin bukan itu pesan moral buku ini. Mungkin yang lebih tepat adalah: nikmati saja apa pun status kamu saat ini.

    Ada beberapa yang ceritanya saya suka. Semisal cowok yang baru dapat pasangan pada usia 35, serta cerita seorang gadis yang harus menunggu lama dan penuh ketidakpastian untuk dipinang.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 100 Days of Asian Reads Reading Challenge


    View all my reviews

  13. In a Blue MoonIn a Blue Moon by Ilana Tan
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: In a Blue Moon
    Penulis: Ilana Tan
    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
    Halaman: 320 halaman
    Terbitan: April 2015

    “Apakah kau masih membenciku?”
    “Aku heran kau merasa perlu bertanya.”

    Lucas Ford pertama kali bertemu dengan Sophie Wilson di bulan Desember pada tahun terakhir SMA-nya. Gadis itu membencinya. Lucas kembali bertemu dengan Sophie di bulan Desember sepuluh tahun kemudian di kota New York. Gadis itu masih membencinya. Masalah utamanya bukan itu—oh, bukan!—melainkan kenyataan bahwa gadis yang membencinya itu kini ditetapkan sebagai tunangan Lucas oleh kakeknya yang suka ikut campur.

    Lucas mendekati Sophie bukan karena perintah kakeknya. Ia mendekati Sophie karena ingin mengubah pendapat Sophie tentang dirinya. Juga karena ia ingin Sophie menyukainya sebesar ia menyukai gadis itu. Dan, kadang-kadang—ini sangat jarang terjadi, tentu saja—kakeknya bisa mengambil keputusan yang sangat tepat.

    Review

    Cerita di novel ini sudah seperti yang dituliskan blurb-nya. Tentang Sophie Wilson dan Lucas Ford yang dijodohkan oleh kakek Lucas, Gordon Ford. Sophie tidak menyukai Lucas karena semasa SMA, Lucas pernah membuat hidup Sophie susah. Mengetahui Sophie ternyata masih dendam padanya, Lucas berusaha menunjukkan bahwa dia sudah berubah dan mulai mendekati Sophie untuk mengubah pandangan gadis itu.

    Ini buku ketiga Ilana Tan yang kubaca dan merupakan buku keduanya yang berhasil kuselesaikan. Mengingat saya dulu gak kuat baca "Sunshine Becomes You" sampai selesai, saya jadi ragu untuk beli buku barunya Ilana. Untungnya, buku ini kemudian muncul di tempat sewa buku langganan saya. Padahal tempat sewa itu hampir gak pernah beli novel baru, loh, tapi saking banyaknya yang cari, akhirnya buku ini disediakan oleh mereka.

    Kalau diumpamakan film, "In a Blue Moon" ini semacam film romantis yang diputar pada musim Valentine. Akan ada orang-orang yang menyeret pasangannya untuk nonton film itu, sementara si pasangan bakal nonton sambil mengantuk atau mainin HP. Dan sayangnya, saya adalah orang yang nonton sambil mengantuk itu.

    Ceritanya terkesan datar untuk saya. Tidak ada sesuatu yang wow yang bikin saya semangat bacanya. Bahkan menjelang akhir, saya berharap bakal ada satu saja tokoh bitchy yang muncul supaya ada drama dalam ceritanya *uhukmirandayoufailmeuhuk*. Yah, untung manisnya cerita ini tidak berlebihan, jadi saya masih bisa baca tanpa merasa enek hingga akhir.

    Nggak tahu kenapa juga, saya merasa nama-nama tokohnya di sini sangat Plain Jane dan Average Joe. Rasanya sama seperti baca nama seperti John Smith di buku teks bahasa Inggris. Tidak begitu memorable. Yang paling parah, saya sempat harus mikir dulu pas baca nama Lucas. Saya lupa dia yang mana. Tapi, dalam pembelaan saya, nama Lucas seringnya dirujuk sebagai Lucas Ford dalam narasi dan dialog. Entah kenapa harus disebutkan lengkap. Jadi, pas yang muncul hanya Lucas doang, otak saya gak langsung membuka map Lucas Ford, tapi kepikiran kalau dia itu karakter yang lain lagi.

    Jadi, secara keseluruhan, saya bilang kalau ini bukan tipe buku untuk saya. Tapi kalau melihat tanggapan pembaca lain, rasanya buku ini cocok untuk yang suka kisah romantis yang memang fokus di roman tanpa embel-embel lain.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge
    - 2015 100 Days of Asian Reads


    View all my reviews

  14. Muara RasaMuara Rasa by Devania Annesya
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: Muara Rasa
    Penulis: Devania Annesya
    Penerbit: Ice Cube Publisher
    Halaman: 186 halaman
    Terbitan: Mei 2015

    “Karen mau datang, dia ingin kenalan sama kalian.”

    “Karen? Siapa lagi?” Ravi mengerutkan kening.

    “Pacarnya Val,” jawab Flo sembari tersenyum.

    Tapi Ravi dapat membaca pedih di balik senyuman itu.

    Ketika liburan semester dimulai, Flo dan Ravi yang kuliah di luar kota pulang ke rumah mereka di Surabaya untuk berkumpul lagi dengan sahabat mereka, Val. Tapi “pulang” tidaklah selalu menyenangkan. Terutama jika ada banyak rasa yang belum terungkap. Ravi diam-diam mencintai Flo, sementara Flo menyimpan rasa terhadap Val yang hanya menganggapnya sebagai adik kecil. Selama ini mereka selalu mengutamakan persahabatan di atas segala-galanya. Supaya mereka bisa selalu bersama. Supaya mereka tidak lagi mengalami kehilangan. Supaya mereka merasa berada di rumah. Namun setiap rasa pada akhirnya membutuhkan muara. Akhir dari perjalanan panjang. Akhir dari segala rasa sakit.

    Review

    "Muara Rasa" bercerita tentang Flo dan Ravi yang pulang ke Surabaya, ke rumah mereka, dan bertemu kembali dengan Val. Tapi, dalam pulang mereka kali ini, ketiga sahabat itu dipaksa untuk menghadapi masa lalu yang berusaha mereka kubur.

    Rumah belum tentu adalah tempat bagi segala rasa bermuara. Rumah bisa jadi hanya sebuah bangunan yang diberi label 'rumah'. Ya sudah, gitu aja. -Ravi (hal.52)


    Suka bangetlah sama novel ini. Perpaduan komedi dan galaunya pas buat saya. Saya betul-betul bisa merasakan persahabatan Flo, Ravi, dan Val. Di Muara Rasa ini juga ada unsur cinta segitiga, tapi percayalah, pengolahannya bagus dan tidak klise.

    Untuk penulisan, yang kucatat cuma penggunaan 'di mana' sebagai kata sambung yang fungsinya sama seperti 'where' atau 'when'. Misal: 'Detik itu adalah detik di mana Flo menyadari bahwa kehadirannya telah melukai orang lain tanpa ia sadari.' (hal. 67). Dulu, pas susun skripsi, saya pernah baca buku tentang bahasa Indonesia. Di sana disebutkan bahwa tidak ada penggunaan 'di mana' seperti ini dalam bahasa Indonesia. Kalau memang mau menyambungkan kalimat seperti di contoh, kata 'ketika' lebih pas untuk digunakan.

    Secara keseluruhan, saya merekomendasikan 'Muara Rasa' untuk yang mencari bacaan YA tentang rumah, persahabatan, kisah cinta segitiga dengan pengolahan yang baik, serta cerita dengan bumbu bayang-bayang masa lalu.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Young Adult Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge
    - 2015 100 Days of Asian Reads


    View all my reviews

  15. "Aku Kesepian, Sayang." "Datanglah, Menjelang Kematian." by Seno Gumira Ajidarma
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: "Aku Kesepian Sayang." "Datanglah, Menjelang Kematian."
    Penulis: Seno Gumira Ajidarma
    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
    Halaman: 202 halaman
    Terbitan: Juli 2004

    Rumah adalah semesta manusia. Semesta adalah rumah manusia. Suka atau tidak, manusia berumah dalam semesta, menjadikan rumah dan semesta sebagai dunianya-dan tiada tempat lain ke mana ia bisa pergi jika tidak bisa hidup di dalamnya. Lima belas cerita dalam buku ini berkisah tentang mereka yang harus hidup dalam suatu dunia, yang barangkali memang tidak dibuat untuk mereka, sehingga merasa terasing-seperti mungkin dialami setiap orang yang terlanjur lahir meski tidak meminta: mungkin saja seperti Anda.

    Review

    Rasanya kalau bicara dunia sastra Indonesia, cepat atau lambat orang pasti akan bertemu dengan nama Seno Gumira Ajidarma, penulis yang terkenal lewat cerita-cerita pendeknya.

    Ada 15 cerita pendek + satu komik pendek di buku ini. Cerita-ceritanya beragam. Ada yang surealis seperti di "Layang-Layang", yang bercerita tentang sebuah layang-layang yang mampu terbang hingga ke luar angkasa; atau "Avi" yang bercerita tentang seorang model yang terperangkap dalam klise foto.

    Ada juga cerita yang terasa seperti personal literature/travel-lit, seperti di "Hari Pertama di Beijing" dan "Melodrama di Negeri Komunis".

    Ada banyak cerita yang saya suka dari kumcer ini. Saya suka ""Aku Kesepian, Sayang." "Datanglah, Menjelang Kematian."", "Hari Pertama di Beijing", dan "Dua Perempuan dengan HP-nya" karena permainan sudut pandangnya. Saya juga suka dengan "Melodrama di Negeri Komunis" yang terasa sedih. "Layang-Layang" dan "Avi" juga saya suka.

    Secara keseluruhan, saya suka dengan buku ini. Bukan hanya karena cerita-ceritanya bagus, tapi ada banyak teknik menulis yang saya pelajari dari sini. Ada banyak ide menarik yang patut dicoba.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge
    - 2015 100 Days of Asian Reads


    View all my reviews

  16. A Girl Who Loves A GhostA Girl Who Loves A Ghost by Alexia Chen
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: A Girl Who Loves a Ghost
    Penulis: Alexia Chen
    Penerbit: Javanica
    Halaman: 552 halaman
    Terbitan: November 2014

    “Kenyataan bahwa aku bukan lagi menjadi bagian dari dunia ini nyaris menghancurkanku. Jiwaku perlahan rusak oleh dendam dan amarah, hingga gadis itu muncul dan menemukanku.”

    “Apa yang akan kau lakukan jika kau ternyata melihat sesuatu yang sebenarnya tidak nyata? Seperti misalnya, sesosok hantu berparas tampan? Bagaimana reaksimu seandainya kau terlambat menyadari bahwa kau telah jatuh terlalu dalam untuk bisa menemukan jalan kembali? Manakah yang lebih bijaksana, mengarungi neraka demi sebuah akhir bahagia ataukah menyerah dengan melepaskan? Apa yang akan kau lakukan jika kau jadi aku?"

    Review

    SPOILER ALERT!


    "A Girl Who Loves a Ghost" bercerita tentang Aleeta Jones, seorang gadis berdarah Indonesia-Amerika-Tionghoa yang tinggal di Jakarta. Suatu hari dia mendoakan agar roh salah satu korban pembunuhan di koran dapat meninggal dengan tenang. Yang tidak dia ketahui, hal ini membuat roh orang itu datang padanya.

    Nakano Yuto, nama roh itu, meninggal karena dibunuh. Dia meminta bantuan Aleeta untuk menyelesaikan urusannya semasa masih hidup, serta mencari adiknya, Hiro, yang kabur dari rumah.

    Dari judul novelnya saja, rasanya sudah jelas apa yang kemudian akan terjadi. Spoiler alert... or not, Aleeta jatuh cinta pada Yuto yang cakep, dingin, dan bossy walau sudah meninggal. Apakah ini tipe cowok idaman masa kini?

    Ceritanya sendiri mengandung unsur thriller. Ada plot tentang Aleeta yang mencari Hiro, saudara kembar Yuto, sambil membantu Yuto mencegah penipuan yang akan dialami ayahnya. Saya suka dengan bagian ini karena memang seru.

    Unsur ceritanya yang saya kurang suka adalah: roman instan. Rasanya gimana gitu, kalau baru bertemu beberapa hari, terus mereka sudah saling suka sampai pada level 'aku rela mati agar dapat bersamamu'. Mereka bahkan sudah menyerempet ke pembicaraan tentang pernikahan seminggu setelah bertemu.

    Adegan favorit? Waktu adegan yang menjurus panas antara Yuto dan Aleeta. Saya... penasaran bagaimana mereka akan melakukannya. Serius. Saya pengin tahu bagaimana mereka akan melakukannya, apakah Aleeta bisa merasakan sesuatu, apakah Yuto (yang adalah hantu) bisa mengalami ereksi? Ada begitu banyak pertanyaan hanya dalam satu adegan.

    Dua bintang untuk novel ini, tapi ini murni masalah selera. Romannya tipe yang saya nggak suka soalnya. Penulisan dan gaya narasinya sudah enak untuk saya.

    Secara keseluruhan, saya menyarankan novel ini untuk orang yang suka dengan kisah paranormal romance, atau kisah asmara berbumbu aksi.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Read Big Reading Challenge
    - 2015 Young Adult Reading Challenge
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge
    - 2015 100 Days of Reading Asian


    View all my reviews


  17. All I (N)ever WantedAll I (N)ever Wanted by Maida Ivana
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: All I (N)ever Wanted
    Penulis: Maida Ivana
    Penerbit: Ice Cube Publisher
    Halaman: 276 halaman
    Terbitan: April 2015

    “Di ruang Kepala Sekolah,” mata besar Sandy berbinar-binar. Dia memberi jeda untuk membuat efek dramatis. “Ada anak baru yang lagi ngamuk!”

    “Hah?” Aku menarik Sandy mendekat ke arahku. Ini gosip kelas atas!

    “Iya, beneran. Waktu aku lewat ruang Kepala Sekolah, suaranya kedengeran jelas! Dan tahu, nggak, sih? Kata bapak di ruang administrasi, anak baru itu pindahan dari SMA Saint Francis!”

    Sebentar. Anak baru pindahan dari Saint Francis yang berani berteriak-teriak pada orang yang lebih tua? Sepertinya, di dunia ini hanya ada satu jenis orang yang seperti itu....

    Tidak naik kelas, tinggal di asrama yang seperti penjara, terlibat cinta segitiga, dan harus bersaing dengan sahabatnya di lomba tari. Trix pikir hidupnya tidak bisa lebih rumit lagi dari ini. Namun kedatangan Jo, sepupunya, membuat hidup Trix jadi lebih kacau berpuluh kali lipat. Trix pontang-panting membantu orangtua Jo untuk mengawasi cewek itu agar tidak membuat masalah dan berbaikan dengan ibu tirinya. Yang Trix inginkan hanyalah menjalani masa SMA dengan tenang dan membuat hidupnya lebih berharga. Tapi ketika Trix mulai mengambil langkah, keinginan sederhananya malah berubah menjadi mimpi buruk yang membuatnya kehilangan banyak hal.

    Review

    "All I (N)ever Wanted" bercerita tentang Trix, murid kelas X di SMA Fiore, sebuah SMA asrama dengan peraturan super ketat. Walau sempat tidak naik kelas, Trix tidak putus asa dan berusaha menaikkan nilai-nilainya, sambil berusaha menikmati kehidupan sekolahnya.

    Sampai suatu hari Jo, sepupunya, pindah ke SMA Fiore. Jo digosipkan keluar dari sekolah lamanya karena dia mem-bully temannya. Tapi apakah memang begitu? Lalu bagaimana dengan persaingan Trix dengan sahabatnya, Ramona, dalam sebuah lomba tari modern?

    Awalnya kukira Jo itu cowok loh. Ternyata dia cewek :)).

    Saya suka banget sama ceritanya. Kehidupan Trix di sekolah asramanya ini lucu dan penuh drama. Belum lagi ada Jo yang dicap pembuat onar, tapi sebenarnya memiliki sisi yang manis.

    Yah, kalau mau bicara soal pembawa masalah, kurasa Trix-lah yang seharusnya menyandang gelar itu. Dia sering membawa malapetaka pada teman-temannya dan dirinya sendiri. Padahal niat awalnya baik loh, tapi ujung-ujungnya selalu jadi kacau :)).

    Yang kurang saya suka dari novel ini adalah plot antara Trix dengan Bastian, cowok yang suka dengannya dan juga sahabat Trix dan Ramona. Kesannya kurang tergali gitu.

    Buku ini cocok untuk yang mencari novel remaja dengan tema persahabatan dan keluarga, serta yang memiliki twist di sepanjang cerita.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Young Adult Reading Challenge
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 100 Days of Asian Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  18. Still AliceStill Alice by Lisa Genova
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: Still Alice
    Penulis: Lisa Genova
    Penerbit: Pocket Books
    Halaman: 388 halaman
    Terbitan: Desember 2014

    Alice Howland is proud of the life she worked so hard to build. At fifty years old, she’s a cognitive psychology professor at Harvard and a world-renowned expert in linguistics with a successful husband and three grown children. When she becomes increasingly disoriented and forgetful, a tragic diagnosis changes her life--and her relationship with her family and the world--forever.

    At once beautiful and terrifying, Still Alice is a moving and vivid depiction of life with early-onset Alzheimer’s disease that is as compelling as A Beautiful Mind and as unforgettable as Judith Guest's Ordinary People.

    Review

    "Still Alice" bercerita tentang Alice Howland, seorang profesor di bidang psikologi-kognitif di Universitas Harvard, yang didiagnosis dengan Alzheimer dini. Penyakit ini mulai membuatnya sering melupakan berbagai hal. Mulai dari materi-materi pelajarannya, jalan, hingga cara memakai baju. Penyakit ini juga membawa perubahan yang hebat bagi Alice, suaminya, dan ketiga anaknya.

    Mungkin "Still Alice" ini bisa digolongkan ke dalam "sick-lit". Dan selayaknya "sick-lit", akhirnya tidak akan bahagia. Dalam artian, penyakit Alice tidak akan sembuh secara ajaib pada akhir buku. Saya rasa ini bukan spoiler, karena sampai hari ini pun, belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan Alzheimer.

    Sejujurnya, saat membaca dengan pengetahuan bahwa di akhir buku Alice tidak akan sembuh justru membuat saya lebih bisa menangkap emosi Alice. Sama seperti Alice yang sadar bahwa penyakitnya tidak akan berakhir dengan kesembuhan, setiap pengalaman dan perjuangan Alice menjadi sangat bermakna.

    She remembered being six or seven and crying over the fates of the butterflies in her yard after learning that they lived for only a few days. Her mother had comforted her and told her not to be sad for the butterflies, that just because their lives were short didn't mean they were tragic. Watching them flying in the warm sun among the daisies in their garden, her mother had said to her, See, they have a beautiful life. Alice liked remembering that. (hal. 128-129)


    Saya merekomendasikan "Still Alice" untuk yang mencari bacaan tentang keluarga dan perjuangan individu dalam melawan suatu penyakit. Juga untuk orang yang mencari bacaan tentang Alzheimer.

    "My yesterdays are disappearing, and my tomorrows are uncertain, so what do I live for? I live for each day. I live in the moment." -Alice (hal. 293)


    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  19. Bilang Begini, Maksudnya BegituBilang Begini, Maksudnya Begitu by Sapardi Djoko Damono
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: Bilangnya Begini, Maksudnya Begitu
    Penulis: Sapardi Djoko Damono
    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
    Halaman: 142 halaman
    Terbitan: Desember 2014

    Konon puisi adalah mahkota bahasa. Puisi adalah hasil yang dicapai jika seseorang mampu bermain-main dengan bahasanya. Apa yang ditulis penyair tidak serta-merta bisa diartikan secara harfiah. Gerimis bukan berarti hujan, dan bunga belum tentu berarti kembang. Kerap penyair bilang begini, tapi maksudnya begitu. Lalu bagaimana caranya bisa menikmati puisi dan menangkap pesan atau makna yang ingin disampaikan oleh penyair?

    Buku ini bukan buku teori sastra tetapi semacam ajakan dari Sapardi Djoko Damono untuk mengapresiasi puisi dengan pengenalan akan sejumlah alat kebahasaan yang dimanfaatkan penyair untuk menyampaikan sesuatu yang bisa saja berupa cerita, gagasan, sikap, suasana, dan sebagainya. Sejumlah alat atau muslihat atau gaya yang biasa digunakan penyair dalam puisinya dijelaskan dengan menampilkan sejumlah contoh. Pemahaman atas alat-alat itu diharapkan bisa membantu tumbuhnya apresiasi puisi yang lebih baik.

    Review

    Baca buku ini dari 30 Desember 2014 dan baru selesai pada 3 Mei 2015. Sesuatu banget. Padahal bukunya hanya 142 halaman :v. Yah, bukan karena bukunya jelek atau membosankan, kok. Lebih karena malas baca e-book aja kali, yah.

    Isinya sesuai yang tertulis di blurb-nya. Sebuah apresiasi puisi yang isinya ringan dan mudah dibaca bahkan oleh orang yang tidak begitu bisa puisi. Penulisnya memberikan berbagai jenis puisi dan apresiasinya, baik dari bentuk visual, isi, hingga penggunaan bahasa.

    Konon puisi adalah mahkota bahasa. Maksudnya, cara pemanfaatan bahasa yang setinggi-tingginya dicapai dalam puisi. Rasanya saya lebih suka mengatakan dengan lebih lugas bahwa puisi adalah hasil yang dicapai jika seseorang mampu bermain-main dengan bahasanya. Seni adalah permainan, dan penyair bermain-main dengan bahasa [...]. (hal. 133)


    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 100 Days of Asian Reads


    View all my reviews

  20. Singapore BeginsSingapore Begins by Agata Barbara
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: Singapore Begins
    Penulis: Agata Barbara
    Penerbit: Ice Cube Publisher
    Halaman: 229 halaman
    Terbitan: April 2015

    “Tepparapol Goptanisagorn.”

    “Hah?” ujar Kanna spontan tanpa dia sadari.

    “Namaku. Tepparapol Goptanisagorn,” sang cowok mengulangi, kali ini dengan sedikit lebih lambat.

    Kanna mengerjap. Tep… teppa… Gopta… “Apa?”

    Kanna tahu dia bukan anak kesayangan Mama-Papa, tapi dibuang ke Singapura tidak pernah ada dalam rencana hidupnya. Namun apa boleh buat, hasil tes kepribadiannya yang minus membuat keputusan orangtuanya tak dapat diganggu gugat. Dan di sinilah Kanna akan tinggal sekarang, di sebuah rumah kos bersama empat orang lainnya dari empat negara berbeda pula. Baru saja menginjakkan kaki di sana, Kanna sudah disambut oleh ibu kos superheboh. Dia juga harus berbagi kamar dengan gadis bule yang berbeda seratus delapan puluh derajat dengannya. Oh, dan suara tangisan siapa itu dari lantai dua? Cuma setahun, sih, tapi bagaimana cara Kanna bertahan kalau menyebutkan nama salah satu housemate-nya saja sudah begitu sulit?

    Review

    Akhirnya saya berhasil mengejar ketertinggalan saya akan buku-buku YARN. Sempat ketinggalan sebulan, tapi berhasil kembali mengikuti karena menang GA di blognya Mbak Astrid. Hadiahnya novel ini dan All I (N)ever Wanted.

    Singapore Begins ini termasuk salah satu novel yang bikin penasaran sejak lihat kover dan blurb-nya. Kayaknya seru dan lucu ceritanya. Apalagi saya suka cerita yang mempertemukan berbagai kebudayaan di dalamnya.

    Untuk ceritanya, blurb novel ini sudah cukup menerangkan isinya. Jadi, kalau kamu sudah sejauh ini dan masih belum tahu novel ini tentang apa, mungkin bisa balik lagi ke atas.

    Kanna sebenarnya termasuk tokoh yang agak susah nyambung ke saya. Dia diceritakan sebagai seorang gadis yang dingin dan kadang tidak peduli dengan orang lain. Ini memang salah satu poin ceritanya, tapi juga membuat saya butuh waktu lama untuk terhubung dengannya.

    Untuk para tokoh pendukungnya, mereka lucu dan sangat berwarna. Masing-masing memiliki kepribadian yang cukup kuat untuk membuat mereka tampak, tapi tidak sampai menutupi Kanna.

    Ceritanya cukup oke buatku. Awalnya kukira culture shock, Singapura, dan masalah Kanna "dibuang" yang akan menjadi fokus utama cerita, tapi tampaknya Singapore Begins ini lebih fokus ke masalah cyber bullying, persahabatan, dan cinta.

    Secara keseluruhan, saya suka dengan ceritanya. Ceritanya tergolong lebih ringan ketimbang novel-novel YARN yang sudah kubaca. Kehidupan Kanna dan teman-teman sekosnya seru, lucu, dan juga hangat.

    Orang yang sulit untuk memercayai  siapa pun.... Akan memercayai sahabat-sahabatnya seumur hidup. -Kanna


    Buku ini untuk tantangan baca:

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Young Adult Reading Challenge
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge
    - 2015 100 Days of Asian Reads Reading Challenge


    View all my reviews

  21. Selamat datang bulan Mei. Hai semuanya. Bagaimana kabar bacaan kalian sejauh ini? Apakah target baca sejauh ini sudah tercapai? Atau malah keteteran?

    Untuk RTTR bulan April lalu, saya merencanakan untuk membaca 6 buku. Saya rekap dulu buku-bukunya:

    1. Pride and Prejudice - Jane Austen (review)
    2. The Great Gatsby - F. Scott Fitzgerald (review)
    3. To Kill A Mockingbird - Harper Lee (review)
    4. Perfection - Farrahnanda (review
    5. Rust in Pieces - Nel Falisha (review)
    6. Falling - Rina Suryakusuma (review)

    Untuk bulan Mei ini, saya berencana untuk membaca buku-buku young adult karya penulis Indonesia. Daftar buku yang rencananya akan saya baca:

    1. A Girl Who Loves A Ghost - Alexia Chen
    2. All I (N)ever Wanted - Maida Ivana
    3. Singapore Begins - Agata Barbara
    4. Sebelas - Dya Ragil
    5. Muara Rasa - Devania Annesya

    Bagaimana dengan rencana bacaan kalian? Apakah ada yang juga berencana membaca salah satu buku di atas, atau novel YA Indonesia yang lain?

  22. Age of the Seer (Epic of Ahiram #1)Age of the Seer by Michael Joseph Murano
    My rating: 3 of 5 stars

    Title: Age of the Seer (Epic of Ahiram, #1)
    Author: Michael Joseph Murano
    Pubisher: CandleBright Books
    Num. of Pages: 474 pages
    Published Date: September 2014

    Suddenly torn from his family, twelve-year-old Ahiram is sold as a slave in the Kingdom of Tanniin. Six years later, in order to win his freedom and return home, Ahiram enters the elite Games of the Mines. Pursued relentlessly by his enemies and driven to the limit of his endurance, Ahiram unwittingly awakens a dormant fury within him, and its resonance is caught by a hidden malice that turns the Games into a living nightmare. Refusing to submit to a cruel tyranny, Ahiram must face a harrowing death in the bowels of the earth. Still, a glimmer of hope remains. For deep within the mines, between stone and gold, a power–unlike anything the world has seen–quietly calls his name.

    Review

    I won the book from Goodreads' giveaway. The author sent me an autographed copy of this book. Thank you very much :).

    Reading the blurb, I was prepared for a The Hunger Game look-alike, but I was wrong. It turned out that Games of the Mines were more similar to the Triwizard Tournament in Harry Potter and the Goblet of Fire, except for the fact that more people died at the Games of the Mines.

    The Games of the Mines were a great invention of the Kingdom of Taniin, preserving their national pride and idntity. Year after year, the games reenacted El-Windiir's victory, and year after year, the team from Baal won, reminding the Taniinites that Baal was their master and they, his servants. To this end, Baal sent the finest juniors of the High Riders to win the Games. (page 91)


    I quite like the story. I like the Babylonian theme that the book used. It was a breath of fresh air for me. I also like the many layers of the story. It seemed that many people had different personal interests that created the events in the book.

    However, I lost at the sea of names. There were so many characters in the book and I couldn't remember who is who or what he/she did. Thank goodness that the book included a glossary. It was quite helpful for me.

    In term of characteristic, I have to say that all the fun in the book happened outside of Ahiram's circle. Yes, he was supposed to be the main character, but he received so little spotlight. Most of the time was spent with the upper level: the royals, the general, the high priestess, or the judges of the games. Ahiram was kinda bland for me and didn't leave much impression.

    The games itself wasn't the focus of the book. Worse was: it wasn't very interesting. Forget about THG level of intensity. The games' plot didn't measure up to the other plots.

    The ending left many unanswered quetions. Will we find the answers at the upcoming book?

    Overall, Age of the Seer was a good book. I like the many levels of the story and the Babylon inspired world. However, Ahiram, as the main character, didn't enchant me and the Games of the Mines wasn't the next interesting bloodbath game I was looking for.

    You can read the sample pages of this book here.

    This book is for the following reading challenges:
    - 2015 Young Adult Reading Challenge
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews