Rss Feed
  1. Unwind - Pemisahan RagaUnwind - Pemisahan Raga by Neal Shusterman
    My rating: 5 of 5 stars

    Judul: Unwind - Pemisahan Raga
    Penulis: Neal Shusterman
    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
    Halaman: 456 halaman
    Terbitan: Agustus 2013

    Connor, seorang remaja dengan masalah kontrol amarah. Orang tuanya setuju untuk memisahkan raganya karena sudah tidak tahan dengan sikapnya.

    Risa, seorang gadis yatim piatu. Bertalenta di bidang musik dan seorang gadis yang penuh perhatian. Akan menjalani pemisahan raga untuk mengurangi beban biaya pemeliharaan negara.

    Lev, seorang anak yang dibesarkan sebagai persembahan. Seumur hidupnya dia dipersiapkan untuk menjalani pemisahan raga. Orang tuanya meyakini ini sebagai sebuah kebajikan berdasarkan kepercayaan agama mereka.

    Suatu peristiwa mempertemukan mereka bertiga. Suatu keadaan memaksa mereka untuk bersama-sama melarikan diri dari dunia. Dunia yang menginginkan setiap bagian tubuh mereka.

    Taruhan mereka adalah: bertahan hidup hingga usia 18, atau menjalani pemisahan raga.

    Review

    Sangat sangat menikmati novel ini. Suka dengan pembahasan topiknya yang diangkat dari sudut pandang berbagai tokoh. Apalagi setiap tokoh memiliki latar belakang dan nilai berbeda yang membuat eksplorasinya lebih kaya.

    Setiap tokohnya memiliki karakteristik tersendiri yang kuat. Setiap tokohnya mampu membuat saya suka, sekaligus terkadang kesal dengan mereka (atau keputusan yang mereka ambil), tapi justru itu yang membuat ceritanya menarik.

    Connor yang pemberontak, Risa yang sebenarnya bukan materi anak unwind, serta Lev yang seumur hidup didoktrin untuk menjalani pemisahan raga.

    Satu hal lain yang saya suka dari novel ini adalah: tidak ada insta-love. Biasanya di novel YA seperti ini, Connor dan Risa akan langsung dibuat jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi tidak di sini. Memang sih, ada hubungan asmara di antara mereka, tapi berjalan dengan pelan dan terasa nyata.

    Topik pemisahan raga yang Neal Shusterman angkat di sini juga unik. Sebenarnya "pemisahan raga" bukan sesuatu yang di awang-awang. Sekarang pun sudah mungkin terjadi. Donor ginjal misalnya? Tapi kemudian topik ini didorong lebih jauh lagi. Bagaimana kalau setiap organ tubuh sudah bisa didonorkan? Bagaimana kalau para orang tua bisa mendaftarkan anaknya untuk dipisah-pisah secara suka rela?

    Si penulis sendiri sebenarnya sudah mengajukan "pemecahan" dari masalah pemisahan raga ini.

    Tentu saja, jika lebih banyak orang yang mendonorkan organ, pemisahan raga takkan pernah terjadi... tapi orang lebih senang menyimpan milik mereka, bahkan setelah mereka meninggal. (hal. 306)

    Jadi menimbang-nimbang untuk menyumbangkan organ tubuh kalau sudah meninggal nanti. Serius.

    Semoga buku keduanya juga akan diterjemahkan di sini. Ada beberapa pertanyaan di kepala saya, seperti: kenapa hanya anak di bawah umur 18 yang secara hukum bisa dipisahragakan? Bagaimana dengan para penjahat? Terdakwa hukuman mati? Sepertinya pertanyaan-pertanyaan ini ditelusuri di buku ke-2.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2014 Young Adult Reading Challenge
    - 2014 New Authors Reading Challenge


    View all my reviews

  2. Yuhu, sudah akhir bulan lagi. Apa kabar semuanya? Melanjutkan seri "Read That To-Read", untuk bulan ini saya berhasil membaca 5 buku dari daftar bulan lalu.

    Buku yang kubaca:
    1. Hujan dan Cerita Kita - Stephie Anindita (review) (giveaway. Masih berlangsung hingga 13 Oktober 2014)
    2. If You Could - Cynthia Febrina (review)
    3. Unwind - Neal Shusterman (review)
    4. High Fidelity - Nick Hornby (review)
    5. Beloved - Toni Morrison (review)
    Yup, saya gagal membaca The Cuckoo's Calling. Oh, well.

    Untuk bulan Oktober, saya memilih tema "perjalanan" untuk RTR. Buku dengan tokoh yang pergi ke suatu tempat untuk suatu tujuan tertentu.

    Kenapa "perjalanan"? Entahlah. Mungkin karena saya merindukan untuk melakukan sebuah perjalanan jauh, terlepas dari semua rutinitas saat ini. Rutinitas itu baik, tapi kadang bisa terasa sangat menjemukan.

    Untuk kali ini, saya hanya memilih 5 buku:
    1. The Miraculous Journey of Edward Tulane - Kate DiCamillo
    2. Monte Carlo: Skenario - Arumi E.
    3. Toraja: Saat Cinta Menemukan Jalan Pulang - Endang Ssn
    4. Menemukan-Mu - There You'll Find Me - Jenny B. Jones
    5. Nada Tanpa Kata - Mira W.

  3. KitchenKitchen by Banana Yoshimoto
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: Kitchen
    Penulis: Banana Yoshimoto
    Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
    Halaman: 204 halaman
    Terbitan: April 2009

    "Aku tak bisa tidur di tempat lain selain dapur."

    Mikage Sakurai sebatang kara sejak neneknya meninggal. Dapur menjadi satu-satunya tempat dimana ia dikelilingi panci bekas pakai dan sisa ceceran sayur, serta ditemani sepetak langit malam berbintang di jendela.

    Namun dapur keluarga Tanabe yang membuatnya jatuh cinta. Di sana selama satu musim panas ia bergulat dengan acar, udon, soba, dan tempura. Di sana pula ia temukan apa yang tak pernah dimilikinya: keluarga, bersama Yuichi Tanabe yang dingin dan Eriko Tanabe yang mempesona--perempuan transeksual yang sejatinya ayah kandung Yuichi.

    Ketika Eriko meninggal, Mikage dan Yuichi menjauh dan saling terasing dalam kesedihan. Apa yang harus mereka lakukan untuk bangkit dari dukacita dan menyadari ada cinta di antara mereka?

    Review
    Jika suatu hari tiba waktuku untuk mati, aku ingin mengembuskan napas terakhirku di dapur. Tak peduli dapur itu dingin sekali dan aku sendirian, atau dapur itu hangat dan ada orang yang menemaniku. Di sana aku ingin menatap kematian tanpa rasa takut. (hal. 4)

    "Kitchen" adalah sebuah buku yang terdiri dari 2 novela, "Kitchen" dan "Moonlight Shadow". Keduanya membahas tema yang serupa. Kematian, kehilangan, dan kesendirian.

    Walau terdengar "berat", sebenarnya "Kitchen" menyerupai novel-novel romans kontemporer yang banyak terbit saat ini. Nuansanya terasa mirip. Ceritanya ada unsur percintaan yang cukup kental juga.

    Saya suka bagaimana Banana Yoshimoto mampu menampilkan perasaan sedih dan sepi karakter-karakternya dengan alami. Tokohnya tidak terasa melankolis berlebihan.

    Poin tambahan ada di hubungan Mikage dan Yuichi. Suka banget sama interaksinya mereka yang manis tapi tidak bikin diabetes. Tindakan yang Mikage ambil di akhir juga meninggalkan kesan yang dalam untuk saya.

    Secara keseluruhan, saya suka dengan buku ini. Karakter-karakternya menarik dan saya suka. Ceritanya diolah dengan baik, walau mungkin akan terasa familiar kalau suka baca novel romans kontemporer.


    View all my reviews


  4. Judul: Bisikan Kotak Musik
    Penulis: A.H. Igama
    Penerbit: Bukuné
    Halaman: 144 halaman
    Terbitan: Agustus 2014

    KREEEKKK!

    Kotak musik tua itu terbuka. Berbarengan dengan boneka kecil yang keluar, terdengar sebuah lagu mengalun. Iramanya lirih, membuat siapapun yang mendengarnya bergidik. Boneka gadis kecil dengan muka sedikit rusak karena terbakar itu menggerakkan kepalanya, lalu tiba-tiba matanya memelotot ke arah Manda.

    Manda terbangun dalam keadaan jantung berdegup kencang dan keringat dingin keluar dari pori-pori kulitnya. Dilihatnya sekeliling kamar; pecahan kaca dari pigura foto berserakan dengan dinding kamar penuh…, darah!

    Peristiwa itu awal dari teror di hidup Manda… dan hidupnya akan berubah selamanya.

    Review

    Pertama, terima kasih untuk Bukuné yang sudah memilih saya sebagai salah satu blog host "13 Hari Bikin Takut". Saya pribadi sebenarnya cukup penakut untuk hal-hal yang berbau hantu. Masuk rumah hantu aja nggak mau, tapi malah ikutan blog tour horor ini :)).

    Satu hal yang saya suka dari novel ini adalah: adanya unsur zaman pra-kemerdekaan yang penulisnya ambil di sini. Cerita dimulai di tahun 1940 dan kemudian melompat ke tahun 2013. Awalnya saya khawatir kalau nantinya tidak akan ada hubungan di antara kedua alur waktu ini, tapi untungnya saya salah. Kedua alur waktu ini memiliki hubungan yang cukup kuat.

    Beberapa elemen di cerita ini terasa akrab. Sepasang anak kembar, rumah tua, serta kotak musik. Penulis berhasil mengolah elemen-elemen ini untuk menghadirkan suasana yang membuat penasaran. Selama membaca, saya dibuat bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.

    Saya merasa ada sedikit kesalahan dalam hal usia Hannah, nenek Manda. Di cerita dikatakan bahwa Hannah meninggal pada usia 60 tahun, di tahun 2013. Tapi Hannah sudah cukup besar di tahun 1940. Andaikata Hannah berusia 10 tahun saat 1940, berarti seharusnya dia meninggal pada usia 83 tahun.

    Jadi... apa sebenarnya rahasia Ibu Hannah hingga dapat tampak 20 tahun lebih muda?

    Secara keseluruhan: "Bisikan Kotak Musik" adalah novel horor yang menarik untuk diikuti. Pengolahannya cukup baik dan mampu membuat pembaca bertanya-tanya ada rahasia apa di balik kotak musik Manda.

    Giveaway time!

    Buat kamu yang mau memperoleh 1 buah novel "Bisikan Kotak Musik", ikutan GA ini deh. Syaratnya:
    1. Buatlah sebuah foto menakutkan (seperti foto saya di bawah), lalu bagikan foto itu di Twitter kamu. Jangan lupa untuk mention @biondyalfian dan @bukune. Sertakan pula tagar #Takut pada tweet kamu.
    2. Tidak harus menyertakan salah satu novel seri "Takut" pada foto kamu.
    3. Kuis berlangsung hari ini (21 September 2014) pada pukul 19.00-21.00. Mohon melakukan mention pada waktu yang telah ditentukan. 
    4. Pemenang akan diumumkan maksimal pada 21 September 2014 pukul 23.59.
    5. Pengumuman pemenang tidak dapat diganggu gugat.



    Saya tantang Indah (http://jalandikotaku.blogspot.com/) untuk membuat foto lebih menakutkan dari ini.

  5. Hi, semuanya. Setelah sekian lama blog ini kering GA, akhirnya blog ini bisa bagi-bagi buku lagi.

    Kali ini kita juga kedatangan seorang tamu, yakni Stephie Anindita. Kak Stephie adalah penulis novel "Hujan dan Cerita Kita" yang menjadi juara 3 lomba menulis novel "Wanita dalam Cerita" yang diadakan oleh penerbit Bentang Pustaka.

    Kover "Hujan dan Cerita Kita".
    Baca ulasannya di sini.

    Ini dia tanya-jawab yang berlangsung di antara kami:




    Q: Halo Kak Stephie. Boleh ceritakan sedikit soal diri Kak Stephie?

    A: Halo Biondy, hehehe ... boleh. Aku kelahiran Jakarta 20 April 1987. Bagiku, membaca dan menulis adalah bagian yang nggak bisa dipisahkan dari diriku. Ibuku yang pertama kali mengajari aku membaca dan berkat Ibuku aku bisa menemukan dunia-dunia baru. Ibuku yang memotivasi aku untuk menulis fiksi dengan cara berhenti membelikanku buku-buku komik, jadi aku bisa membaca buku-buku tanpa gambar untuk melatih imajinasiku, aku juga termotivasi untuk melatih menuangkan apa yang ada dalam pikiranku melalui tulisan.

    Aku tergabung di tim menulis 'Peri Penulis' bersama Maria Ch Michaela, Yohana Yang, Juliana Wina Rhome & Devina Kwan, bersama mereka aku sudah menerbitkan banyak sekali buku antologi cerpen secara indie. Penulis yang paling banyak menginspirasi tulisanku adalah Jacqueline Wilson. Aku sempat menjalani program magang di Instalasi Kedokteran Forensik RS. Bhayangkara Tk.I Raden Said Sukanto. Sekarang aku berdomisili di Makassar untuk mengikuti program pendidikan dokter spesialis Forensik di Universitas Hasanuddin. Impianku adalah menjadi seorang dokter spesialis Forensik dan penulis yang bisa membuat para pembaca merasa tidak sendirian lagi setiap membaca tulisanku.

    Ini dia penampakan penulisnya :D.

    Q: Bagaimana pengalaman selama menulis "Hujan dan Cerita Kita"? Apa suka-duka selama proses menulisnya?

    A: Awalnya naskah ini adalah naskah latihanku dalam event 'National Novel Writing Month'. Aku berusaha melatih diri untuk menulis setiap hari untuk membuat sebuah novel. Ketika itu aku masih menjalani program magang di Instalasi Forensik RS. Bhayangkara Tk.I Raden Said Sukanto dan juga praktik di klinik.

    Namun naskah ini sempat keteteran. Kesibukanku di instalasi forensik dan praktik di klinik membuatku jarang punya waktu untuk menulis. Saat aku mendengar informasi tentang adanya lomba menulis novel 'Chic Lit' bertema 'Wanita Dalam Cerita' yang diselenggarakan Bentang Pustaka, aku langsung bersemangat lagi melanjutkan tulisanku :). Aku juga jadi rajin membaca buku-buku novel romance dan  menonton film-film drama di televisi sebagai referensi, karena ini pertama kalinya aku menulis naskah dengan target dewasa muda bertema romance.  Padahal tadinya aku tidak begitu tertarik dengan cerita-cerita drama romance. Aku berusaha keluar dari zona nyamanku tapi tidak meninggalkan apa tujuan utama aku menulis.

    Dalam mengejar deadline, aku berusaha menulis di sela-sela kesibukan di instalasi forensik dan jam praktik ketika sedang tidak ada pasien. Aku belajar untuk menempatkan state of mind aku di dalam cerita, di mana pun aku berada.

    Aku tidak merasa terbebani karena bagiku menulis adalah salah satu bentuk refreshing. Memang kadang kesal juga kalau mendengar orang yang berkata penulis itu terlalu pengkhayal dan kuper, tapi pada akhirnya pasti terbukti kalau anggapan mereka salah. Penulis justru melatih cara berpikirnya dengan rajin membaca, semakin banyak buku yang ia baca semakin bisa juga ia melihat sesuatu dari berbagai sisi. Penulis juga harus terus belajar agar dia bisa terus produktif dalam menulis, entah dengan membaca, menonton film, mendengarkan musik atau mengobrol random dengan teman, bahkan pelajaran di kuliah atau sekolah yang sering dianggap ‘membosankan’ pun kadang bisa menambah referensi dan malah menjadi inspirasi menulis, lho :)  

    Q: Setelah dinyatakan keluar sebagai juara ke-3 lomba menulis Bentang Pustaka, bagaimana proses penyuntingan yang dijalani? Adakah kejadian unik selama proses tersebut?

    A: Proses penyuntingan yang aku jalani bersama editorku, Mbak Noni Rosliyani, itu nggak kalah seru dengan proses penulisan naskah ini, hehehe.... Mungkin aku terbiasa menulis dengan tema teenlit, jadi gaya bahasaku pada awalnya terlalu remaja. Oleh Mbak Noni aku disarankan untuk membaca lebih banyak lagi buku chic lit.

    Proses penyuntingan naskah ini juga menjalani beberapa tahap:

    1. menghilangkan beberapa adegan yang terlalu sinetron atau kurang penting ada di cerita, 
    2. menambahkan beberapa adegan agar cerita bisa tetap ada di jalurnya 
    3. membenarkan beberapa referensi agar tidak membuat pembaca bingung. 
    Mbak Noni adalah editor yang benar-benar top. Di bawah bimbingannya kami banyak diskusi dan brainstorming jadi proses penyuntingannya bisa sekaligus proses belajar bagiku untuk menulis naskah-naskah berikutnya.

    Kejadian paling seru ketika proses menyunting adalah saat aku bela-belain membawa laptop-ku saat aku harus dinas malam di Rumah Sakit POLRI. Saking semangatnya, setelah selesai tugas aku bukannya istirahat tapi malah melanjutkan mengedit naskah, walhasil keesokan harinya aku sakit dan harus bed rest seharian. Hahahaha.

    Q: Dari mana datangnya ide "Hujan dan Cerita Kita"? Apakah karakter-karakternya ada yang based on true story?

    A: Ide 'Hujan dan Cerita Kita' berawal dari pertanyaanku tentang seberapa jauh kita mau bertahan dalam sebuah hubungan. Cerita dua orang teman semasa kecil yang bertemu lagi di saat dewasa, ketika keduanya mulai dekat sepertinya sudah biasa dan di drama-drama dengan mudahnya happy ending bisa dicapai.

    Tapi di cerita ini aku ingin menggambarkan tentang hal-hal yang seringkali tidak kita antisipasi, yaitu seberapa jauh masing-masing karakter sudah berubah seiring waktu. Apalagi kalau keduanya berasal dari dua latar belakang yang sangat berbeda dan punya konflik batin masing-masing. Seringkali itu yang luput dari perhatian orang karena hati mereka terlalu berbunga-bunga saat jatuh cinta. Aku pernah mendengar perumpamaan, kurang-lebih seperti hidung kita yang seharusnya terlihat tapi otak kita memilih untuk tidak mempedulikannya.

    Ketika sedikit demi sedikit mereka mulai bisa melihat keadaan sebenarnya, kapan mereka harus mempertahankan dan kapan harus melepaskan?

    Karakter-karakter di 'Hujan dan Cerita Kita' tentu tidak lepas dari kehidupanku sehari-hari. Inspirasinya datang dari banyak sumber, entah dari buku yang kubaca, orang yang kutemui, ceritaku, cerita orang-orang di sekitarku dan lain-lain.

    Q: Bagaimana tanggapan keluarga dan teman-teman Kak Stephie tentang karya pertama Kak Stephie ini?

    A: Puji Tuhan, keluarga dan teman-temanku semuanya ikut berbahagia ketika novel 'Hujan dan Cerita Kita' akhirnya terbit. Mereka tahu kalau menulis adalah passion-ku. Terutama keluargaku dan adik angkatku yang tahu berapa kali aku menangis karena naskahku berkali-kali ditolak penerbit.

    Di hari ketika aku mendapat pengumuman naskah novelku mendapat juara ketiga, Ayahku membawakanku sebuah amplop cokelat yang berisi naskah novelku yang pernah ditolak penerbit lengkap dengan surat penolakannya. Ayahku ternyata sengaja menyimpannya, agar nanti kalau aku berhasil menerbitkan novelku aku tidak akan sedih lagi melihatnya. Aku terharu banget.

    Setelah ‘Hujan dan Cerita Kita’ mulai ada di toko buku, aku mendapat bayak sekali ucapan selamat dan review dari keluarga dan teman-temanku. Aku juga mendapat review dari pembaca lainnya, jadi sekalian menambah pertemanan juga hehehe.... Puji Tuhan review dari mereka positif dan memotivasiku untuk terus berkarya lagi. Thank you so much, teman-teman!

    Q: Dalam satu kalimat, bagaimana Kak Stephie akan mendeskripsikan "Hujan dan Cerita Kita"?

    A: Cinta yang tidak seindah cerita dongeng bukan berarti cinta yang tidak bisa mendatangkan kebahagiaan.

    Q: Apakah saat ini sedang mengerjakan proyek tulisan yang lain? Bisa memberi sedikit sneak peek tentang karya barunya?

    A: Saat ini aku sedang mengerjakan proyek novel teenlit. Di novelku yang berikut ini aku mengangkat isu bullying. 

    Bullying seperti halnya bentuk kekerasan lain selalu membuat ‘yang kalah jadi abu yang menang jadi arang’. Baik yang tertindas maupun yang menindas, keduanya sama-sama rugi. Selain itu aku ingin menunjukkan kalau setiap orang pasti punya dua sisi dalam diri mereka. Apa yang kelihatan di luar bisa jadi sangat berbeda dengan keadaan sebenarnya. Tidak ada yang benar-benar hitam atau putih.

    Mudah-mudahan novelku ini bisa terbit tahun ini, mohon doanya yah. Selain itu aku juga sedang mengerjakan proyek cerpen ‘Noel D’Amour 3’ bersama para Peri Penulis untuk menyambut Natal 2014 nanti. Mohon doanya ya!




    Terima kasih untuk Kak Stephie yang sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Kayaknya kisah di balik pembuatan "Hujan dan Cerita Kita" seru banget. Ayahnya Kak Stephie so sweet banget. Sangat perhatian pada anaknya ^^.

    Giveaway time

    Untuk GA kali ini, buatlah sebuah cerita bertemakan hujan. Syarat-syaratnya antara lain:
    1. Panjang cerita maksimum 1.200 kata. Tidak ada jumlah kata minimum.
    2. Buat cerita di blog/catatan FB/Wattpad/akun lainnya. Mau buat dalam bentuk tweet/status FB saja? Boleh banget. Terserah kamu.
    3. Letakkan tautan ke tulisan kamu di kolom komentar. 
    4. Sebarkan tentang tanya-jawab dan GA ini di media sosialmu. Letakkan tautannya di kolom komentar bersama tautan tulisan kamu.
    5. Deadline lomba 13 Oktober 2014 pukul 23.59.
    Akan dipilih 1 orang pemenang. Pemenang akan memperoleh novel "Hujan dan Cerita Kita". Pemenangnya akan dipilih oleh Kak Stephie sendiri :D.

    Selamat berkarya teman-teman :).

  6. If You CouldIf You Could by Cynthia Febrina
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: If You Could
    Penulis: Cynthia Febrina
    Penerbit: Elex Media Komputindo
    Halaman: 200 halaman
    Terbitan: Juni 2014

    Menerima tidaklah sesederhana itu… Coba saja, Memangnya kamu bisa begitu saja menerima keadaan? Menerima kelemahan orang lain? Menerima hidup yang tidak sesuai keinginanmu?

    Menerima itu kadang menjadi sangat kompleks. Barang kali dunia memang menunggu versi lain dirimu. Kamu yang tanpa sakit hati? Kamu yang tanpa benci? Kamu yang bahagia? Jadi, jika kebahagian itu datang hanya dengan menerima, lantas mengapa harus menolak?

    Review

    Novel dengan kover yang mengeluarkan aura ayo-belilah-aku. Setelah membaca satu ulasan di Goodreads yang berimbang tentang buku ini, saya memutuskan untuk membeli novel ini. Tidak tanggung-tanggung, saya memutuskan untuk mencoba membeli buku elektroniknya lewat Scoop :)).

    "If You Could" bercerita tentang Riana, seorang ibu, istri, dan editor fiksi di sebuah penerbitan. Merasa jengah dengan novel-novel "kosong" yang lebih mengutamakan "daya jual" (alias berapa banyak follower Twitter si penulis) yang banyak terbit belakangan, Riana memutuskan untuk menyetujui suatu novel karya penulis pemula yang mengangkat tema tidak biasa.

    Dengan bantuan Tyo, rekan sekantornya, Riana mempersiapkan segala sesuatu untuk meyakinkan atasannya untuk menerbitkan buku tersebut. Dari sinilah pembaca diajak menyusuri masa lalu Riana-Tyo, hubungan keluarga Riana, serta hubungan Riana dan suaminya yang sering bertugas ke luar negeri.

    Sejujurnya saya cukup punya harapan akan novel ini, tapi kelihatannya tebalnya yang hanya 200 halaman kurang cukup untuk mengeksplorasi ceritanya secara keseluruhan.

    Jujur dari awal sampai 3/4 buku, saya merasa emosi ceritanya datar-datar saja. Cuma ada sekali saya bisa merasa emosinya naik (atau setidaknya emosi saya yang naik). Waktu adiknya Riana membanting novel-novel yang sedang Riana baca hingga buku-bukunya terpercik air. Sedih banget buku-bukunya diperlakukan seperti itu. *salah fokus.

    Dugaan saya sih, mungkin karena gaya bertutur penulisnya yang banyak menggunakan "tell". Bahkan saat rahasia salah satu tokoh terungkap, ceritanya hanya diberitahukan sepintas lalu. Saya sampai bolak-balik halaman karena mengira saya kelewatan adegannya, tapi ternyata memang adegan itu tidak ada. Cuma lewat cerita doang.

    Barulah di 1/4 bagian terakhir, saat penelusuran masa lalu Riana sudah selesai, saya baru bisa betul-betul menikmati novel ini. Emosinya jauh lebih terasa.

    Sayangnya setelah selesai membaca, saya merasa ada beberapa hal yang masih kurang. Seperti: bagaimana perasaan Evan saat Tyo menikahi Andra? Novelnya kan pakai POV serba tahu. Kenapa tidak ditunjukkan? dan juga soal Tyo yang ternyata mengidap AIDS di akhir buku. Terlalu tiba-tiba. Lalu bagaimana nasib Andra? Mereka kan sudah menikah. Berarti ada hubungan badan dong? Apa Andra juga tertular? Bagaimana reaksi Andra akan hal ini? Saya tidak menemukan jawabannya.

    Secara keseluruhan: novel dengan cerita yang punya potensi. Hanya saja agak kurang tergali. Entah tuntutan penerbit supaya halamannya tipis, entah karena faktor penulisnya. Gaya narasinya lumayan bagus. Mungkin Inglish, Indonesia-English, bisa dikurangi. Penulisnya jauh lebih mahir dalam mengolah bahasa Indonesia yang mengalir.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2014 New Authors Reading Challenge


    View all my reviews

  7. Review Novel: Beloved - Toni Morrison

    Thursday, September 18, 2014

    BelovedBeloved by Toni Morrison
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: Beloved
    Penulis: Toni Morrison
    Penerbit: Pan Books (Picador)
    Halaman: 275 halaman
    Terbitan: Oktober 1988

    "Beloved" bercerita tentang Sethe, seorang wanita kulit hitam pada masa perbudakan di Amerika. Setelah berhasil melarikan diri ke sebuah komunitas yang aman, Sethe memulai hidup baru dengan Denver, anaknya; Baby Suggs, ibunya; serta, beberapa tahun setelah kematian Baby Suggs, bersama Paul D, kekasihnya.

    Suatu hari seorang gadis muncul dalam hidup Sethe. Gadis itu mengaku bernama Beloved, nama yang terukir pada nisan anak Sethe yang meninggal saat dia berusaha lari dulu. Secara misterius, Beloved menunjukkan tanda-tanda yang meyakinkan Sethe bahwa gadis itu adalah anaknya. Anak gadis yang seharusnya dia miliki.

    Kehadiran Beloved menjungkirbalikkan hidup Sethe, Denver, serta Paul D.

    Review

    Fiuh. Saya butuh 9 hari untuk menyelesaikan novel ini. Susah banget bacanya. Banyak paragraf yang pajang. Bahkan ada satu paragraf, satu, yang makan 2 halaman lebih. Bayangkan. Selain itu ceritanya juga bersifat non-linear. Bergerak dengan bebas dari satu karakter ke karakter lain, dari satu alur waktu ke alur waktu yang lain.

    Novel ini bercerita tentang efek perbudakan pada para korbannya dengan cara yang unik. Lewat Sethe, kita dapat menyelami efek psikologi itu.

    Ada banyak rahasia yang terkuak perlahan-lahan di novel ini. Saya suka cara Toni Morrison menggunakan Beloved yang sebenarnya hantu untuk memperlihatkan kondisi mental Sethe.

    Secara keseluruhan, Beloved adalah sebuah novel yang menarik. Juga sebuah novel yang menantang dalam membacanya.

    Untuk menyimpulkan Beloved, saya rasa kutipan dari isinya ini cukup mengena:

    "me and you, we got more yesterday than anybody. We need some kind of tomorrow."

    Kayaknya saya harus baca buku ini sekali lagi untuk memahaminya dengan lebih baik.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2014 New Authors Reading Challenge

    View all my reviews


  8. Ya, pengumuman resminya sudah keluar. Ini dia 10 besar untuk Khatulistiwa Literary Award yang ke-17.

    Kategori prosa:

    1. Kepada Apakah - Afrizal Malna
    2. Semua untuk Hindia - Iksaka Banu
    3. Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas - Eka Kurniawan
    4. Maya - Ayu Utami
    5. Surga Sungsang - Triyanto Tiwikromo
    6. Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu - Norman Pasaribu
    7. Aksara Amananunna - Rio Johan
    8. Bandar - Zaky Yamani
    9. Perempuan di Rumah Panggung - Isbedy Setiawan ZS
    10. Malaikat Lereng Tidar - Remy Sylado
    Untuk tahun ini, saya belum baca satu pun buku di atas :)). Masih mending tahun lalu. Kalau di nominasi tahun lalu, ada "Pasung Jiwa" yang sudah saya baca.

    Dari daftar di atas, ada 3 buku yang membuat saya tertarik: "Kepada Apakah" (karena premis yang terlihat menarik), Hanya Kamu yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu (karena ulasan banyak teman di GR yang positif), dan "Malaikat Lereng Tidar" (karena tertarik untuk baca novelnya Remy Sylado sejak baca "Ca Bau Kan").

    Kategori puisi

    1. Tanda-tanda yang Bimbang - Ook Nugroho
    2. Bagian dari Kegembiraan - Acep Zamzam Noor
    3. Piknik yang Menyenangkan - Hasta Indirayana
    4. Tetralogi Kerucut - A. Muttaqin
    5. Saiban - Oka Rusmini
    6. Rusa Berbulu Merah - Ahda Imran
    7. Dongeng dari Utara - Made Adnyana Ole
    8. Pelesir Mimpi - Adimas Immanuel
    9. Tangan yang Lain - Tia Setiadi
    10. Ekaristi - Mario F. Lawi
    Seperti biasa, untuk kategori puisi belum satu pun yang saya baca. 

    Itu dia nominasi untuk KLA tahun ini. Buku mana yang sudah kamu baca? Buku mana yang membuatmu tertarik untuk membacanya?

    Sumber nominasi: situs KLA

  9. There you go, people. Trailer of "Remember When". A movie based on best seller book of the same name from the author Winna Efendi



    So, what do you think? Yay or nay?

  10. Nias: Penyelamat Berkalung Matahari
    Nias: Penyelamat Berkalung Matahari by Ghyna Amanda Putri
    My rating: 4 of 5 stars


    Judul: Nias: Penyelamat Berkalung Matahari
    Penulis: Ghyna Amanda Putri
    Penerbit: de Teens
    Halaman: 260 halaman
    Terbitan: Mei 2014

    Nias, tempat dengan deburan ombak terbaik nomor dua setelah Hawaii itu menjadi tempat pelarian Kaho dari suaminya yang selingkuh. Ia ingin merasakan deburan ombak tinggi untuk berselancar. Tanpa sengaja, ia menemukan seorang guide dadakan bernama Java. Java berjanji membuat Kaho menyukai budaya.

    Akhirnya, Kaho malah lebih tertarik untuk membuktikan keberadaan para kanibal di Desa Gomo. Saat itu, Surya, suami Kaho, menelepon untuk menanyakan keberadaannya. Lantaran khawatir, Surya menyusul Kaho ke Nias. Belum bertemu Kaho, ia justru mendapatkan jejak adiknya, Lintang, yang hilang akibat gempa dan tsunami delapan tahun lalu.

    Cerita yang manis, twist yang tak terduga, dan....

    Review

    Air. Ombak. Lautan. Semua yang tenang di dunia ini bisa menjadi malapetaka luar biasa jika kita tak memanfaatkannya dengan baik. Percaya? Aku percaya. Berkat peristiwa itu, aku percaya bahwa air, ombak, dan laut yang biasanya menyenangkan dapat meluluh-lantakkan semua hal yang ada di daratan. (hal. 7)

    Buku kedua karya penulis yang saya baca. Sebelumnya saya sudah pernah baca Haru no Tabi-nya Mbak Ghyna. Dan sama seperti di Haru no Tabi, deskripsi tempat jadi juara di novel ini.

    Deskripsi tempat dan kebudayaannya kuat sekali di sini. Saya suka berbagai hal kecil tentang budaya yang penulisnya selipkan. Menambah pengetahuan dan juga memperkuat nuansa novelnya. Saya penasaran bagaimana penulisnya bisa mengumpulkan data untuk membangun setting se-believable ini (terlepas dari apakah deskripsinya 100% tepat).

    Ceritanya mengalir dengan baik. Saya cukup suka dengan tokoh-tokohnya. Kaho yang agak manja dan tidak sadar usia (*heh), Java yang dingin, dan Surya yang mau memburu istrinya yang kabur ke Nias karena kesalahpahaman.

    "Love" di cerita ini lebih kuat ke unsur keluarganya. Memang ada bumbu romansanya juga, tapi tidak begitu kuat.

    Saya sebenarnya mau memberi 5 bintang, tapi akhir ceritanya itu loh :\. Buat saya twist-nya kurang nendang ah. Saya suka karena penulis berusaha mendorong ceritanya lebih jauh lagi, hanya saja tidak ada foreshadow sejak awal. Makanya begitu twist-nya muncul, saya hanya bisa bengong. Bukan bengong karena merasa, "Gila, gak nyangka bakal begini," tapi bengong, "Heh? Ini apa? Kok tiba-tiba begini."

    Kesimpulan: novel yang bagus sekali dari Ghyna Amanda Putri. Deskripsi tempat sangat kental dan memuaskan. Karakter-karakternya juga oke punya. Sayang akhir ceritanya kurang mengena buat saya. Twist-nya terasa kurang persiapan.


    View all my reviews

  11. High Fidelity
    High Fidelity by Nick Hornby
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: High Fidelity
    Penulis: Nick Hornby
    Penerbit: Riverhead Trade
    Halaman: 323 halaman
    Terbitan: Agustus 1996

    It has been said often enough that baby boomers are a television generation, but the very funny novel High Fidelity reminds that in a way they are the record-album generation as well. This funny novel is obsessed with music; Hornby's narrator is an early-thirtysomething English guy who runs a London record store. He sells albums recorded the old-fashioned way—on vinyl—and is having a tough time making other transitions as well, specifically adulthood. The book is in one sense a love story, both sweet and interesting; most entertaining, though, are the hilarious arguments over arcane matters of pop music.

    Hornby's first novel, an international bestseller and instantly recognized by critics and readers alike as a classic, helps to explain men to women, and men to men. Rob is good on music: he owns a small record shop and has strong views on what's decent and what isn't. But he's much less good on relationships. In fact, he's not at all sure that he wants to commit himself to anyone. So it's hardly surprising that his girlfriend decides that enough is enough.

    Review

    It was an up and down with this book.

    Perkenalkan Rob. Seorang pria 35 tahun, pemilik sebuah toko musik dengan pemasukan yang ngos-ngosan, tanpa lingkaran pertemanan yang baik, dan pacarnya baru saja meninggalkan dia untuk pria lain.

    Walau terdengar merana, sebenarnya semua masalah Rob datang dari dirinya sendiri. Dia DO dari kuliahnya, tidak berusaha menjaga pertemanannya, seorang music snob, dan juga seorang tukang selingkuh. Perselingkuhannya membuat pacarnya menggugurkan kandungannya, anaknya dengan Rob.

    Rob bisa disimpulkan dalam satu kata: menyebalkan.

    Satu-satunya redeeming quality yang Rob miliki adalah: dia lucu. Interaksinya dengan kedua pegawai di tokonya cukup memancing tawa. Pemikirannya juga banyak yang menggelitik. Semisal pandangannya tentang musik pop:

    People worry about kids playing with guns, and teenagers watching violent videos; we are scared that some sort of culture of violence will take them over. Nobody worries about kids listening to thousands - literally thousands - of songs about broken hearts and rejection and pain and misery and loss.

    What came first – the music or the misery? Did I listen to the music because I was miserable? Or was I miserable because I listened to the music? Do all those records turn you into a melancholy person?

    Tapi pada akhirnya, semua kelucuan itu ada batasnya. Lama-kelamaan saya merasa capek dengan semua lelucon dan daftar 5 besarnya Rob (5 besar musik, film favorit, band, dll). Sampai kadang saya melewati kalau sudah muncul daftar 5 besar itu.

    Kesimpulan: buku dengan pembuka yang menarik, pertengahan yang antara menarik dan menyebalkan, serta akhir cerita yang cukup saya suka. Rob beruntung karena ada Laura, pacarnya yang dia selingkuhi, karena Laura masih mau kembali bersama Rob dan membantu Rob memperbaiki hidupnya.

    Dua setengah bintang. Pembulatan ke atas.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2014 New Authors Reading Challenge


    View all my reviews


  12. Hujan dan Cerita KitaHujan dan Cerita Kita by Stephie Anindita
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: Hujan dan Cerita Kita
    Penulis: Stephie Anindita
    Penerbit: Bentang Pustaka
    Halaman: 288 halaman
    Terbitan: Juli 2014

    “Echa, hujan!” Aku memanggil nama itu, menoleh, melihatnya, dan seketika tubuhku membeku.

    Hujan yang menderas tapi hatiku kian panas. Aku berdiri kaku, mengepalkan tangan, mencoba untuk menghilangkan gemetar tubuh yang aku yakin tidak ada hubungannya dengan udara dingin.

    Ya Tuhan ..., buat apa aku diundang ke sini? Untuk menyaksikan mereka bersama dan membiarkan hatiku terhempas bersama hujan?

    Bagus.... Ternyata begini rasanya menjadi pacar tak dianggap. Lantas apa gunanya segala pengorbananku padanya selama ini, kalau dia meninggalkanku di bawah hujan?

    Review

    Faktor utama saya membeli buku ini sebenarnya karena nama penulisnya. Sebelumnya saya sudah pernah sebuku dengan penulisnya di Lapangan Tanah Merah dan Noel d' Amour 2: Post Card Edition. Waktu baca fiksi kilatnya penulis di Lapangan Tanah Merah, saya sudah suka gaya menulisnya. Di ulasannya saya bahkan bilang kalau saya adalah target pembacanya kalau ybs menulis dengan tema dokter/rumah sakit.

    Dan harapan saya terkabul. Novel ini memang berlatarkan dokter dan rumah sakit.

    Di sini tokoh utamanya adalah Vania, seorang calon dokter yang sedang menjalani program pendidikan stase. Suatu hari dia bertemu dengan Reza, teman masa kecilnya. Reza yang dulunya gemuk dan cupu kini telah berubah. Dia menjadi seorang aktor ganteng dengan nama panggung Leonardo Andromeda (yang sejujurnya terasa tacky buat saya).

    Setelah Echa, panggilan Vania untuk Reza, putus dari pacarnya, Pandora, Vania mulai berpacaran dengan cowok tersebut. Echa meminta Vania untuk merahasiakan hubungan mereka karena tidak ingin privasi Vania terganggu oleh para fansnya. Vania setuju dengan permintaan itu.

    Hanya saja lama-kelamaan Vania mulai merasa tersisihkan. Echa tidak pernah mengakuinya sebagai pacar di depan orang lain. Cowok itu bahkan lebih terlihat mesra di depan umum dengan Helen, sahabatnya sejak dia tinggal di Singapura.

    Ceritanya mengalir dengan baik. Saya suka dengan kisah Vania dan segala kesibukannya sebagai dokter. Mulai dari harus jaga malam, mengkover teman kelompok stasenya yang sedang hamil, hingga interaksinya dengan para pekerja medis lainnya. Penuh suka, duka, dan juga gosip tentunya :)).

    Kisah percintaannya Vania sendiri cukup mengenaskan. Saya suka bagaimana penulisnya dengan sukses menggambarkan Echa sebagai cowok menyebalkan. Sedikit sentuhan di akhir mengukuhkan hal tersebut.

    Novel ini termasuk bersih kalau saya bilang. Typonya nyaris tidak ada. Saya cuma ingat ada sekali typo di catatan kaki di halaman 259. Kerja yang bagus dari penulis dan tim penerbitnya.

    Yang saya kurang suka mungkin pemilihan judulnya. Judulnya menggambarkan salah satu peristiwa kunci di novel ini, tapi tidak menggambarkan isi novel secara keseluruhan. Selain itu, emosi di beberapa tempat di novel ini terasa datar. Tidak ada "ledakan besar" yang terjadi di sini.

    Secara keseluruhan, saya suka dengan novel ini. Plot dan karakter berhasil disusun dengan baik. Hasil akhir novel juga bersih dari typo (kecuali sekali yang saya sebutkan). Tiga setengah bintang, pembulatan ke atas untuk novel ini.


    View all my reviews

  13. Ini postingan saya untuk tantangan baca 2014 New Authors. Tantangan ini disponsori oleh Ren's Little Corner.

    Juli
    01. The Graveyard Book - Cerita Dari Pemakaman - Neil Gaiman
    02. Matilda - Roald Dahl
    03. We Quit Us - Ria Destriana
    04. Rainy's Days - Fita Chakra
    05. Willow - Julia Hoban
    06. The Picture of Dorian Gray - Oscar Wilde

    Agustus
    07. Someone to Remember - Nathalia Theodora
    08. We - Yevgeny Zamyating
    09. Spacious Love - Citra Rizcha Maya
    10. People Like Us - Yosephine Monica
    11. Diary Princesa - Swistien Kustantyana
    12. Rafilus - Budi Darma
    13. Perkara Pertama / 1st to Die - James Patterson

    Wah, ada 13 penulis yang baru pertama saya baca dalam 2 bulan terakhir ^^.

    Ini dia wrap-up saya kali ini. Sampai jumpa di wrap up selanjutnya ^^.