Rss Feed
  1. Kita & Rindu yang Tak TerjawabKita & Rindu yang Tak Terjawab by Dian Purnomo
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: Kita & Rindu yang Tak Terjawab
    Penulis: Dian Purnomo
    Penerbit: Gagas Media
    Halaman: 279 halaman
    Terbitan: Juni 2015

    "Kita & Rindu yang Tak Terjawab" bercerita tentang Naiza, seorang gadis 20-an yang berdarah Batak dan sedang menghadapi suatu "masalah" yang cukup banyak diangkat menjadi tema novel belakangan ini: dipaksa untuk segera menikah.

    Masalahnya bukan hanya di soal menikahnya. Orang tua Naiza juga ingin dia menikahi seorang pria Batak, sesuai adat yang berlaku. Padahal Naiza sudah punya seseorang yang dia suka, tetangga sekaligus sahabatnya sejak kecil. Hanya saja karena pria itu bukan seorang pria Batak, Naiza yakin dia tidak akan mendapat restu.

    Naiza kemudian dipertemukan dengan Sidney, calon suami pilihan orang tuanya. Naiza pun semakin terjepit di antara dua pilihan: memenuhi keinginan orang tuanya, atau memilih pilihannya sendiri.

    Review

    Saya jujur mengakui kalau saya susah untuk simpatik dengan si Naiza. Ya, saya tahu kalau dia mewek-mewek karena tidak mau menikahi Sidney. Tahu juga kalau dia cinta mati sama Tantra, sampai sama sekali tidak mau membuka hati untuk orang lain.

    Lalu kemudian dia nggak ngapa-ngapain, nggak berusaha sama sekali untuk dirinya sendiri. Ini yang bikin saya susah simpatik ke dia. Naizanya pasif aja, tidak mencoba untuk mengomunikasikan hal ini ke orang tuanya. Bahkan saat ada papan besar yang menunjuk ke Sidney yang bertuliskan, "Aku punya rahasia besar, loh. Rahasia yang mungkin membuatmu tidak perlu menikahiku, atau minimal mengulur waktu.", si Naiza nggak ngapa-ngapain. Nggak berusaha untuk mencari tahu lebih lanjut. Ya ampun.

    Sebenarnya buku ini punya materi yang bagus. Bukan cuma bicara soal adat pernikahan Batak, tapi ada kemungkinan untuk mempertanyakan tentang suatu adat itu sendiri. Apakah memang masih relevan dengan saat ini? Apa manfaatnya?

    Menikah itu bukan tentang ingin atau tidak ingin, niat atau nggak niat. Di dalam keluarga Batak, kita ini rata-rata menikah karena kewajiban meneruskan keturunan, meneruskan marga, menjaga adat. Padahal, sama sekali tidak kulihat ada urgensinya di mataku untuk meneruskan sebuah marga. Kenapa harus diteruskan? Apa untungnya buat umat manusia kalau Sinaga bertahan sampai seribu lapis anak pinak berikutnya? -Sidney (hal. 88-89)


    Setahuku, adat dan budaya adalah kebiasaan yang indah yang tidak diciptakan untuk menyengsarakan pelakunya. Kalau adat membuat hatiku jadi patah, rasanya aku memilih untuk tidak menjunjungnya sama sekali. Call me tak tahu adat, tapi aku bisa menjunjung adatku dengan cara yang berbeda. -Naiza (hal. 197)


    Sayangnya, baik Sidney maupun Naiza berhenti di pertanyaan-pertanyaan itu. Mereka tidak berusaha untuk lebih aktif. Mereka tetap saja membiarkan diri terkungkung oleh adat itu.

    "Trust me, ini juga nggak gampang buat aku, Naiza. Tapi, kita bukan orang-orang yang dibesarkan sendiri. Kita berdua dibesarkan oleh adat. Kita diharapkan untuk mengikutinya. Jadi, mari mempermudah diri kita dengan mengikutinya." (hal. 192)


    Dan Naiza, kalau bukan tantenya yang tidak sengaja tahu tentang rahasia Sidney, mungkin dia sudah akan menikah dengan cowok itu.

    Secara keseluruhan, "Kita & Rindu yang Tak Terjawab" ini punya materi yang menarik tentang kebudayaan. Sayangnya, tokoh-tokohnya terlalu pasif untukku. Naiza, Sidney, dan Tantra masih menjadi kapal yang membiarkan dirinya terombang-ambing oleh adat dan budaya, tanpa berusaha menurunkan jangkarnya dan memberi perlawanan.

    Buku ini saya rekomendasikan untuk orang-orang yang ingin tahu lebih banyak soal budaya pernikahan Batak, serta yang mungkin pernah mengalami kondisi yang sama dengan Naiza.

    p. s: kalau seri Indonesiana ini ada lagi, jangan tema "nggak bisa nikah karena adat" lagi, dong. Atau minimal dengan pembahasan sudut pandang yang beda. Sudah ada 2 dari 3 buku, nih. Dengan eksplorasi dan penyelesaian yang mirip pula.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    -2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  2. Wishful Wednesday 66

    Wednesday, August 26, 2015

    Selamat hari Rabu terakhir di bulan Agustus 2015! Sudah akhir bulan, siapa aja yang gajinya udah turun, nih? Turun belum turun, tetap boleh ngidam buku, kok.

    Untuk minggu ini, buku Wishful Wednesday saya adalah:

     photo ht.jpg
    Halaman Terakhir
    oleh: Yudhi Herwibowo

    Orde Baru, suatu masa …

    Hoegeng sedang diuji. Dua kasus besar mencuat, mencuri perhatiannya yang kala itu menjabat sebagai Kapolri. Dua kasus yang membuatnya terbentur tembok raksasa dan menguji integritasnya sebagai seorang polisi.

    Kasus pertama adalah Sum Kuning. Kasus pemerkosaan yang menggegegerkan Kota Yogyakarta. Meski telah menggali amat dalam, selalu ada batu yang mengganjal usahanya menemukan pelaku. Berbagai gangguan mengalihkan penyidikan dari bukti dan fakta.

    Kasus kedua adalah penyelundupan mobil mewah. Keterlibatan seorang putra pejabat tinggi di tanah air membuat kasus ini sulit menyentuh dasar masalahnya. Seolah para pelaku telah mengantisipasi langkah Hoegeng dan anak buahnya, semakin dalam penyelidikan, semakin bukti itu menghilang.

    Kasus-kasus itu terus membayangi Hoegeng, membebani nuraninya. Mampukah Hoegeng, sang polisi jujur, menutup mata dan meninggalkan sesuatu yang telah dimulainya itu?
    Halaman terakhir adalah sebuah drama perjalanan dua kasus terbesar yang pernah ditangani Hoegeng.



    Iya, buku dengan tema sejarah. Tokoh utamanya adalah salah satu tokoh sejarah Indonesia, Jenderal Polisi (Purn.) Hoegeng Imam Santoso. Kasus yang diangkat juga berasal dari kisah nyata. Kasus Sum Kuning (gadis yang diperkosa, tapi kemudian justru dituduh membuat laporan palsu), serta penyelundupan mobil mewah oleh anak pejabat.

    Jadi penasaran ceritanya diolah seperti apa oleh penulisnya.

    Itu dia WW saya minggu ini. Bagaimana denganmu?


    Ingin tahu lebih banyak tentang WW? Cek blog hostnya

  3. Sahara: Ketika Aladdin, Ali Baba, dan Sinbad Bertarung dengan Jin SaktiSahara: Ketika Aladdin, Ali Baba, dan Sinbad Bertarung dengan Jin Sakti by Nugraha Wasistha
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: Sahara: Ketika Aladdin, Ali Baba, dan Sinbad Bertarung dengan Jin Sakti
    Penulis: Nugraha Wasistha
    Penerbit: PT. Serambi Ilmu Semesta
    Halaman: 335 halaman
    Terbitan: Agustus 2009

    Sinbad, petualang yang menjadi mubalig. Dia berkelana ke seluruh dunia untuk berdakwah kepada para penjahat besar dengan pilihan: tobat atau mati!

    Ali Baba, masa kecil yang tragis membawanya jadi pencuri cilik dan paling licin di seluruh Arab. Julukannya adalah tikus gurun yang selalu menemukan jalan masuk maupun keluar dalam semua aksinya.

    Seorang sultan muda yang misterius bernama Aladdin meminta bantuan mereka untuk mendapatkan kembali lampu wasiatnya di Sahara.

    Ketiganya menjadi kawan sekaligus lawan. Di tengah perjalanan menuju jantung gurun terganas di dunia itu, mereka harus mengatasi para bajak laut. Bahkan mereka terjebak dalam permainan Jin Sakti penghuni lampu ajaib.

    Review

    "Sahara: Ketika Aladdin, Ali Baba, dan Sinbad Bertarung dengan Jin Sakti" bercerita tentang... yah, ketika Aladdin, Ali Baba, dan Sinbad bertarung dengan jin sakti. Iya, ini semacam cerita hybrid.

    Ceritanya tentang Sinbad, seorang mantan pelaut yang kini menjadi seorang mubalig (orang yang menyebarkan ajaran agama Islam). Dalam perjalanannya, dia bertemu dengan Ali Baba, seorang pencuri ulung, yang ingin Sinbad sadarkan dan buat bertobat. Suatu kejadian membuat mereka bertemu dengan Aladdin yang kehilangan lampu ajaibnya dan meminta bantuan mereka. Bersama-sama, mereka bertiga memulai perjalanan untuk memperoleh kembali lampu ajaib Aladdin.

    Saya butuh waktu yang sangat lama untuk suka dengan buku ini. Sejak awal, pembaca sudah dipertemukan dengan tokoh yang, setidaknya bagi saya, kurang menyenangkan. Misalnya Sinbad yang agak "gelap mata" dalam menyebarkan ajaran agamanya. Dia memegang prinsip kalau orang yang ingin dia sadarkan tidak kunjung bertobat, maka tidak ada masalah untuk membunuh orang-orang itu. Tokoh lain yang juga tidak menyenangkan adalah Aladdin yang "alim", tapi seksis (menganggap wanita tidak cocok memegang kekuasaan/pemerintahan), serta rasis. Ali Babanya agak lumayanlah. Walau pencuri, tapi sikapnya lebih mendingan ketimbang dua tokoh lainnya.

    Kebayang, kan, kalau harus melalui petualangan sejauh 335 halaman dengan teman seperjalanan seperti itu Untungnya, hal ini memang menjadi tema si penulis. Perlahan-lahan berbagai kejadian membuat para karakternya mempertanyakan hal-hal yang mereka percayai selama ini.

    Ceritanya sangat action packed. Dari awal hingga akhir, pembaca disajikan narasi-narasi yang sangat kuat secara visual, tapi lemah dalam berbagai indra yang lain. Rasanya seperti nonton filmlah. Ceritanya seru dengan twist yang tidak kalah serunya.

    Secara keseluruhan, tiga bintang. Saya merekomendasikan novel ini untuk yang mencari bacaan fantasi yang beda dari biasanya.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  4. The Most Ferocious of CreaturesThe Most Ferocious of Creatures by Chris Sykes
    My rating: 2 of 5 stars

    Title: The Most Ferocious of Creatures
    Author: Chris Sykes
    Publisher: -
    Num. of pages: 122 pages
    Published: June 2014

    Mrs Lambsbottom wakes up one morning and accidentally douses a mouse with milk, unwittingly creating the most ferocious of creatures. She decides to rid her home of the terrible beast but Mrs Lambsbottom is not the most mentally stable of characters. Neither is the cat that she brings home from ‘Meow’s Cat Shelter for the criminally insane’.

    All the ingredients mix together ensuring a stupendously silly story satisfyingly stuffed with suitable story related things and, er, stuff.

    Packed full of funny pieces of incredibly relevant information, although perhaps not always factual, The Most Ferocious of Creatures will have you smiling.

    Review

    One day, the 87 years-old Mrs. Lambsbottom poured a pan of milk all over Colin the mice. And, as we all know (or not), a "Milk soaked mice are the most ferocious of creature and this one was no different." (page 20). Hence, the usual calm morning of Mrs. Lambsbottom changed into a hetic cat and mouse game.

    I won this book from Goodreads' giveaway. It took almost 2 months for the book to arrive at my place. Well, at least it arrived. Thank you to the author, Chris Sykes, for the book.

    I'm going to admit that I didn't really enjoy the book. I like the silliness of the story (a milk soaked mice, a vegetarian cat, and criminally insane cats? C'mon.), but the story felt unfocused. I thought it was gonna be about Mrs. Lambsbottom trying to get rid of the mouse, but I was wrong. It turned out to be something else, with several sub-stories that sometimes didn't really contribute to the main story. The ending... how could it turned that way? It had no hints whatsoever. A deus ex machina out of nowhere.

    The writing was oke. It was light and easy to digest, suitable for children. It was repetitive and used too many adverbs for my liking though.

    Overall, I didn't really like it. I like the premise, but not the execution. Maybe it will be a fun book for children. So, give it a try. One and a half stars for me.

    This book is for the following reading challenge:
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  5. Perempuan-Perempuan TersayangPerempuan-Perempuan Tersayang by Okke Sepatumerah
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: Perempuan-Perempuan Tersayang
    Penulis: Okke Sepatumerah
    Penerbit: Gagas Media
    Halaman: 276 halaman
    Terbitan: Mei 2015

    Pernahkah kau mendengar kisah dari Kota SoE, kota kelahiranku?

    Ya, tadinya aku pun berpikir sama denganmu, tak ada yang menarik dari kota yang berjarak lebih dari seratus kilometer dari Kupang, ibu kota Nusa Tenggara Timur itu.
    Maka, aku meninggalkannya.
    Dan, di ruas Ibu Kota, aku menemukan cinta.
    Menegakkan mimpiku hampir sempurna.

    Namun, hidup tak selalu memihak pada mimpi yang sempurna, bukan?
    Mau tak mau, aku harus kembali ke SoE.
    Aku pulang, meninggalkan cinta dan harapan akan masa depan.

    Pernahkah kau mendengar kisah dari Kota SoE, kota kelahiranku?
    Tadinya, aku pun berpikir sama denganmu, tak ada yang istimewa darinya.
    Namun, ternyata aku lupa akan indahnya barisan bugenvil yang mekar serentak di tepi-tepi jalannya.
    Aku lupa sempat kutitipkan cinta malu-malu di sana.

    Lalu, maukah kau menelusuri bersamaku kelok jalannya yang berbatu-batu?
    Menikmati siur dingin udaranya sambil kita perbincangkan lagi cinta yang sering kau lupa.

    Mungkin kau sama denganku, cinta yang sebenarnya justru kau temukan saat kau pikir kau sedang kehilangan.

    Jadi, dengarlah kisah dari Tana Timor ini.

    Review

    "Perempuan-Perempuan Tersayang" bercerita tentang Fransina, gadis Timor yang terpaksa pulang ke SoE, Timor Tengah Selatan, NTT, karena sebuah masalah keluarga. Terpaksa meninggalkan pacarnya serta berbagai kesempatan kerja di Jakarta, Fransina pulang dengan hati uring-uringan, serta menyalahkan adiknya yang dia anggap sebagai penyebab masalah.

    Di SoE inilah, di kampung halamannya, Fransina mengevaluasi kembali dirinya, serta mempertanyakan apa yang selama ini dia anggap penting. Di SoE jugalah dia bertemu seorang pria yang mampu membuat hatinya berdebar-debar, yang mampu membuatnya meragukan perasaannya pada pacarnya di Jakarta yang kini mulai berubah.

    Ini buku kedua dari seri Indonesiana yang kubaca. Sebelumnya sudah baca Di Bawah Langit yang Sama (review di sini).

    Kalau boleh jujur, antara "Di Bawah Langit yang Sama" dengan "Perempuan-Perempuan Tersayang" ini butuh untuk saling transfer kelebihan masing-masing. Dari segi cerita/plot, saya lebih suka novel ini. Tapi, dari segi cara bercerita, saya lebih suka "Di Bawah Langit yang Sama".

    Cara narasinya terlalu mengandalkan 'tell', khususnya di bagian awal. Ada banyak bagian yang saya rasa akan lebih baik kalau ditunjukkan pada pembaca. Hal-hal seperti keadaan mental Fransina, kehidupan sehari-hari yang membosankan, hingga keadaan kota SoE yang katanya tidak ada harapan bekerja untuk Fransina (yang sesuai keahliannya di bidang entah periklanan, bahasa, atau ilmu komunikasi. Tidak disebutkan dengan spesifik), pasti bisa lebih menarik kalau ditunjukkan dengan lebih detail.

    Untuk ceritanya, saya cukup suka. Penyelesaiannya juga bagus, walau saya masih bingung dengan Fransina dengan Fritz yang tiba-tiba jadi gantung gitu. Kalau bisa, sih, ada lebih banyak adegan yang menunjukkan perkembangan dalam keluarganya Fransina.

    Btw, melihat Fransina di novel ini, saya jadi kepikiran salah satu puisinya Rendra. Saya kutipkan di sini:

    Sajak Seonggok Jagung

    Seonggok jagung di kamar
    dan seorang pemuda
    yang kurang sekolahan.

    Memandang jagung itu,
    sang pemuda melihat ladang;
    ia melihat petani;
    ia melihat panen;
    dan suatu hari subuh,
    para wanita dengan gendongan
    pergi ke pasar ………..
    Dan ia juga melihat
    suatu pagi hari
    di dekat sumur
    gadis-gadis bercanda
    sambil menumbuk jagung
    menjadi maisena.
    Sedang di dalam dapur
    tungku-tungku menyala.
    Di dalam udara murni
    tercium kuwe jagung

    Seonggok jagung di kamar
    dan seorang pemuda.
    Ia siap menggarap jagung
    Ia melihat kemungkinan
    otak dan tangan
    siap bekerja

    Tetapi ini :

    Seonggok jagung di kamar
    dan seorang pemuda tamat SLA
    Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa.
    Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.

    Ia memandang jagung itu
    dan ia melihat dirinya terlunta-lunta .
    Ia melihat dirinya ditendang dari diskotik.
    Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalase.
    Ia melihat saingannya naik sepeda motor.
    Ia melihat nomor-nomor lotre.
    Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal.
    Seonggok jagung di kamar
    tidak menyangkut pada akal,
    tidak akan menolongnya.

    Seonggok jagung di kamar
    tak akan menolong seorang pemuda
    yang pandangan hidupnya berasal dari buku,
    dan tidak dari kehidupan.
    Yang tidak terlatih dalam metode,
    dan hanya penuh hafalan kesimpulan,
    yang hanya terlatih sebagai pemakai,
    tetapi kurang latihan bebas berkarya.
    Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.

    Aku bertanya :
    Apakah gunanya pendidikan
    bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing
    di tengah kenyataan persoalannya ?
    Apakah gunanya pendidikan
    bila hanya mendorong seseorang
    menjadi layang-layang di ibukota
    kikuk pulang ke daerahnya ?
    Apakah gunanya seseorang
    belajat filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran,
    atau apa saja,
    bila pada akhirnya,
    ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata :
    “ Di sini aku merasa asing dan sepi !”

    Saya merasa Fransina seperti layang-layang ibukota yang pulang ke daerahnya dengan kikuk, lalu berkata, “Di sini aku merasa asing dan sepi!”.

    Secara keseluruhan, tiga bintang. Buku ini saya rekomendasikan untuk penyuka konflik keluarga, serta yang penasaran dengan kehidupan di SoE.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  6. Marry Now, Sorry LaterMarry Now, Sorry Later by Christian Simamora
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: Marry Now, Sorry Later
    Penulis: Christian Simamora
    Penerbit: Penerbit Twigora
    Halaman: 438 halaman
    Terbitan: Mei 2015

    "BERSEDIAKAH SAUDARA MENGASIHI 
    DAN MENGHORMATI ISTRI SAUDARA SEPANJANG HIDUP?"
    Sejak awal Jao Lee sudah tahu, Reina tak mencintainya. Namun, menikah dengan putri satu-satunya direktur Hardiansyah Electronics itu memberi ilusi cukup bahwa Jao memilikinya. Salah besar. Reina justru melakukan sesuatu yang tak pernah Jao duga selama ini: kabur sebelum acara resepsi dimulai.

    "ADAKAH SAUDARI MERESMIKAN PERKAWINAN INI 
    SUNGGUH DENGAN IKHLAS HATI?"
    Setelah enam bulan bersembunyi, akhirnya Jao berhasil menemukan Reina. Seperti dugaannya, suaminya itu memaksanya pulang bersama ke Jakarta. Memangnya apa yang dia harapkan? Semacam membuka lembaran baru dan hidup bersama sebagai suami-istri sungguhan?

    "SAYA BERJANJI SETIA KEPADANYA DALAM UNTUNG DAN MALANG, 
    DAN SAYA MAU MENCINTAI DAN MENGHORMATINYA 
    SEUMUR HIDUP."
    Ini cerita cinta tentang dua orang yang tak saling cinta, tapi bertahan untuk tetap bersama. Sampai kapan mereka akan terus berusaha? Perlukah mereka jatuh cinta dulu supaya bisa bahagia?


    Selamat jatuh cinta,

    CHRISTIAN SIMAMORA

    Review

    "Marry Now, Sorry Later" bercerita tentang Reina, seorang gadis dari keluarga kaya, yang tiba-tiba saja dilimpahi tanggung jawab akan perusahaan ayahnya yang meninggal. Reina yang mendapati bahwa kondisi keuangan perusahaan ayahnya ternyata tidak sehat, terpaksa meminta perpanjangan tenggat pembayaran utang pada Jao Lee, si pengusaha muda yang sukses, serta merupakan salah satu peminjam modal pada Hardiansyah Electronics.

    Jao, yang mempunyai rencana berbeda, mengajukan persyaratan pada Reina. Dia akan menghapus seluruh utang Hardiansyah Electronics jika Reina setuju untuk menikah dengannya. Reina yang merasa sudah tidak memiliki jalan lain, akhirnya menyetujui hal itu.

    Ini novel pertamanya Christian Simamora yang saya baca. Iya, tahu, telat banget. Ybs sudah menelurkan 14 buku, saya baru baca satu doang.

    Anyway, saya suka dengan novel ini. Ide ceritanya mungkin sudah biasa, sih. Tentang nikah kontrak yang berkembang menjadi sesuatu yang lebih jauh lagi, tapi eksekusinya bagus. Saya cukup suka dengan cerita yang langsung dibuka dari tengah, baru kemudian mundur untuk menjelaskan duduk perkaranya. Ini membuat cerita bisa langsung lompat ke bagian yang seru dan hanya meringkas bagian awalnya yang memang sangat potensial untuk seret.

    Interaksi antara Jao dan Reina juga sangat es teh manis panas. Manis, segar, dan panas. Saya suka dengan usaha Jao untuk menunjukkan kalau dia serius dengan Reina. Saya juga suka dengan Reina yang ragu-ragu dengan usahanya Jao, karena curiga kalau ada udang di balik batu. Saya suka dengan kedua tokohnya yang masih terasa manusiawi dan tidak over the top seperti di novel romans kontemporer yang terakhir kubaca.

    Saya juga suka dengan tokoh-tokoh sampingannya, seperti kedua temannya Reina, Sari dan Char, mantan temannya si Reina yang bitchy, sampai Michael, sahabatnya Jao. Semuanya terasa punya kepribadian masing-masing. Untuk Char, saya suka karena penulisnya memperlakukan tokoh transeksualnya dengan baik dan terasa manusiawi.

    Yang kurang kusuka adalah Reina yang tampaknya kurang berusaha (atau kurang ditunjukkan usahanya) waktu pertama kali berusaha mengurus perusahaan ayahnya, serta beberapa pertengkaran di bagian akhir. Pertengkarannya terasa kebanyakan aja.

    "Terlepas dari risiko sakit yang luar biasa, cinta adalah pengalaman yang nggak tergantikan oleh apa pun. Bahkan uang sekalipun. Cinta bisa bikin lo merasa jadi orang paling beruntung di muka bumi." Michael kepada Jao (hal. 380)


    Secara keseluruhan, saya merekomendasikan novel ini untuk penyuka novel romans kontemporer.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    -2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  7. Wishful Wednesday 65

    Wednesday, August 19, 2015

    Selamat hari Rabu semuanya. Berjumpa lagi di acara curhat mingguan Wishful Wednesday. Untuk minggu ini, buku yang masuk daftar WW saya adalah:

    Brink of Senses
    oleh: Mertha Sanjaya

    “Mengapa kau menari di sini?” tanya Kevin lantang. “Bukankah kau bisa menari di panggung dan dapat uang lebih banyak?”

    “Aku tidak butuh uang. Aku hanya suka menari. Menari, menari, dan menunggu.”

    Keputusan sang ayah untuk pindah ke New York membawa angin segar dalam kehidupan Kevin Huston. Di kota yang sibuk itu, dia bisa melupakan kenangan buruk akan ibunya dan bisa memulai hidup baru tanpa ada yang tahu riwayatnya sebagai mantan pasien di Pusat Rehabilitasi Mental Golden Sunshine (“Senyum, senyum, senyum karena kau ada di Golden Sunshine!”). Kevin berhasil menarik perhatian Carla Friday, gadis paling populer di sekolah dan dia bisa berteman dengan siapa pun yang dia mau. Siapa pun kecuali Scarlett Mendelsohn, gadis penari yang ia temui di Battery Park. Berulang kali Kevin mencoba mendekati Scarlett, tapi gadis itu tidak menggubrisnya, seolah pikirannya berada di tempat lain. Tapi Kevin tidak mau menyerah. Karena ada sesuatu dari gadis itu yang mengingatkannya pada kondisinya dahulu.


    Happiness 
    oleh: Fakhrisina Amalia

    “Berarti nggak masalah, dong, kalau Ceria masuk MIPA tapi ambil Biologi?”

    “Bisa aja, sih. Tapi kalau kamu tanya Mama, yang banyak hitung-hitungannya itu lebih spesial. Nggak sembarang orang bisa, kan?”

    Bagi Mama yang seorang dosen Matematika, hitung-hitungan itu spesial. Mama selalu membanding-bandingkan nilai rapor Ceria dengan Reina—anak tetangga sebelah yang pandai Matematika—tanpa melihat nilai Bahasa Inggris Ceria yang sempurna. Karena itu, sepanjang hidupnya Ceria memaksakan diri untuk menjadi seperti Reina. Agar Mama dan Papa bangga. Agar ia tak perlu lagi dibayang-bayangi kesuksesan Reina. Agar hidupnya bahagia. Ceria bahkan memilih berkuliah di jurusan Matematika tanpa menyadari ia telah melepaskan sesuatu yang benar-benar ia inginkan. Sesuatu yang membuat dirinya benar-benar bahagia.



    Dua buku yang menjadi penutup dari seri Young Adult Realistic Novel dari Ice Cube Publisher. Awalnya Ice Cube hanya mengumumkan 13 buku untuk seri YARN, tapi kemudian ada entri wildcard yang diberikan untuk beberapa tulisan yang dianggap baik, tapi masih perlu perbaikan lagi. Akhirnya, 'Brink of Senses' dan 'Happiness' inilah yang terpilih sebagai buku ke-14 dan ke-15.

    Bukunya dijadwalkan terbit pada 24 Agustus 2015.

    Itu dia Wishful Wednesday saya kali ini. Bagaimana denganmu?

  8. Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan: Esai-esai Sastra dan BudayaSastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan: Esai-esai Sastra dan Budaya by Ignas Kleden
    My rating: 5 of 5 stars

    Judul: Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan: Esai-esai Sastra dan Budaya
    Penulis: Ignas Kleden
    Penerbit: Penerbit Graffiti & Freedom Institute
    Halaman: 500 halaman
    Terbitan: 2004


    "Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan" adalah kumpulan esai sastra dan budaya yang ditulis oleh Ignas Kleden. Buku ini terbagi atas empat bagian. Bagian I yang berjudul "Mengalami Kesusastraan" adalah pembuka yang menceritakan latar belakang penulisnya, serta bagaimana dia tertarik dengan dunia sastra.

    Dalam retrospeksi dapatlah dikatakan bahwa tulisan-tulisan yang hadir dalam buku ini adalah ikhtiar menjawab beberapa pertanyaan penelitian (research question) mengenai kedudukan sastra dan berbagai dimensi kaitannya. (hal. 7)


    Beberapa pertanyaan yang dimaksudkan antara lain:
    1. Sastra dan Bukan Sastra (sastra lebih bersifat tekstual/maknanya lahir dari hubungan-hubungan di dalam teks sendiri, sedangkan tulisan yang sifatnya non-sastra lebih bersifat referensial/makna lahir dari hubungan teks-luar teks)

    2. Sastra, Masyarakat, dan Kebudayaan (bagaimana sastra menghubungkan diri dengan/melepaskan diri dari alam pikiran kebudayaan atau pengaruh struktur sosial dari mana sastra itu berasal?)

    3. Sastra dan Pengarang (bagaimana memahami sebuah karya sastra dalam hubungan dengan penulisnya?)

    4. Sastra dan Konteks (apakah sebuah karya sastra harus selalu dipahami dengan konteks penulisannya?

    5. Sastra dan Kritik Sastra (metodologi apa yang tepat untuk kritik sastra?)

    6. Sastra, Ilmu, dan Imajinasi  (apakah sastra hanya memberi kita fiksi, sedangkan ilmu pengetahuan, sosial, dan sejarah hanya memberikan fakta dan data?)

    Pada bagian II, Strategi Literer Menghadapi Perubahan Sosial, berisi kumpulan esainya akan tulisan-tulisan (dan terkadang tentang hidup) Umar Kayam, Putu Wijaya, Sutardji Calzoum Bachri, Pramoedya Ananta Toer, Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas 1997, Goenawan Mohammad, Y. B. Mangunwijaya, dan H. B. Jassin.

    Bagian III, "Puisi, Penyair dan Intelektual Publik, berisi kumpulan esai tentang puisi, sajak, dan para penyair seperti: Goenawan Mohammad, Rendra, Joko Pinurbo, T. Mulya Lubis, Mochtar Pabbottingi, Dorothea Rosa Herliany, dan tradisi lisan "Bujang Tan Domang".

    Bagian IV, "Dari Apologetik ke Dialog", berisi kumpulan esai tentang refleksi kebudayaan, pergeseran nilai moral, perkembangan kesenian, dan perubahan sosial, fakta dan fiksi tentang fakta dan fiksi, serta esai tentang esai.

    Secara keseluruhan, saya suka banget dengan buku ini. Ada berbagai macam hal baru yang saya pelajari di sini. Bukan hanya tentang sastra dan budaya, tapi juga tentang ilmu sosial dan filsafat, serta hubungan antara sastra dengan budaya, ilmu sosial, dan hal-hal lainnya.

    Jujur membaca buku ini sangat membutuhkan konsentrasi, khususnya karena saya tidak terbiasa dengan berbagai istilah yang digunakan. Untungnya ada glosarium yang membantu untuk mencari istilah-istilah yang ada kalau saya lupa/kurang paham dengan istilah tersebut.

    Buku ini saya rekomendasikan untuk orang-orang yang tertarik dengan sastra dan hubungannya dengan ilmu budaya dan sosial.

    Kesenian bukanlah ruang kudus tempat orang memasang lilin di kaki Dewi Keindahan dan kemudian bersukaria melupakan kehidupan yang keras di luarnya. Kesenian adalah bidang kegiatan yang memakai estetik sebagai sarana pembaharuan kebudayaan, seperti urakan yang menggunakan humor dan kekasaran untuk mencapai tujuan yang sama. (hal. 231)


    Dari mana pun asal-usul kebudayaan itu, hal itu tidak begitu penting artinya untuk kreativitas, selama penerima pengaruh-pengaruh itu dalam suatu proses internalisasi dan integrasi kebudayaan, dan kemudian menjadikan semua pengaruh itu sebagai bahan untuk penciptaan kebudayaan yang bersifat kreatif.

    Ini berarti, rasa prihatin tentang besarnya pengaruh Barat, sebetulnya mencerminkan rasa prihatin tentang lemahnya daya cerna kebudayaan kita sendiri. (hal 361-362)


    Fictio berarti sesuatu yang dikonstruksikan, ditemukan, dibuat atau dibuat-buat. Jadi kalaupun ada unsur khayalan maka khayalan di sana tidak menekankan segi non-realnya, tetapi segi konstruktif, segi inventif, dan segi kreatifnya. (hal. 421)


    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Read Big Reading Challenge
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  9. Dirgahayu Republik Indonesia

    Monday, August 17, 2015

    Dirgahayu Republik Indonesia. Selamat ulang tahun yang Ke-70. Sekali merdeka, terus merdeka. Terus memerdekakan diri dari hal-hal yang masih menjajah negeri ini :)

  10. Dirty Little SecretDirty Little Secret by AliaZalea
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: Dirty Little Secret
    Penulis: aliaZalea
    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
    Halaman: 336 halaman
    Terbitan: Januari 2014

    MEET THE HERO

    Ben Barata. Sukses dengan kariernya dan berkehidupan mapan, tapi masih merasakan kekosongan dalam hidupnya. Dan dia yakin kekosongan itu hanya bisa diisi oleh Jana, cewek yang menghilang tanpa jejak setelah hatinya dia injak-injak bertahun-tahun yang lalu. Dia bertekad untuk bertekuk lutut meminta maaf dan mendapatkan kesempatan kedua dengan Jana... Namun, bagaimana dia bisa melakukannya tanpa membuat Jana mengambil langkah seribu ketika melihatnya?

    MEET THE HEROINE

    Jana Oetomo. Ibu dari sepasang anak kembar yang bandelnya setengah mati dengan sebuah rahasia yang memberikan definisi baru pada ungkapan “skeletons in the closet”. Namun sepertinya rahasia itu tidak bisa tetap terkubur, terutama ketika Ben, orang terakhir yang dia inginkan mengetahui rahasia itu, tiba-tiba muncul kembali dalam kehidupannya. Dan dia lebih baik mati daripada membiarkan Ben dekat-dekat dengannya lagi.

    Review

    Buku ini... apa dimaksudkan sebagai novel komedi/satire atau bagaimana ya?

    "Dirty Little Secret" bercerita tentang Ben, seorang pria akhir 20-an, yang memiliki kehidupan yang cukup mapan di Amerika, yang pulang ke Indonesia untuk mencari Jana, wanita yang pernah meninggalkannya dan tidak bisa dia lupakan. Di Indonesia, dia bertemu kembali dengan Jana. Ben terkejut dengan fakta kalau Jana sudah punya dua orang anak kembar yang wajahnya mirip dengannya.

    Jana meninggalkan Ben 8 tahun yang lalu karena pria itu meminta Jana menggugurkan kandungannya, anak mereka. Jana, yang tidak mau melakukan hal itu, memutuskan untuk berbohong pada Ben dan pulang ke Indonesia untuk melahirkan dan membesarkan anak-anaknya.

    Ben, yang sadar akan kesalahannya, memutuskan untuk menebus apa yang telah dia lakukan. Dia harus membuktikan diri pada Jana yang benci dan menolak keberadaan dirinya saat ini.

    Ben. Ben, Ben, Ben. Kalau mau dibandingkan dengan kedua tokoh utama pria di Celebrity Wedding dan The Devil in Black Jeans, saya merasa kalau dia ini yang paling karikatur.

    Saya merasa kalau dia ini karakter cowok yang didorong terlalu keras untuk jadi si alpha male/cowok dominan, tapi usaha yang berlebihan ini malah membuat dia jatuh ke arah komikal. Sebagai cowok, dia itu digambarkan:

    1. berpikir bahwa pink itu bukan warna untuk cowok (poor pink. selalu menerima perlakuan seksis seperti ini)

    2. mengakui diri sebagai cowok sehat yang memikirkan tubuh wanita setidaknya sejam sekali (hal. 262).

    3. memberi reaksi, Kalau saja orang selain Eva yang mengatakannya dan kalau saja orang itu mengatakannya tentang orang lain selain Jana, dia mungkin sudah meninjunya. Yang ada, sekarang dia hanya bisa tersenyum, sewaktu diledek oleh Eva kalau dia suka Jana.

    Why? Because men always brawl for unnecessary things? Is that why?

    4. bertindak kasar karena dibilangin "banci" oleh Jana (kembali ke nomor 3. Men always brawl for unnecessary things).

    5. semua cewek tertarik ke dia (bahkan cewek yang menjual rumah ke dia)

    6. sentuhan, tatapan, dan perkataannya selalu mampu membuat Jana merasa "celana dalamnya kebakaran"

    7. tidak punya kekurangan

    Untungnya, dia masih punya sisi manusiawi yang tergambarkan di beberapa momen kecil, seperti waktu dia nangis pas tahu dia ternyata punya anak selama ini. Sayangnya momen-momen ini ketutup sama tingkah lakunya yang kubilang di atas.

    Jana buatku tokoh yang lebih dapat untuk dimengerti... awalnya. Saya bisa paham kenapa dia ragu dan bahkan takut dengan Ben yang tiba-tiba kembali ke hidupnya. Sayangnya, dia juga tampaknya dipaksakan untuk memainkan peran cewek submisif, sehingga semakin ke belakang, saya justru semakin gagal paham dengan Jana yang terus merasa bersalah karena telah "menyembunyikan" keberadaan anak-anaknya dari Ben.

    Untuk ceritanya, saya suka dari halaman awal sampai halaman 200. Lewat dari itu, rasanya cerita jadi sangat over the top dengan pertengkaran tentang poster Ophelia (ini yang paling tiba-tiba dan terasa gak masuk akal), Jana yang tiba-tiba sakit sampai gak bisa gerak, hingga ayahnya Jana yang tiba-tiba muncul dan bilang tidak setuju kalau Ben jadi suaminya Jana sampai Ben bilang dia mungkin butuh pengacara, tapi kemudian nggak ada kabar beritanya tuh. Adem ayem aja.

    Secara keseluruhan, saya belum merasa nyambung dengan kedua tokoh utama di novel ini. Baik Ben maupun Jana masih terasa seperti karakter yang dipaksakan untuk memenuhi peran dominan/submisif tanpa diberi kesempatan untuk lepas dari kerangka itu. Ya, kecuali kalau tujuan penulisnya untuk membuat parodi karakter seperti itu, sih.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  11. Read That To-Read: Adults' Time

    Thursday, August 13, 2015

    Hai, selamat bulan Agustus semuanya. Postingan RTTR kali ini memang telat banget keluarnya, tapi lebih baik telat daripada tidak sama sekali, kan.

    Bulan lalu saya berencana untuk membaca 10 buku dan semuanya berhasil dibaca. Ini rekapnya:

    1. The Sound of the Mountain  Yasunari Kawabata (review)
    2. 1984 - George Orwell (review)
    3. Love, Curse & Hocus Pocus - Karla M. Nashar (review)
    4. The Old Capital - Yasunari Kawabata (review)
    5. Across the Ocean - Ria Destriana (review)
    6. Sweet Karma - Ayudewi (review)
    7. Above the Stars - D. Wijaya (review)
    8. Ocean Breeze - Cepi R. Dini (review)
    9. Amaranth, Love, Lies, Bleeding - Maria Ch Michaela (review)
    10. The Ocean at the End of the Lane - Neil Gaiman (review)

    Untuk bulan Agustus ini, saya mengambil tema 'dewasa' untuk dibaca. Maksudnya, bakal baca buku-buku yang memang ditujukan untuk pembaca yang sudah gede. Kayak saya gitulah.

    Buku yang rencananya akan dibaca:

    1. Perempuan-Perempuan Tersayang - Okke Sepatumerah
    2. Kita & Rindu yang Tak Terjawab - Dian Purnomo
    3. Marry Now, Sorry Later - Christian Simamora
    Tiga saja untuk bulan ini, deh. Selamat membaca semuanya. Selamat membabat to-read ataupun timbunan kalian.



  12. Wishful Wednesday 64

    Wednesday, August 12, 2015

    Halo, selamat hari Rabu semuanya. Setelah rehat selama seminggu yang lalu, kali ini saya kembali lagi dengan Wishful Wednesday. Untuk minggu ini, buku incaran saya adalah:

    Inside the O'Briens
    by: Lisa Genova

    From award-winning, New York Times bestselling author and neuroscientist Lisa Genova comes a powerful new novel that does for Huntington’s Disease what her debut Still Alice did for Alzheimer’s.

    Joe O’Brien is a forty-four-year-old police officer from the Irish Catholic neighborhood of Charlestown, Massachusetts. A devoted husband, proud father of four children in their twenties, and respected officer, Joe begins experiencing bouts of disorganized thinking, uncharacteristic temper outbursts, and strange, involuntary movements. He initially attributes these episodes to the stress of his job, but as these symptoms worsen, he agrees to see a neurologist and is handed a diagnosis that will change his and his family’s lives forever: Huntington’s Disease.

    Huntington’s is a lethal neurodegenerative disease with no treatment and no cure. Each of Joe’s four children has a 50 percent chance of inheriting their father’s disease, and a simple blood test can reveal their genetic fate. While watching her potential future in her father’s escalating symptoms, twenty-one-year-old daughter Katie struggles with the questions this test imposes on her young adult life. Does she want to know? What if she’s gene positive? Can she live with the constant anxiety of not knowing?

    As Joe’s symptoms worsen and he’s eventually stripped of his badge and more, Joe struggles to maintain hope and a sense of purpose, while Katie and her siblings must find the courage to either live a life “at risk” or learn their fate.

    Praised for writing that “explores the resilience of the human spirit” (The San Francisco Chronicle), Lisa Genova has once again delivered a novel as powerful and unforgettable as the human insights at its core. 

    Novel kedua dari Lisa Genova. Sebelumnya saya sudah baca Still Alice (review di sini). Kalau lihat dari blurb-nya, Inside the O' Briens ini rasanya masih mirip dengan Still Alice. Tapi, kalau di Still Alice sudut pandang yang diambil adalah dari Alice, yang terkena Alzheimer, mungkin di buku ini diambil dari sudut pandang keluarga penderita Huntington's Disease.

    Penasaran baca buku ini karena saya yakin, sama seperti di Still Alice, penjelasan tentang penyakit dan usaha pengobatannya akan dijelaskan dengan detail, serta konflik keluarganya akan diolah dengan baik.

    Itu dia Wishful Wednesday saya kali ini. Bagaimana denganmu?

  13. Above the StarsAbove the Stars by D. Wijaya
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: Above the Stars
    Penulis: D. Wijaya
    Penerbit: Ice Cube Publisher
    Halaman: 248 halaman
    Terbitan: Juni 2015

    “Kau tidak takut jatuh?” tanya Mia.

    Danny menggeleng.

    “Aku takut jatuh,” aku Mia dengan polos. “Kalau kau takut apa?”

    Danny tidak langsung menjawab. Ia juga tidak menolakkan kaki ke tanah lagi untuk menambah kecepatan ayunan. Senyuman di wajahnya perlahan-lahan memudar. “Aku takut tidak bisa melihat selamanya.”

    Menurut Danny Jameson, hidupnya tidak pernah mudah. Ia punya orangtua yang protektif, mesin tik Braille yang tidak dimiliki teman-temannya, dan semacam magnet yang menarik John Schueller untuk terus mengganggunya. Namun, yang paling buruk adalah ia punya sepasang mata biru yang tidak bisa melihat. Ketika Danny berpikir Mia Berry akan menjadi satu-satunya teman yang ia punya, Will Anderson datang dan mengubah hidupnya. Will memperlihatkan kepadanya dunia yang ingin ia lihat. Will juga membuat Danny mempertanyakan sesuatu tentang dirinya. Tapi, sebelum Danny sempat menemukan jawabannya, Will menghilang.

    Review

    "Above the Stars" bercerita tentang Danny, seorang remaja tunanetra yang belajar di sekolah biasa. Di sekolahnya dia berteman dengan Mia, mencatat pelajaran dengan mesin ketik khusus braille, dan sering diganggu karena kekurangannya.

    Suatu hari, ada seorang murid pindahan di sekolahnya. Nama murid itu Will dan dialah yang membawa perubahan hebat dalam hidup Danny. Bukan hanya membuat Danny lebih menikmati hidup dan keluar dari zona nyamannya, Will juga membawa suatu perasaan yang baru dalam hidup Danny.

    Iya. Ceritanya memang tentang LGBT. Sudah kelihatan dari blurb-nya kok.

    Saya lumayan suka dengan ceritanya. Ceritanya manis dan romansnya tidak berlebihan.

    Yang kurang kusuka mungkin kurangnya tensi dalam cerita. Maksudnya, tidak ada satu titik dalam novel yang kurasa memberi perasaan "meledak" pada ceritanya.

    Terus, mengenai bisik-bisik tetangga, buku ini katanya mirip dengan salah satu film bertema LGBTQ dari Brazil. Saya belum nonton filmnya, jadi tidak bisa bilang apa-apa. Cuma kalau baca sinopsis filmnya, rasanya perkembangan plotnya beda jauh, walau memang ada beberapa elemen cerita yang sama di awal, seperti karakter utama 2 cowok + 1 cewek , mesin ketik, dan soal murid pindahan.

    Secara keseluruhan, "Above the Stars" ini bacaan yang manis untuk tema LGBTQ remaja.  

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Young Adult Reading Challenge
    - 2015 New Authors Reading Challenge
    - 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge


    View all my reviews

  14. RIP Swistien Kustantyana

    Monday, August 10, 2015

    Hari Minggu yang lalu, saya membaca tweet yang mengejutkan dari Ice Cube Publisher. Penulis novel "Diary Princesa", Swistien Kustantyana, telah meninggal dunia. Mbak Swistien meninggal pada hari Sabtu, 8 Agustus 2015, setelah berjuang melawan kanker.

    Jadi ingat kalau dulu Mbak Swistien pernah mengirimkan novelnya untuk saya baca dan review di blog ini. Bahkan potongan pembatas bukunya itulah yang saya pakai untuk persyaratan lomba menulis YARN-nya Ice Cube Publisher.


    Selamat jalan, Mbak Swistien. Semoga Mbak diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa.