Rss Feed
  1. Jejak hujanJejak hujan by Hary B. Kari'un
    My rating: 1 of 5 stars

    Judul: Jejak Hujan
    Penulis: Hary B. Kari'un
    Penerbit: Grasindo
    Halaman: 124 halaman
    Terbitan: Juli 2014

    Karena, aku tak mau mengkhianati apa yang selama ini kupertahankan. Aku memiliki masa lalu. Aku terikat oleh masa lalu, terikat oleh kenangan, terikat oleh... oleh banyak hal. Banyak hal yang membuat aku harus selalu ingat dan tetap memegangnya. Kamu punya kekasih, meski dia tidak selalu bersamamu, dan aku punya kekasih, meski itu hanya masa lalu. Kita tetap setia dengan apa yang pernah kita yakini, Wen, Kita bukan pengkhianat...'

    Tiba-tiba dia merangkulku dan menangis. Hujan masih belum reda dan senja sudah benar-benar habis. Suara ombak pantai terdengar menghempas karang di pinggir jalan itu. Dia semakin erat memelukku. 'Kenapa kamu tidak bisa melupakan masa lalumu?'

    Review

    Sesuai ilmu perbintangan Goodreads. I didn't like this book.

    "Jejak Hujan" bercerita tentang Firman, seorang mahasiswa sastra sekaligus jurnalis, dan Heny, seorang penyiar radio sekaligus pemain teater dan mahasiswi biologi. Pertemuan pertama mereka dibarengi kekesalan Firman karena Heny tidak menepati janjinya. Seharusnya gadis itu datang untuk Firman wawancarai, tapi Heny tidak muncul dan Firman tidak bisa menyelesaikan artikelnya.

    Pertemuan mereka selanjutnya membawa keduanya dalam dunia masing-masing. Dunia tempat masa lalu mencengkeram kehidupan mereka dengan begitu kuat.

    Jujur saya harus bilang kalau membaca sepuluh halaman pertama buku ini sudah membuat saya ingin meletakkannya kembali. Pengin DNF aja rasanya, tapi akhirnya saya berusaha untuk baca hingga akhir dan sayangnya saya tetap kurang suka.


    Galau para tokoh utamanya, yang seharusnya membuat pembaca terenyuh, justru membuat jengkel. Rasanya semua kegalauannya dipanjang-panjangkan dengan gaya, "Oh, diriku yang malang.".

    Buat saya, mungkin ini masalah teknik penceritaan. Banyak bagian dalam ceritanya, yang seharusnya menunjukkan alasan kenapa tokoh-tokohnya pada galau, justru diceritakan secara kering dalam gaya berita. Emosinya dijelaskan dengan gaya ini terjadi setelah itu, lalu selanjutnya begini dan begitu. Saya bacanya cuma sambil bilang, "Oh...", tapi sama sekali tidak terasa di hati. Padahal konflik-konfliknya potensial untuk mengaduk emosi.

    Lalu, ada kesalahan teknis yang lumayan terasa. Ceritanya mengambil latar April 1993, tapi saat siaran, Heny bicara tentang film "Message in The Bottle", sebuah film yang diangkat dari novel karya Nicholas Sparks dan dibintangi oleh aktor favoritnya, Kevin Kostner (hal. 16). Oke, pertama: judulnya itu "Message in a Bottle". Kedua nama aktornya itu Kevin Costner. Ketiga, dan yang paling fatal, filmnya itu baru rilis tahun 1999. Bagaimana caranya si Heny sudah menonton film yang baru tayang enam tahun kemudian? Apa dia punya kemampuan melompati ruang waktu?

    Secara keseluruhan, saya kurang suka novel ini. Baik cerita, karakter, maupun gaya berceritanya tidak begitu melekat di hati. Mungkin bisa coba dibaca kalau kamu mencari buku tentang cinta masa lalu yang terus membekas.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    2016 Read at Your Own Risk

    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment