My rating: 4 of 5 stars
Judul: Dua Kepiting Melawan Dunia
Penulis: Saskia Tjokro
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 248 halaman
Terbitan: November 2005
Karen Anastara cewek pintar tapi nggak pede-an. Sampai-sampai dia nekat memermak seragamnya demi menarik perhatian Andhru, gebetannya sejak lama. Tapi gara-gara itu dia jadi kena masalah sama guru BP dan reputasinya sebagai "murid teladan" pun luntur. Akibatnya? Dia makin nggak pede aja.
Suatu hari kelasnya kedatangan murid baru. Namanya Nadia. Cewek yang satu itu langsung menarik perhatian dengan gayanya yang cuek dan supel. Sial bagi Karen, Nadia malah memilih duduk di sampingnya, sehingga penyakit nggak pede-nya makin menjadi-jadi. Bukan itu saja: Karen juga sirik, soalnya Bang Naren (kakaknya) dan Andhru suka banget sama Nadia. Jadi nggak heranlah kalau hubungan Karen dengan Nadia jadi meruncing. Padahal kalau Karen lebih jeli, ia bakal tahu Nadia sebenarnya nggak setangguh kelihatannya.
Review
Dua Kepiting Melawan Dunia bercerita tentang Karen, seorang murid SMA yang punya rasa percaya diri yang rendah. Suatu hari, dia bertemu dengan Nadia, tetangga sekaligus murid baru di kelasnya. Nadia yang supel dan keren langsung bisa menarik perhatian orang-orang di sekitarnya, termasuk Andhru, cowok yang Karen suka. Tapi, tanpa Karen duga, pelan-pelan dia menemukan dunia Nadia yang ternyata tidak seindah bayangannya.
Saya ingat banget kalau dulu dapat novel ini sebagai bonus PO novel Harry Potter. Dari dulu juga sudah suka dengan buku ini, bahkan masih bisa ingat beberapa bagian ceritanya.
Kalau dilihat dari ceritanya, rasanya novel ini malah cocok dengan genre YA sekarang yang punya unsur cerita yang lebih realistis dan gelap. Pesan yang ingin disampaikan juga tidak terkesan menggurui. Pada dasarnya, novel ini bercerita tentang dua gadis yang bertolak belakang, tapi memiliki persahabatan yang membantu satu sama lain untuk bertumbuh.
"Kepiting itu makhluk yang nggak sadar kalau dirinya dikasih kelebihan. Dia malah menerima nasibnya begitu saja." (hal. 107)
Kekurangan novel ini ada dua buat saya. Pertama, referensi-referensi popnya yang membuat novel ini terkesan tua. Zaman sekarang mah, mana ada remaja yang ngefansnya sama Westlife atau Blue. Sudah tidak ada juga yang pakai sarung tangan jaring ala Agnes Monica (zaman dia bergaya Harajuku) atau dasi ala Avril Lavigne (saat dia masih berpakaian hitam-hitam). Ini memang risiko penggunaan referensi pop dalam novel, sih. Pasti bakal menua dengan cepat. (atau memang belum siklusnya aja kali ya. Mungkin nanti sarung tangan jaring dan dasi Avril akan populer lagi.)
Kedua, akhir ceritanya. Saya suka akhirnya, tapi build-up-nya kurang dapat. Rasanya kurang tergali soal hubungan Nadia dengan ayahnya. Coba dibanyakin lagi.
"Kalau memang ada hal yang nggak sesuai sama keinginan kita, ya jangan lalu sedih dan menyesal! Kita nggak hidup di dunia kita sendiri, Ren. Reality bites, you know. (hal. 174-175)
Secara keseluruhan, novel yang sangat saya rekomendasikan untuk dibaca. Sayang dia sepertinya tidak dicetak ulang saat beberapa tahun lalu ada pencetakan ulang beberapa novel teenlit. Sayang juga karena Saskia Tjokro sepertinya belum menerbitkan novel lagi. Ataukah Saskia Tjokro ini hanya nama samaran dan si penulis memakai nama lain saat ini? Entahlah.
Let's meet on social media:
Instagram | Twitter | Youtube
View all my reviews
0 comments :
Post a Comment