Rss Feed
  1. VoiceVoice by Ghyna Amanda Putri
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: Voice
    Penulis: Ghyna Amanda Putri
    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
    Halaman: 192 halaman
    Terbitan: Oktober 2014

    “... ada yang bisa kami bantu?” “Nggg... gini, Mas...”

    Dipanggil “Mas” lagi? Kalau bukan “Mas” ya “Om”, paling bagus “Bapak”. Serbasalah memang kalau punya suara kelewat ganteng. Tiap kali menerima telepon, Kirana pasti dikira laki-laki, padahal dia jelas cewek tulen.

    Walau kadang membuat orang salah mengira, suara itu pula yang membawa Kirana memasuki industri yang tak pernah dibayangkannya: menjadi voice actor dan mengisi suara untuk karakter utama lelaki dalam cerita animasi. Entah ini termasuk kesempatan emas atau malah malapetaka, karena kemudian Kirana harus berpasangan dengan seorang cowok yang punya suara lembut dan bening bernama Akira.

    Memang, Kirana dan Akira awalnya selalu berdebat, tapi akhirnya mereka bisa juga bersama-sama menyingkirkan batu sandungan dan menjadi voice actor yang dapat menghidupkan karakter dalam layar, walau dengan suara yang tertukar; Kirana dengan suara gantengnya, dan Akira dengan suara lembutnya.


    Review
     
    I don't know. It's just flat.

    Voice bercerita tentang Kirana, seorang wanita yang memiliki suara yang membuatnya sering dikira sebagai laki-laki. Setelah memutuskan untuk melanjutkan kuliah, dia pindah ke rumah ayahnya dan menerima tawaran untuk menjadi pengisi suara untuk game yang tetangganya buat demi menyelesaikan skripsi.

    Tanpa Kirana sangka, sampel suara yang seharusnya untuk proyek game itu justru membuatnya terdampar pada sebuah audisi untuk menjadi pengisi suara sebuah film animasi. Di proyek itulah, dia bertemu dengan Akira, seorang cowok blasteran yang memiliki suara yang lebih cocok untuk perempuan.

    Akhirnya kesampaian buat baca novel ini. Sebenarnya saya sudah pengin baca sejak dia pertama kali terbit di 2014, tapi baru terpenuhi sekarang. Sejak dulu saya sudah penasaran dengan premisnya yang terdengar begitu menarik: tentang cewek bersuara ganteng, cowok bersuara lembut, dan dunia pengisi suara.


    "Pangeran?" Kirana memotong ucapan Pak Ramdan dengan cepat setelah melihat bagian-bagian dialog yang ditandai dalam naskah itu. "Maksudnya... saya take vocal untuk memerankan tokoh laki-lakinya, begitu?" (hal. 47)

    Sayangnya, setelah selesai membaca novel ini, saya merasa biasa saja. Ceritanya cenderung datar dan tidak ada banyak hal yang terjadi. Hanya berkutat soal Kirana yang berusaha menjadi lebih percaya diri, serta penyesuaian dirinya dengan pekerjaan baru itu.

    Dunia pengisi suara yang ditampilkan di sini menarik dan menjadi poin lebih untuk novel ini. Kebetulan hanya bagian ini saja yang saya punya nilai positif. Untuk karakter dan ceritanya, saya cenderung netral.

    Satu hal yang masih kurang bisa saya tangkap adalah bagian pemicu Kirana terjun ke dunia pengisi suara. Bagaimana ceritanya surel Kirana bisa nyasar ke studio animasi yang lagi cari pengisi suara? Terus, bagaimana ceritanya juga studio tersebut sampai bisa salah menanggapi surelnya Kirana? Memangnya pengiriman sampel tersebut tidak harus dibarengi formulir segala macam? Ini bagian yang sederhana dan sebenanya gampang diperbaiki di dalam cerita, tapi karena dibiarkan terbuka, saya malah jadi bingung.

    Soal suaranya Kirana dan Akira juga... di luar dugaan tidak membuat heboh banyak orang. Maksudku, apakah itu tidak cukup menarik untuk menjadi tambahan nilai promosi film tersebut? Misalkan mereka disuruh promosi sambil menunjukkan bahwa pengisi suara pangeran dan putri sebenarnya dari jenis kelamin yang berlawanan dengan tokohnya. Semua orang malah terkesan biasa saja dengan hal ini. Padahal ini salah satu hal yang bikin saya pengin baca bukunya.

    Secara keseluruhan, it was oke. Cerita dan tokohnya cenderung datar, tapi ada nilai lebih di dunia pengisi suaranya. Bukan novel terbaik dari Ghnya Amanda Putri yang pernah saya baca, tapi masih tetap menarik dan bisa saya selesaikan dalam satu hari.

    Kirana sendiri sesungguhnya masih belum bisa percaya bahwa ia akhrnya bisa menyelesaikan semuanya ini. Dirinya yang dulu hanya seorang customer service telepon seluler, kini mampu menyuarakan seorang karakter animasi. Seperti yang pernah dikatakan, mereka tidak sekadar bersuara, tapi juga menghidupkan-memberi jiwa, serta kehidupan. (hal. 168-169)


    Let's meet on social media:
    Instagram | Twitter | Youtube


    View all my reviews


  2. 0 comments :

    Post a Comment