My rating: 3 of 5 stars
Judul: Titik Nol: Makna Sebuah Perjalanan
Penulis: Agustinus Wibowo
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 568 halaman
Terbitan: Februari 2013
Jauh. Mengapa setiap orang terobsesi oleh kata itu? Marco Polo melintasi perjalanan panjang dari Venesia hingga negeri Mongol. Para pengelana lautan mengarungi samudra luas. Para pendaki menyabung nyawa menaklukkan puncak.
Juga terpukau pesona kata "jauh", si musafir menceburkan diri dalam sebuah perjalanan akbar keliling dunia. Menyelundup ke tanah terlarang di Himalaya, mendiami Kashmir yang misterius, hingga menjadi saksi kemelut perang dan pembantaian. Dimulai dari sebuah mimpi, ini adalah perjuangan untuk mencari sebuah makna.
Hingga akhirnya setelah mengelana begitu jauh, si musafir pulang, bersujud di samping ranjang ibunya. Dan justru dari ibunya yang tidak pernah ke mana-mana itulah, dia menemukan satu demi satu makna perjalanan yang selama ini terabaikan.
Review
Pertama-tama, saya berterima kasih kepada Mbak Nabila,
Membaca buku ini membuat saya terinspirasi untuk tidak menjadi backpacker. Serius. Membaca perjalanan Ming, nama Mandarin penulis, mengarungi Tibet, Nepal, India, Pakistan, dan Afghanistan, membuat saya bersyukur bahwa hari ini saya masih berada di atas kasur yang lumayan empuk, dalam terpaan angin dari kipas, serta bisa memperoleh makan dan minum dengan mudah.
Sounds like I am dwelling too deep in my comfort zone? Yes, I am.
Buku ini bukan panduan bagaimana mengelilingi Asia Barat dengan budget sekian juta saja. Juga bukan buku yang memandu tempat-tempat mana saja yang harus kita datangi kalau berkunjung ke Nepal atau India. Buku ini adalah catatan perjalanan si penulis dan refleksinya akan arti perjalanan itu dalam kehidupannya sendiri. Semuanya diceritakan secara jujur dan gamblang.
Awal buku ini sudah langsung berhasil menangkap perhatian saya. Bahasa yang dipakai Agustinus Wibowo di sini bagus, sampai saya merasa sedang membaca novel alih-alih sebuah buku non-fiksi.
Salah satu poin menarik buku ini adalah kilas balik kehidupan Hwie, alias Widyawati, ibu sang pengarang, yang ceritanya berjalan berbarengan dengan penuturan perjalanan "si musafir". Agustinus Wibowo memang menjadikan perjalanannya di Titik Nol ini sebagai refleksi akan kehidupan sang ibu. Bahkan saking menariknya, pada beberapa titik saya merasa lebih tertarik pada kisah kilas balik tersebut ketimbang Safarnama penulis. Apakah hal ini juga yang membuat saya sedikit bosan pada sepertiga bagian akhir buku ini? Karena lebih penasaran pada cerita hidup Hwie ketimbang soal Pakistan dan Afghanistan? Entahlah.
Secara keseluruhan, ini buku yang sangat menarik. Ada banyak hal yang dapat menjadi perenungan dari buku ini. Baik tentang hidup, perjalanan, sampai hal yang bersifat "teknis", seperti budaya, turisme, dan agama.
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2013 Membaca Sastra Indonesia Reading Challenge
- 2013 Nerdy Non-Fiction Reading Challenge
View all my reviews
sudah punya, kepikiran baca buat SRC bulan ini ^^
SRC ya? Saya ambil bukunya Trinity yang "Naked Traveler" :3
*dan sampai sekarang belum beli bukunya.