My rating: 3 of 5 stars
Judul: Dark Memories
Penulis: Stephie Anindita
Penerbit: Noura Books
Halaman: 280 halaman
Terbitan: November 2014
Siang itu, aku dihubungi seseorang.
“Ella, di mana sekarang?” Nadanya sangat mendesak. “Elo bisa balik ke sekolah sekarang?”
“Ada apa sih?” tanyaku. Ada firasat tidak enak menjalar ke seluruh tubuhku.
“Ada murid kelas D yang mencoba bunuh diri. Loncat dari lantai tiga.”
Aku terbelalak. “Hah?! Kok bisa?!”
“Infonya masih simpang siur. Mendingan elo ke sekolah sekarang, deh.”
“Memang apa hubungannya sama gue?”
“Yang mencoba bunuh diri itu Anet, La ….”
“…”
“Dan dia menyebut nama elo di surat peninggalan dia. Sekarang penyidik dari kepolisian mau ketemu elo.”
“…”
Sekejap saja, pikiranku kembali memanggil kenangan-kenangan itu.
Saat semua kekacauan ini bermula.
Review
Pertama, saya mengucapkan selamat dulu untuk Kak Stephie Anindita atas terbitnya novel ini. Novel kedua setelah Hujan dan Cerita Kita (review di sini)
Kedua, ternyata bukan saya saja yang kecele sama blurb dan kovernya :)).
Awalnya saya mengira novel ini masuk ke kategori thriller/suspense dengan misteri terbesar ada pada kematian si murid yang lompat dari lantai tiga. Ternyata tidak. Novel ini lebih berat ke arah drama remaja dengan topik utama yang tampaknya jadi trend belakangan ini: penggencetan alias bullying.
Saya suka dengan cara penulisnya menampilkan kepingan-kepingan puzzle yang ada dan membiarkan pembaca sendiri yang merangkai semua kepingan itu. Siapa si murid yang mencoba bunuh diri, apa hubungannya dengan Ella, bagaimana kondisi keluarga Ella, kondisi sekolahnya, dll.
Novel ini banyak menggunakan alur mundur untuk menampilkan kepingan peristiwa. Flashback-nya ini mungkin sedikit terlalu banyak, atau kurang terintegrasi baik dengan cerita, sehingga agak mengganggu alur maju yang ada. Rasanya lama banget untuk bisa maju dari satu peristiwa ke peristiwa lain. Untungnya peristiwa yang ditampilkan cukup menarik minat saya.
Untuk typo, saya nemu beberapa, seperti:
- Aku rasa, itu sudah melihat lebih dari cukup. (hal. 30)-> harusnya 'aku sudah(?)'
- Sabut kepala kering (hal. 84) -> kayaknya 'sabut kelapa' deh.
- seperitnya (hal. 129) -> 'sepertinya'
Aku percaya setiap manusia memiliki monster dalam diri mereka. Sepanjang hidup manusia harus berperang melawan monster itu. Terkadang monster itu kalah, terkadang monster itu menang. Kadang kalau tekanan batin yang dialami seorang manusia sudah melampaui batas pertahanan dirinya, manusia bisa memilih untuk menyerah dan berjabat tangan dengan monster itu. Bekerja sama dengan monster itu agar keduanya bisa bertahan hidup. (hal. 18)
Btw, buat yang pengin baca cerita dengan latar tempat yang sama, SMA Galileo, bisa coba baca Noel d'Amour. Di sana ada cerpen dari penulis yang menggunakan sekolah yang sama.
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2014 Young Adult Reading Challenge
View all my reviews
0 comments :
Post a Comment