My rating: 2 of 5 stars
Judul: Mesopotamia
Penulis: Senja Nilasari
Penerbit: PING!!!
Halaman: 220 halaman
Terbitan: September 2014
Saat sedang membereskan rumah warisan di Nasiriyah, Oman menemukan sebuah buku berjudul Meet the Sumerians. Tergoda untuk membukanya, tiba-tiba saat tersadar ia berada di Sumeria, dua puluh satu abad sebelum Masehi.
Di Sumeria, Oman yang seorang arsitek, mesti menjadi budak. Dia harus berganti-ganti majikan. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Raja Shulgi, dan terlibat dalam pembangunan ziggurat Ur, salah satu ziggurat bangsa Mesopotamia yang terbesar.
Review
"Mesopotamia: mimpi panjang yang teramat melelahkan" bercerita tentang Oman, seorang pemuda asal Irak yang bekerja sebagai arsitek di Indonesia. Bertahun-tahun tidak pulang ke kampung halamannya, Oman akhirnya harus kembali karena ibunya sakit.
Setelah meninggal, Ibunya mewariskan sebuah rumah di Nasiriyah pada Oman. Di sana, setelah membersihkan rumah itu, Oman menemukan sebuah buku dengan huruf kuno, sebuah buku yang membawanya mundur ribuan tahun ke Sumeria.
Awalnya saya sempat berpikir kalau novel ini mengambil kisah Yusuf sebagai dasarnya. Soalnya secara garis besar, ceritanya lumayan mirip. Mulai dari Oman yang dijadikan budak, digoda oleh istri majikannya, sampai akhirnya dia mendapat kepercayaan raja. Tapi, kalau dibandingkan dengan kisah Yusuf, novel ini masih terlalu tanggung.
Novel ini sudah cukup baik dalam menggambarkan kondisi hidup masyarakat Sumeria. Kerasnya kehidupan budak yang harus Oman jalani juga cukup terasa. Sayangnya, saya merasa semua itu diceritakan secara kering, tanpa emosi.
Saya sama sekali tidak bisa merasakan emosi Oman. Padahal dia mengalami perubahan nasib yang cukup drastis, loh. Bayangkan, seorang pria modern yang hidup sehari-harinya bebas, tiba-tiba terlempar ke masa lalu dan dijadikan budak. Ada beragam emosi yang bisa timbul. Stress, marah, tertekan, atau malah merasa bersemangat karena bisa melihat suatu masa yang berbeda. Saya tidak menangkap satu pun perasaan itu. Memang Oman sendiri sempat satu-dua kali mengeluh, tapi sebagian besar cerita terjadi dengan Oman yang terlalu anteng, tanpa emosi.
Ceritanya sendiri banyak yang tanggung, misalkan soal pembuatan ziggurat, masalah dengan istri majikannya, kemudian masalah dengan majikan-majikannya banyak yang hanya diceritakan begitu saja. Atau beberapa hal sederhana yang dibiarkan gantung seperti ini:
"Ceritakanlah sebuah cerita dari negerimu." (salah seorang budak)
[...]
"Baiklah, tentang banjir besar dan kapal Nabi Nuh."
"Banjir besar? Seperti cerita Ziusudra?"
Oman terdiam dan bertanya-tanya. Siapa Ziusudra? Apa itu nama Nabi Nuh bagi bangsa Sumeria?
Budak itu lalu meninggalkan Alan (nama Oman di masa itu) karena tak memberinya cerita yang baru. [...] (hal. 135-136).
Jadi, Ziusudra itu siapa? Kenapa tidak langsung diceritakan saja? Kan, bisa lebih memberikan gambaran lagi tentang bangsa Sumeria.
Secara keseluruhan, Mesopotamia ini punya cerita yang lumayan bagus. Penulisnya juga mampu memberikan gambaran kehidupan masa itu dengan baik. Sayang ceritanya terlalu kering secara emosi, sehingga saya tidak bisa larut ke dalamnya. Setiap kali Oman menghadapi masalah, dianya tenang banget seperti tidak merasakan apa-apa. Ya, sayanya juga jadi santai-santai saja. Kalau saja hubungan emosi (dan mungkin juga akhir cerita) lebih diperdalam, saya pasti bakal lebih suka dengan novel ini.
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2015 New Authors Reading Challenge
- 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge
View all my reviews
0 comments :
Post a Comment