Rss Feed
  1. My Name is RedMy Name is Red by Orhan Pamuk
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul; My Name is Red
    Penulis: Orhan Pamuk
    Penerbit: Vintage
    Halaman: 417 halaman
    Terbitan: Agustus 2002

    At once a fiendishly devious mystery, a beguiling love story, and a brilliant symposium on the power of art, My Name Is Red is a transporting tale set amid the splendor and religious intrigue of sixteenth-century Istanbul, from one of the most prominent contemporary Turkish writers.

    The Sultan has commissioned a cadre of the most acclaimed artists in the land to create a great book celebrating the glories of his realm. Their task: to illuminate the work in the European style. But because figurative art can be deemed an affront to Islam, this commission is a dangerous proposition indeed. The ruling elite therefore mustn’t know the full scope or nature of the project, and panic erupts when one of the chosen miniaturists disappears. The only clue to the mystery–or crime? –lies in the half-finished illuminations themselves. Part fantasy and part philosophical puzzle, My Name is Red is a kaleidoscopic journey to the intersection of art, religion, love, sex and power.


    Review
     
    "My Name is Red" bercerita tentang sekelompok miniaturis yang sedang membuat sebuah buku atas permintaan Sultan. Sang Sultan ingin agar buku tersebut menggambarkan kebesaran pemerintahannya. Tapi, sang Sultan kemudian mengajukan satu syarat tambahan, dia ingin agar ilustrasi buku itu dibuat dalam gaya Eropa yang menampilkan gambar secara figuratif, sesuatu yang sebenarnya dapat dilihat sebagai penghinaan dalam Islam.

    Masalah kemudian mulai timbul saat salah satu miniaturis menghilang dan ditemukan terbunuh. Sebuah gambar yang ditemukan di tubuh mayat menjadi petunjuk untuk mengungkap jati diri si pelaku.


    "My Name is Red" bisa dibilang adalah sebuah novel besar yang menunjukkan bagaimana seni bukan hanya menyentuh masalah estetika atau kebanggaan seseorang, tapi juga adalah bagian dari kehidupan, moral, agama, kebahagiaan, hingga ketakutan manusia. Khusus dalam novel ini, pekerjaan sebagai pelukis/miniaturis sangat erat kaitannya dengan agama.

    "You know quite well why! Because they remembered Our Prophet's warning that on Judgment Day, Allah will punish painters most severely."

    "Not painters," corrected Enishte Effendi. "Those who make idols. And this is not from the Koran but from Bukhari."

    "On Judgment Day, the idol makers will be asked to bring the images they've created to life," I said cautiously. "Since they'll be unable to do so their lot will be to suffer the torments of Hell. Let it not be forgotten that in the Glorious Koran, 'creator' is one of the attributes of Allah. It is Allah who is creative, who brings that which is not into existence, who gives life to the lifeless/ No one ought to compete with Him. The greatest of sins is committed by painters who presume to do what He does, who claim to be as creative as He." (hal. 160)


    Bukan hanya tentang agama dan misteri pembunuhan, novel ini juga membicarakan tentang cinta Black Effendi, sang tokoh utama, dengan Shekure, wanita yang telah dia cintai selama 12 tahun sebelum akhirnya mendapat kesempatan untuk bersamanya.

    Keunikan dari novel ini adalah sudut pandangnya yang banyak dan membentuk gambaran besar dari masalah yang ada. Sudut pandangnya juga bukan hanya dari sudut pandang para tokoh manusianya, tapi juga dari berbagai gambar (pohon, kuda), hingga hewan (anjing). Penulisnya juga sanggup membuat suara berbagai sudut pandang ini terdengar berbeda satu sama lain, unik untuk masing-masing karakter.

    Keunikan lainnya adalah, bagaimana gambar lubang hidung kuda bisa jadi petunjuk penting dan sumber pembicaraan tentang seni yang begitu panjang di buku ini. Ternyata satu guratan di gambar lubang hidung bisa mengungkapkan begitu banyak hal :').


    Kalau kudanya kayak gini, artinya apa, ya?

    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment