My rating: 4 of 5 stars
Judul: O
Penulis: Eka Kurniawan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 470 halaman
Terbitan: Februari 2016
Tentang seekor monyet yang ingin menikah dengan Kaisar Dangdut.
Review
O bercerita tentang seekor monyet bernama O yang yakin bahwa sang Kaisar Dangdut adalah pacarnya, Entang Kosasih, sesama monyet yang telah berhasil menjadi manusia. Demi kembali bersatu dengan pacarnya, O rela hidup sebagai topeng monyet yang merupakan salah satu jalan bagi kaum monyet untuk menjadi manusia.
This book is just wonderful.
Cara berceritanya adalah poin yang paling menonjol dari buku ini. Eka Kurniawan menggunakan cara bercerita non-linear yang berpindah dari satu karakter ke karakter lainnya. Gaya bercerita ini membuat pembaca bisa sampai pada pertengahan atau akhir sebuah kisah, sebelum akhirnya pelan-pelan mengumpulkan potongan kisah yang ada dan membentuk gambaran besar cerita.
Cara bercerita ini mengandung risiko, karena dengan mudah pembaca bisa tersesat dan lupa apa saja yang sudah terjadi sebelumnya (atau yang akan terjadi kalau mengikuti kronologi dalam cerita). Hal ini terjadi beberapa kali pada saya. Contohnya: di awal novel ada cerita tentang seekor monyet yang mengacungkan pistol ke arah polisi. Nah, bagian ini lama sekali tidak tersentuh (mungkin ada 200-an halaman), sehingga saat penulis kembali ke sini, saya sampai sempat bergumam, "Oh iya. Tadi ada yang seperti ini."
Cara bercerita yang melompat-lompat ini masih ditambah lagi dengan banyaknya karakter yang harus diikuti. Ada lebih dari sepuluh tokoh, hewan dan manusia, yang semuanya diperlakukan dengan penuturan yang seakan tidak ambil pusing apakah pembaca masih bisa mengikuti alur ceritanya atau tidak.
Menjadi manusia, kau harus berjalan seperti manusia. Menjadi manusia, kau harus duduk seperti manusia. Tertawa seperti mereka, menangis seperti mereka, menderita seperti mereka, bahagia seperti mereka. (hal. 49)
Di sinilah kepiawaian Eka Kurniawan dalam bercerita tampak. Walau ada begitu banyak hal yang terjadi dan harus diikuti, perjalanan membaca kisah O sangat menarik dan memancing rasa ingin tahu. Eka paham kapan harus menggantung cerita dan bagaimana membuka rahasia yang ada dengan perlahan, lalu menyambungkan satu kisah dengan yang lainnya hingga menjadi satu rangkaian utuh.
Satu hal yang saya suka adalah bahwa novel ini memegang konsep nama O yang dijabarkan di dalam buku.
Itu untuk mengingatkan betapa hidup ini tak lebih dari satu lingkaran. Yang lahir akan mati. Yang terbit di timur akan tenggelam di barat, dan muncul lagi di timur. [...]. Dunia itu berputar, semesta ini bulat. (hal. 418)
Pada dasarnya, O adalah sebuah kisah cinta. Baik itu antara manusia, binatang, maupun manusia dengan binatang. Buku yang cocok bagi yang mencari bacaan yang tidak biasa, tapi juga familiar.
View all my reviews
Itu untuk mengingatkan betapa hidup ini tak lebih dari satu lingkaran. Yang lahir akan mati. Yang terbit di timur akan tenggelam di barat, dan muncul lagi di timur. [...]. Dunia itu berputar, semesta ini bulat.
Nice quote
nice review kak bagus
wardah acnederm acne spot treatment gel