Rss Feed
  1. Ratu Seribu Tahun (Vandaria Saga)Ratu Seribu Tahun by Ardani Persada Subagio
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: Ratu Seribu Tahun
    Penulis: Ardani Persada Subagio
    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
    Halaman: 584 halaman
    Terbitan: Agustus 2011

    Hidup abadi sama sekali tidak dipandang Ratu Narasoma sebagai berkah. Kutukan dari djinn Murugan telah membuatnya hidup selama ribuan tahun dan selama itu pula ia merasa begitu kesepian. Menyadari dengan pasti setiap kawannya pada akhirnya akan meninggalkan dirinya untuk selamanya.

    Hingga akhirnya sang Ratu menerima perintah untuk pergi ke barat agar Murugan dalam tubuhnya bisa dibebaskan. Narasoma langsung menuruti perintah itu, lalu meninggalkan kerajaannya dalam sebuah perjalanan panjang.

    Sayangnya, tidak semua orang menyukai keputusannya itu. Para Raja Surga tidak ingin ia pergi dan memutuskan mereka akan memaksa Narasoma kembali ke Madra dengan segala cara.

    Mereka mengirimkan prajurit terbaiknya, Kugo, untuk menghentikan perjalanan Narasoma. Kugo hampir berhasil, tapi kegigihan Narasoma memaksa Kugo untuk terus mencoba lagi dan lagi.

    Dan akhirnya, kesabaran Raja Surga sudah tidak bisa ditahan lagi. Mereka menggunakan segala cara untuk mengirim kembali Narasoma. Apakah tindakan Raja Surga ini berarti berakhirnya perjalanan Narasoma?

    Review

    Ratu Seribu Tahun bercerita tentang Narasoma, ratu kerajaan Madra yang mendapatkan kutukan hidup abadi berkat Murugan, seorang djinn yang bersemayam dalam tubuhnya. Setelah melalui kehidupan selama seribu tahun, sang ratu akhirnya merasa lelah dengan keabadiannya dan ingin melepaskan diri dari kutukan itu. Kedatangan Hekhaloth, sang Pejalan Cakrwala misterius, membawa serta berita bagi sang ratu bahwa ada cara baginya untuk terlepas dari keabadian. Berpegang pada kata-kata Hekhaloth, Ratu Narasoma memulai perjalanannya ke barat.

    This book ... ugh, so much potential, but also so messy.

    Mulai dari potensi dulu kali, ya. Pada dasarnya, Ratu Seribu Tahun ini jelas mengambil inspirasi dari kisah Journey to the West, salah satu kisah yang menemani masa kecil saya lewat seri TV-nya (yang filmnya 5 menit, iklannya bisa 15 menit itu). Cerita dan para tokohnya tidak terlalu mengikuti materi aslinya, tapi tetap cukup menghibur.


    Satu yang saya suka dari novel ini adalah motif agama dalam plotnya. Perjalanan Narasoma ke barat disertai dengan usahanya menyebarkan ajaran Rahwan. Nah, di berbagai tempat yang Narasoma kunjungi, Rahwan ini adalah ajaran yang dianggap berbahaya dan tidak disukai banyak pihak karena alasan tertentu (yang bisa kamu baca sendiri). Menurut saya ini sebuah plot yang menarik dan tidak banyak saya temukan dalam kisah fantasi-petualangan seperti ini. Sayangnya, plot ini tidak terlalu dikembangkan. Ceritanya lebih sibuk dengan kejar-kejaran, persiapan perang, dan banyak sekali perkelahian.

    Kemudian soal perang yang menurut saya tidak jelas. Perjalanan Narasoma memancing tanda tanya bagi para Raja Surga. Mereka tidak tahu apa yang mendorong sang ratu memulai perjalanan dan khawatir kalau Narasoma sebenarnya ingin memulai sebuah perang. Hal ini yang mendorong mereka untuk mengirim Goku, eh, Kugo (Sun Gokong di novel ini) untuk "mencegah perang yang sama sebelum terulang kembali" (hal. 67).

    Cerita kemudian berkembang hingga Kugo justru membelot saat tahu tujuan perjalanan tersebut dan menemani Narasoma dalam perjalanannya. Like seriously? Bahkan saat dia sudah tahu kalau Narasoma tidak ada keinginan untuk memulai perang, dia tidak bisa kasih laporan dulu? Ceritanya masih tetap bisa jalan kok, kalau pun Kugo melapor. Bisa saja dibuat para Raja Surga tidak percaya dan masih tetap curiga dengan motivasi Narasoma. Hal ini membuat serangan Raja Surga masih bisa berjalan dan keberadaan Kugo sebagai pelindung Narasoma akan terasa lebih berarti.

    Pengejaran dan perang yang dilancarkan Raja Surga ini memang menjadi tanda tanya besar buat saya, karena alasan mereka rasanya dibuat-buat sekali. Awalnya saya mengira akan ada semacam intrik politik karena Zagam terlihat sangat ingin memulai perang, tapi ... sudahlah.

    Soal nama dalam novel ini juga agak menjengkelkan (?). Misalnya di antara para tokoh dengan nama seperti Rahwan, Narasoma, Sahadeva, atau Shalya, tiba-tiba saja ada sebuah keris bernama Ouroboros. Atau yang paling membingungkan: perubahan nama dari Madra menjadi Goldark yang tidak jelas asal-usul dan artinya.

    Secara keseluruhan, Ratu Seribu Tahun sebenarnya punya potensi yang besar dan lumayan berhasil memperkenalkan dunia Vandaria bagi pembaca yang masih awam. Hal ini dibarengi dengan penulisan yang baik dan mengalir, walau masih banyak typo. Sayangnya, ada beberapa masalah motivasi dalam cerita yang bisa lebih baik lagi.

    p. s: saya masih menunggu novel Sang Raja Tunggal sampai hari ini.

    RIP Ardani Persada.


    View all my reviews


  2. 2 comments :

    1. Hapudin said...

      Terbitan lama ternyata, makanya kurang familiar. Hemm, membaca ulasannya tampak menarik karena ada unsur petualangan. Dan biasanya kelebihan buku petualangan itu, banyak pelajaran hidup yang bisa direnungkan.

    Post a Comment