Rss Feed
  1. Pas buka FB hari ini, gue kaget baca wall salah seorang teman jurusan gue dipenuhi dengan ucapan "Turut berduka cita". Baca punya baca, ternyata ayahnya meninggal.

    Gue rada kaget juga sih bacanya. Oke, gue tahu. Kematian itu datang kapan saja tanpa diduga. Tapi gue tetap selalu kaget membaca berita kematian orang yang kukenal/ orang terdekat teman-temanku.

    Setelah membaca semua ucapan "Turut Berduka Cita" di wallnya, gue jadi menmang-nimang, should I say it too?
    Ini selalu jadi kebingungan buat gue.

    Pertama kali gue mengalami dilema, haruskah mengucapkan turut berduka cita adalah saat kematian ayah sahabat gue. Sesudah gue dikasih tahu sama teman gue (teman yg lain lagi). Gue bingung. Bilang g ya, bilang g ya?

    Keputusan akhir? Gue gak bilang.

    Alasan utama mengapa gue gak bilang adalah: karena gue gak ngerti bagaimana pedihnya kehilangan orang yang begitu dekat dengan kita. Soalnya belum ada orang dekat (keluarga gitu..) yang gue kenal yang meninggal.

    Ada sih, saudaranya ibu gue, tapi mereka meninggal sebelum gue lahir. Jadi belum kenal. Terus, ayahnya ayah juga sudah meninggal tapi gue sama sekali gak bisa ingat soal beliau.



    Gue ingat pas dulu masih SD, waktu itu ada guru yg biasanya jaga pintu gerbang meninggal sehingga kami (para murid SD) berbondong-bondong pergi ke rumah beliau. Di sana teman-teman gue banyak yang nangis. Pas aku coba bilang "Sudah, semua orang pasti pergi" ke teman gue, dia jawab "Kamu gak kenal dia soalnya. Dia baik banget. Kamu gak tahu rasanya sih" lalu temanku itu terus nangis.

    Waktu itu gue gak gitu memikirkan kata-kata itu aih, tapi sekarang setelah kupikir-pikir, memang benar adanya. I don't understand the pain (dan jangan cepat-cepat deh. Kayak lagunya Kotak. Alon-alon wae).

    Kalaupun saya mengucapkan 3 kata di atas, mereka akan kehilangan artinya. Inilah mengapa saya tidak mengatakannya.

  2. 0 comments :

    Post a Comment