"Mama akan pulang cepat hari ini kan?" tanya Amela ketika melihat ibunya bersiap-siap untuk pergi ke kantor.
Ibunya mengecup pipi Amela, lalu berkata, "Akan mama usahakan sayang. Akan mama usahakan."
"Janji yah, Ma."
Ibunya mengangguk. "Ini payung ungu mama buat kamu. Kamu bilang mau payung ini kan? Kamu simpan payung ini sampai mama kembali yah."
Sebuah kecupan dan sebuah payung lipat berwarna ungu adalah 2 hal terakhir yang Amela terima sebelum ibunya pergi dan tidak pernah kembali lagi. Itu sudah 1 tahun yang lalu dan payung itu kini tersimpan rapi di dalam lemarinya. Dia hanya pernah sekali menggunakannya. Pada hari dia menerima payung itu.
Pada usianya yang baru 9 tahun, Amela tidak mengerti kenapa sang ibu tidak pernah pulang. Ayahnya tidak pernah menjawab dengan jelas pertanyaan itu. Dia hanya bergumam lalu menyuruh Amela pergi setiap kali Amela menyanyakan keberadaan ibunya.
Terakhir kali ketika Amela menyanyakan sang ibu, ayahnya menjawab, "Mamamu tidak akan pernah kembali lagi! Dia sudah pergi dengan orang lain!" Mata ayahnya tampak merah dan bau alkohol serta tembakau keluar dari mulutnya. Wajah ayahnya terlihat begitu menakutkan sehingga dia berjanji dalam hati untuk tidak lagi menyanyakan soal ibunya kepada sang ayah.
Amela yakin ibunya akan kembali. Dia merawat baik-baik payung pemberian ibunya. Dia mengambilnya dari dalam lemari, lalu menggosoknya setiap hari. Tidak pernah dia membiarkan debu menempel di payung itu. Payung ungu ini adalah tandanya. Tanda janji di antara mereka berdua untuk bertemu lagi. Tanda janji bahwa ibunya akan pulang cepat. Amela percaya itu.
Pada hari Selasa, Amela melihat ada kerumunan di dekat tempat tinggalnya. Dia turun dari ojeknya dan menyeruak di antara kerumunan. Dia melihat api menyala menari-nari melalap rumahnya. Asap hitam membumbung tinggi berputar-putar ke angkasa. Payungnya! Payungnya masih ada di dalam lemari!
Dia lari ke depan, hendak menerobos masuk ke dalam rumah, tapi segera seorang pemadam kebakaran menghentikannya.
"Jangan! Berbahaya! Ayo mundur!"
"Tapi, payungnya! Payungnya masih ada di dalam!"
"Biarkan saja payung itu! Tidak mungkin menerobos masuk ke dalam rumah sekarang."
Amela meronta-ronta dalam pelukan erat pemadam kebakaran itu. Air mata mengalir keluar dari dalam mata bulatnya. Bayangan api menyala di dalam mata Amela. Menghabisi rumah tempat tinggalnya, payung ungunya, serta harapan agar ibunya kembali.
-
Payung Ungu Amela
Tuesday, March 20, 2012
Posted by Biondy at 6:14:00 PM |
sedih. :'(
huaaa. sediiih :')
amela nanti beli payung lain yaa
Sediiihh :(