Para Pengendali Naga: Nyanyian Perang di Tanah Naga by
Dhia Citrahayi
My rating:
3 of 5 stars
Judul: Para Pengendali Naga: Nyanyian Perang di Tanah Naga
Penulis: Dhia Citrahayi
Penerbit: leutikaprio
Halaman: 638 halaman
Terbitan: April 2013
Suatu hari tiba-tiba saja seorang Dhia Citrahayi ngepost di forum Kastil Fantasi.
"Eh, gue ada buku ini 2 biji di rumah loh. Yang mau pm gue yah."
Bahasanya enggak gitu sih, tapi intinya begitulah. Melihat kesempatan untuk memperoleh
buku gratisan buku yang memang masuk daftar "to-read" saya, saya pun mengirim pesan ke ybs. Setelah beberapa pertukaran pesan, akhirnya dikirimlah buku ini ke saya.
Butuh waktu sekitar satu bulan sebelum saya memutuskan untuk mulai membaca buku ini. Dua alasan: satu, bukunya tebel banget. Dua, saya masih tobat sama buku fantasi indie
yang keluar hampir bersamaan dengan buku ini. Iya, yang nomor 2 itu harusnya gak ada relevansinya, cuma saya jadi merasa buku ini dan buku itu semacam kembar, jadi yah...
Para Pengendali Naga (PPN, kok jadi pajak yah kalau disingkat?) mengambil kisah di sebuah kerajaan bernama Avriedhas. Di kerajaan ini terdapat orang-orang yang disebut Pengendali Naga. Sesuai dengan namanya, orang-orang ini memiliki kemampuan untuk memanggil naga sebagai partner mereka.
Ada 6 daerah yang dibagi sesuai mata angin dalam kerajaan ini. Timur, Barat, Tenggara, Utara, Barat Daya, dan Selatan Masing-masing daerah itu dipimpin oleh seorang Tetua Naga. Selain berfungsi sebagai pemimpin daerahnya, para Tetua Naga ini juga menjadi semacam simbol perjanjian antara sang naga dengan raja.
Konflik cerita ada pada Azel, raja Avriedhas saat ini. Ingin melepaskan diri dari perjanjian dengan sang naga, Azel menekan para Tetua Naga dan merebut satu per satu kalung naga mereka.
Sedikit komentar soal perjanjian ini. Jujur sampai buku ini selesai saya agak kurang ngeh isi perjanjiannya sebenarnya apa. Intinya sih, si naga dulu memberikan tanahnya pada manusia untuk diusahakan. Lalu para manusia juga (tidak semua tampaknya) dapat mengikat perjanjian dengan naga lainnya. Masing-masing dengan satu naga yang menjadi semacam "jiwa" mereka. Kenapa saya bilang jiwa? Soalnya sistemnya begini: kalau naganya mati, orangnya mati. Kalau orangnya mati, naganya hanya kembali jadi kristal, menunggu hingga dia dipanggil orang selanjutnya. Selain itu si naga ini juga terhubung secara emosi dengan manusianya.
Harus ada pengorbanan anak gadis perawan tiap malam purnama? Nope.
Harus kasih sajen pada si naga tiap setahun sekali? Nope.
Harus melakukan penyembahan pada si naga? Nope.
Enggak ada hal aneh yang harus manusia lakukan. Cuma si raja ini kemudian "memberontak" dari si naga dengan alasan "tidak ingin mengikuti perjanjian yang dibuat bahkan sebelum dia lahir".
Ketidakjelasan motif dan arah cerita di awal sebenarnya bikin saya sempat berhenti dan pindah ke buku
Ai-nya Winna Efendi.
Tokoh utama di PPN ini adalah Siyan, seorang gadis remaja yang pindah ke Avriedhas dan tinggal di rumah Ian, "pamannya" yang juga seorang jenderal kerajaan. Di awal cerita kebanyakan dia hanya pergi ke akademi, flash back ke pembantaian keluarganya, berinteraksi dengan Flyker, naganya. Dan ini sempat bikin saya bingung. Ini ceritanya mau dibawa ke mana? Baru agak di pertengahan saat dibilang bahwa Siyan ini adalah Tetua Naga provinsi Timur, baru saya ngeh jalur ceritanya.
Jadi si Siyan ini adalah salah satu anak yang selamat saat penyerangan kerajaan ke provinsinya dulu. Dia kemudian dipilih oleh kalung naga tetua sebelumnya sebagai tetua yang baru. Karena dendam dan lelah karena ditekan terus-terusan oleh pihak kerajaan, dia pun, dengan bantuan pamannya yang dulunya bersahabat dengan Ian, pindah ke ibukota dan mempersiapkan jalan untuk pemberontakan.
Level pemberontakan di sini bukan skala besar yang gimana sih. Lebih ke arah sistem gerilya. Serangan kecil-kecilan di dalam kota dengan bantuan teman-temannya dari provinsi Timur. Hingga akhirnya terjadi puncak cerita pada pesta perpisahan putri raja yang akan berangkat ke kerajaan tetangga untuk menjadi istri calon raja di sana.
Jadi...
Karakter? Ada terlalu banyak nama. Saya bisa mengerti sih soalnya ini melibatkan satu kerajaan dan konflik dalam skala besar, sehingga masuk akal kalau memang ada banyak nama. Hanya saja kadang nama yang belum tentu bakal muncul lagi pun ditulis dan ini agak mengganggu.
Saya cukup suka dengan Siyan. Minimal dia bukan tipe cewek utama dalam serial fantasi belakangan ini yang galau, "Duh gue sama si cowok kece A atau sama si B yang body-nya oke punya yah?", padahal saat itu dunia sedang terancam bahaya. Dia memang fokus ke apa yang harus dia lakukan dan menyelesaikannya. Ada romansnya? Ada, tapi kadarnya masih dikit banget. Cuma mungkin karakter-karakter pria yang potensial sebagai tokoh utama di buku selanjutnya, semacam Xiehst atau Alant belum terlalu menonjol di sini.
Plot? Saya masih agak bingung dengan perjanjian naga sebenarnya. Soalnya hal ini menjadi motif si raja yang memicu perang saudara dalam kerajaannya sendiri. Jelas tujuannya, bagi saya, bukan karena dia "haus kekuasaan" (rasanya ada bagian yang memaksudkan hal ini secara subtil, tapi mungkin saja saya salah tangkap). Kalau memang haus kekuasaan harusnya dia mengekspansi ke daerah lain dong. Ya kan? Ataukah sebenarnya sudah disebutkan tapi saya kemudian kelewat ya? Butuh konfirmasi pengarang tampaknya.
Penulisan? Sudah bagus. Gaya penceritaannya sudah baik. Typo? Bersih buat saya. Dalam artian saya gak ingat di bagian mana ada typo. Mungkin ada, tapi yang jelas jumlahnya tidak banyak. Yes, I'm looking at you, "twin brother". Selain itu pembagian babnya juga manusiawi untuk buku sepanjang ini.
Saran buat penulis, lebih baik efek suaranya dihilangkan saja. Perlukah untuk menuliskan efek suara sesering itu?
Suara pintu terbuka: "CKLEK... KRIEET..."
Suara kuda: "BLAK... BLAK..."
Suara pedang beradu: "TRANG"
Suara angin bertiup: "WHUUSH..."
Sesuatu direnggut: "GYUT..."
dan masih banyak lagi.
Satu-dua kali mungkin tidak apa-apa, tapi kalau jumlahnya sudah seperti di sini, sangat mengganggu.
Selain itu saya kadang merasa settingnya agak tercampur-campur. Seperti nama misalnya. Di provinsi Timur ada orang dengan nama Siyan (kesannya nama Cina), lalu ada yang namanya Belle (barat) dan Chissa (insting pertama saya Jepang). Juga ada nama Dharma dan Dhie (Indonesia, yang terakhir mirip nama pengarang :D).
Nama campur-campur? Okelah. Lagian nama-nama dari provinsi lain juga tidak ditunjukkan (kecuali Barat Daya). Jadi mungkin saja nama-nama itu sebenarnya wajar di provinsi lain. Yang paling keren sih ada tempe di provinsi Timur dan pada satu adegan Siyan sungkem ("mencium punggung tangan", tapi tidak masuk akal kalau mencium punggung tangan seperti seorang pria mencium punggung tangan seorang wanita kan) pada bibinya (hal. 455). O...ke. Dua hal ini yang paling bikin kening saya berkerut. Rasanya gak nyambung aja sama seluruh setting yang ada. Apalagi untuk budaya sungkem ini hanya muncul di satu adegan itu saja. Perasaan sebelum-sebelumnya gak ada deh. Buktinya waktu Siyan pertama kali bertemu Ian dia cuma membungkukkan badan tuh. Gak ada acara sungkem.
Ending? Gantung banget. Saya sudah dapat firasat di halaman 500-an sih. Soalnya sisa 100 halaman lebih sedikit dan konfliknya belum terselesaikan. Pada akhirnya masih ada beberapa bagian yang belum jelas. Khususnya yang menyangkut soal Raja Azel. Jelas buku ini direncanakan untuk memiliki sekuel. Untungnya plot utama di buku ini sudah selesai sehingga, secara plot, tidak berakhir menggantung.
Kesimpulan? Seperti arti 3 bintang di Goodreads, I like it. Buat saya cara penuturan pengarang sudah baik di sini. Karakternya juga likeable. Saya suka Siyan dan saya menunggu Alant akan menjadi seperti apa di sekuel buku ini. Saya juga cukup suka dengan adegan pertarungan di sini (walau adegan padang rumput jadi padang es lalu "padang air" rasanya agak... oh well). Secara keseluruhan buku ini bagus kok.
Buat yang mau mesan bukunya bisa cek di
sini (ongkirnya gratis kalau saya lihat
halaman ini). Atau tanya ke pengarangnya langsung tentu saja.
Terima kasih untuk Dhia yang sudah memberikan buku ini secara gratis untuk saya. Kalau diperbolehkan sih bukunya mau saya jadikan giveaway, tapi tunggu izin pengarang dulu deh (buku pemberian sih).
Buku ini untuk tantangan baca:
-
2013 Read Big Reading Challenge
-
2013 New Authors Reading Challenge
View all my reviews