My rating: 3 of 5 stars
Judul: Penjelajah Antariksa: Bencana di Planet Poa
Penulis: Djokolelono
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia
Halaman: 232 halaman
Terbitan: Oktober 2015
Malam panjang telah tiba di planet Poa. Malam gelap gulita dengan hawa dingin yang membuat darah pun jadi beku. Kaum Terra di planet Poa mulai berkumpul di Kota mereka yang terlindungi oleh langit buatan. Agaknya malam panjang itu pun akan berlalu tenang.
Ternyata tidak. Penduduk asli planet Poa ternyata banyak yang tidak percaya akan tekad kaum Terra untuk suatu waktu meninggalkan planet itu guna mencari tempat tinggal yang lebih baik. Beberapa orang pemimpin mereka memutuskan untuk menghancurkan masyarakat Terra -- karena merasa didukung oleh kaum Terra asing dari Armada Antariksa Perserikatan Planet-planet.
Empat orang anak -- Vied, Veta, Stri, dan Raz -- terlibat langsung dalam bentrokan yang kemudian terjadi. Pertempuran berkobar dimana-mana ... di Flavo, di antariksa, di angkasa, di permukaan planet, dan bahkan di bawah permukaan planet itu sendiri.
Review
"Penjelajah Antariksa: Bencana di Planet Poa" bercerita tentang kehidupan para manusia Terra di Planet Poa. Setelah planet mereka hancur, para manusia Terra menjelajahi ruang angkasa, berusaha menemukan tempat tinggal yang baru. Salah satu kelompok penjelajah tiba di Planet Poa dan tinggal di tempat itu, mengira Poa adalah sebuah planet tak berpenghuni. Tapi, saat Malam Panjang tiba, para penduduk planet itu muncul ke permukaan.
Kini, bertahun-tahun setelahnya, saat bangsa Terra telah berhasil mengembalikan teknologi mereka yang hilang karena Malam Panjang, para manusia Terra akan meninggalkan planet itu.
Pada hari sebelum Malam Panjang tiba, Raz, seorang gadis kecil, dan kakeknya terjebak di luar kota karena berusaha menolong seorang manusia Poa. Vied, Veta, dan Stri, ketiga kakak Raz, berusaha menemukan Raz dan kakek mereka. Di saat yang sama, muncullah kelompok manusia Terra lainnya yang memiliki teknologi yang lebih canggih. Kali ini mereka datang untuk menguasai planet itu.
Setelah menantikan sekian lama, akhirnya terbit ulang juga serial Petualangan Antariksa dari Djokolelono, salah satu pionir fiksi-ilmiah di Indonesia. Awalnya saya mengira kalau tema yang diangkat itu berat, tapi ternyata tidak terlalu juga.
Ceritanya tidak terlalu berat di pembahasan ilmiah atau strategi politiknya. Kisahnya lebih fokus pada petualangan Raz dan kakeknya di dunia Manusia Poa, Vied yang menjelajahi Poa pada Malam Panjang demi mencari kakek dan adiknya, serta Veta dan Stri yang terlibat dalam pertarungan yang meliputi planet itu.
Deskripsinya menarik. Saya suka dengan bagian perang yang terjadi. Bagian itu memang seru soalnya. Yang saya kurang suka adalah penokohannya. Seluruh karakter di novel ini masih belum terasa tiga dimensi buatku. Mereka juga masih berada dalam area hitam-putih. Mungkin kisahnya akan lebih menarik kalau keadaan mental para tokohnya lebih diperlihatkan lagi.
Satu hal yang jadi pertanyaan saya adalah saran dari Kapten Seneco yang menyarankan untuk menghancurkan Flavo, bulan Planet Poa, agar manusia dapat mendiami planet itu tanpa masalah.
"Kesulitan kalian hanya pada benda buruk itu. Bulan yang kalian sebut Flavo. Jika bulan itu kalian singkirkan, kalian hancurkan, maka gerhana ini takkan terjadi lagi. Walaupun matahari kalian menjauh, dengan tiadanya bulan itu, maka kalian tak usah bersembunyi di balik mangkuk beling ini. Sinar Hurt bisa mencapai planet ini. Aku yakin teknologi kalian cukup memadai untuk membuat peluru-peluru yang bisa menghancurkan bulan itu. Aku yakin kalian bisa membuat reaktor-reaktor nuklir yang bisa membuat udara di luar hangat dan nyaman. Jika tak ada Flavo, di luar pun terang-benderang!" (hal. 82-83)
Masalahnya, setahu saya, bulan itu bukan hanya menjadi penerang di malam hari (atau dalam kasus ini penyebab gerhana panjang yang membuat seluruh planet menjadi beku).
Misalkan di bumi, bulan juga menimbulkan ombak dan pasang-surut yang berakibat pada rotasi planet (lamanya waktu satu hari/bumi berputar pada porosnya). Kalau bulan tidak ada, maka kemungkinan bumi akan berotasi lebih cepat. Hal ini membuat hari menjadi lebih pendek dan seluruh makhluk hidup harus beradaptasi dengan jam biologis yang baru. Rotasi yang lebih cepat juga berarti angin yang bertiup lebih kencang. Belum lagi akan ada masalah pada perubahan musim dan lautan.
Intinya, akan ada banyak perubahan kalau bulan tidak ada.
Latar belakang saya kebetulan bukan fisika atau astronomi, yah. Jadi, saya juga tidak terlalu kompeten untuk berandai-andai soal ini sebenarnya. Tapi, saya rasa menghancurkan Flavo bukan jalan yang paling efektif. Atau, sebenarnya bisa saja Flavo dihancurkan dan tidak memberikan dampak signifikan bagi Poa, tapi hal itu tidak dijelaskan di sini.
Secara keseluruhan, saya suka dengan novel ini. Jarang-jarang bisa baca fiksi-ilmiah karya penulis Indonesia soalnya. Ceritanya juga cukup seru dan diakhiri dengan plot yang membuat penasaran akan kelanjutannya.
Saya merekomendasikan buku ini untuk yang suka membaca pertarungan luar angkasa ala Ender's Game. Kalau yang kamu cari adalah fiksi ilmiah keras ala The Martian, mungkin buku ini kurang tepat untukmu.
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2015 Young Adult Reading Challenge
- 2015 New Authors Reading Challenge
- 2015 Lucky No. 15 Reading Challenge
View all my reviews
0 comments :
Post a Comment