Rss Feed
  1. Cinder (The Lunar Chronicles, #1)Cinder by Marissa Meyer
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: Cinder
    Penulis: Marissa Meyer
    Penerbit: Penerbit Spring
    Halaman: 373 halaman
    Terbitan: Januari 2016

    "Cinder" bercerita tentang Cinder Linh, seorang gadis cyborg yang bekerja sebagai mekanik. Dia tinggal bersama Adri, walinya yang memperlakukannya selayaknya cyborg yang dianggap warga kelas dua, serta kedua anak Adri: Peony dan Pearl.

    Setelah adiknya terkena letumosis, penyakit mematikan yang sedang menyerang seluruh bumi, dia dikirim oleh walinya sebagai kelinci percobaan dalam usaha menemukan obat letumosis. Di pusat penelitian itulah, Cinder mempelajari sebuah kenyataan yang dapat mengubah hidupnya, serta hidup para penduduk bumi.

    Review

    Kalau ada yang belum sadar, "Cinder" ini adalah sebuah penceritaan ulang dari kisah klasik Cinderella. Hanya saja kali ini ada unsur futuristik dengan tambahan penyakit mematikan dan politik intragalaksinya.

    Saya mengakui bahwa penceritaan ulangnya sangat imajinatif. Cinder sendiri bukanlah tokoh utama yang butuh ditolong oleh seorang peri ajaib (atau burung pemberi gaun di versi Grimm Bersaudara). Dia harus berjuang sendiri untuk mengatasi berbagai masalah yang menerpa dirinya. Kisah Cinderella-nya sendiri tidak diterjemahkan terlalu literal, walau tetap ada unsur terkenal yang dipertahankan seperti acara dansa dan adegan tangga.

    Ceritanya juga seru. Saya suka dengan ancaman yang ditimbulkan Ratu Levana, ratu para manusia bulan, yang mampu membuat cerita menjadi tegang, serta memaksa Pangeran Kaito mengambil keputusan-keputusan yang berat.

    Yang membuat saya kurang sreg dengan novel ini adalah dunia yang penulisnya bangun. Jadi, di sini diceritakan bahwa manusia telah melewati empat perang dunia. Empat, karena tiga saja tidak cukup puas. Di dunia itu, hanya terdapat 6 negara: Kerajaan Inggris, Federasi Eropa, Uni Afrika, Republik Amerika, Australia, dan Persemakmuran Timur.

    Pertama: kenapa Asia satu-satunya yang berubah nama? Kedua: Inggris, apa yang kamu lakukan seorang diri begitu? Kenapa tidak bergabung dengan Uni Federasi Eropa?

    Lalu saya tidak yakin dengan ide benua berubah jadi negara. Bagaimana cara kerja dan pendelegasiannya? Belum lagi bentrok kepentingan antarnegaranya. Apalagi ini suatu negara. Bukan bentuk kerja sama seperti ASEAN. Yah, mungkin saya susah membayangkan karena dua perang dunia selama ini justru membentuk negara-negara baru, seperti Indonesia misalnya. Kalau ada negara yang hilang pun, biasanya kemudian menjadi bagian dari negara-negara lain, contohnya Prusia.

    Hal lain yang agak mengganggu adalah nama. Cinder Linh tinggal di sebuah tempat yang bernama New Beijing yang sepertinya juga menjadi pusat pemerintahan Persemakmuran Timur (PT). PT ini dipimpin oleh seorang Kaisar yang bernama Rikan. Kaisar Rikan sendiri memiliki anak yang dikenal sebagai Pangeran Kaito. Lin dan Rikan mungkin diambil dari nama Tionghoa (Lin dan Li Kang?). Nama Rikan bisa juga berasal dari bahasa Persia, sementara Kaito adalah nama Jepang. Ini sebenarnya balik lagi pada kebingungan saya di atas. Maunya negara mana yang mencolok dalam penggabungan benua ini?

    Tapi yah, "Cinder" ini kan memang bukan novel fiksi ilmiah. Mudah aja ngeles untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Bisa juga di buku-buku selanjutnya akan ada penjelasan yang lebih memuaskan tentang dunia yang Cinder tinggali. Mungkin juga cuma saya saja yang merasa terganggu karena hal-hal ini.

    Secara keseluruhan, ceritanya seru dan bikin penasaran untuk baca buku selanjutnya. Hanya saja saya belum begitu suka dengan dunia yang penulisnya bangun.

    Oh, iya. Seri The Lunar Chronicles ini akan diterbitkan oleh Penerbit Spring mulai Januari 2016. Kabarnya satu buku akan diterbitkan setiap bulannya. Mulai dari "Cinder", lalu lanjut ke "Scarlet", "Cress", dan "Winter".



    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2015 Young Adult Reading Challenge
    - 2015 New Authors Reading Challenge


    View all my reviews

  2. 7 comments :

    1. Unknown said...

      Bener2 pengen baca Cinder karena review2nya yang bikin penasaran ^^

    2. Putri said...

      Huaaaaaah, pengen Cinder. Suka dengan cara penulis masukin dongengnya :D Penasaraaaan :D

    3. Inggris gitu mungkin ... karena saat ini saja Inggris kagak mau pakai Euro, kan? Mungkin dari itu kemudian si penulis mutusin Inggris lebih baik "sendirian" di Barat Laut sana :))

    4. reviewnya bikin baper (bawa penasaran xD) konsepnya terdengar matang dan menarik ya, hehe

    5. Unknown said...

      Saya juga sempet pengen protes dengan penamaan tokoh2nya. Berasa campur aduk antar negara.
      Kalo soal penamaan negara di buku, menurutku mungkin setelah perang dunia sebanyak itu banyak negara (benua?) yang hancur sehingga yang tersisa hanya tinggal negara2 kecil seperti sebagian kecil Afrika dan sebagian kecil Eropa. Tapi saya juga kurang suka dengan world buildingnya sih.

    6. Unknown said...

      udah beberapa kali baca review Cinder dan selalu bikin penasaran to the max. cerita yang kece cinder modern

    7. Wah baru kali ini baca review Cinder yg dibahas tentang perubahan negara akibat perang dunia, analisanya detail dan menarik banget! Aku jadi ikutan bertanya-tanya seperti Bang Biondy. :D
      Dan tentu saja makin tertarik dengan novel ini.

    Post a Comment