Para pemenangnya adalah:
Prosa
Judul: Raden Mandasia si Pencuri Daging Sapi
Penulis: Yusi Avianto Pareanom
Penerbit: Banana Publishing
Halaman: 450 halaman
Terbitan: 9 Maret 2016
SUNGU LEMBU menjalani hidup membawa dendam. Raden Mandasia menjalani hari-hari memikirkan penyelamatan Kerajaan Gilingwesi. Keduanya bertemu di rumah dadu Nyai Manggis di Kelapa. Sungu Lembu mengerti bahwa Raden Mandasia yang memiliki kegemaran ganjil mencuri daging sapi adalah pembuka jalan bagi rencananya. Maka, ia pun menyanggupi ketika Raden Mandasia mengajaknya menempuh perjalanan menuju Kerajaan Gerbang Agung.
Berdua, mereka tergulung dalam pengalaman-pengalaman mendebarkan: bertarung melawan lanun di lautan, ikut menyelamatkan pembawa wahyu, bertemu dengan juru masak menyebalkan dan hartawan dengan selera makan yang menakjubkan, singgah di desa penghasil kain celup yang melarang penyebutan warna, berlomba melawan maut di gurun, mengenakan kulit sida-sida, mencari cara menjumpai Putri Tabassum Sang Permata Gerbang Agung yang konon tak pernah berkaca—cermin-cermin di istananya bakal langsung pecah berkeping-keping karena tak sanggup menahan kecantikannya, dan akhirnya terlibat dalam perang besar yang menghadirkan hujan mayat belasan ribu dari langit.
Meminjam berbagai khazanah cerita dari masa-masa yang berlainan, Yusi Avianto Pareanom menyuguhkan dongeng kontemporer yang memantik tawa, tangis, dan maki makian Anda dalam waktu berdekatan—mungkin bersamaan.
Puisi
Judul: Playon
Penulis: F. Aziz Manna
Penerbit: Pagan Press/Dewan Kesenian Provinsi Jawa Timur
Halaman: 45 halaman
Terbitan: November 2015
Di dalam puisi-puisinya, Manna banyak mengungkap permainan tradisional budaya Jawa Timur. Manna seperti mengajak pembaca untuk masuk ke alam tradisi dan sekaligus mengikuti dinamikanya sampai ke permainan masyarakat urban. Ruh budaya Jawa Timur disajikan dengan halus, terbungkus dalam diksi-diksi yang menyiratkan permainan budaya Jawa Timur, dan diekspresikan dalam untaian bait-bait puisi yang disusun dengan gaya esai. Budaya Jawa Timur begitu bebas diungkap dalam puisi-puisinya, sebebas permainan tradisi itu dimainkan. Manna cukup mampu menyelami budaya Jawa Timur dari tradisi hingga ke urban. Kehadiran puisi-puisi yang mengungkap tentang permainan budaya Jawa Timur ini jadi menarik di tengah realitas masyarakat saat ini.
Selamat bagi kedua pemenang!
Ada yang sedikit menggelitik bagi saya dari penghargaan tahun ini. Yang pertama adalah perbedaan antara kover buku "Playon". Saya menggunakan kover yang ada di situs Goodreads, tapi pihak KSK menggunakan gambar yang berbeda. Hal ini ternyata disebabkan oleh perbedaan penerbitnya. Setelah dirilis terbatas oleh Dewan Kesenian Provinsi Jawa Timur, buku puisi ini kembali diterbitkan lewat Pagan Press pada Februari 2016.
Cetak ulang. silakan bagi yang ingin pesan. pic.twitter.com/rr9H2sjWpI— f aziz manna (@fazizmanna) February 19, 2016
Hal lain yang menarik bagi saya adalah penggunaan istilah "The 16th Kusala Sastra Khatulistiwa".
Terima kasih semua........... pic.twitter.com/8s9GlTotC0— Banana Publisher (@bacabanana) 3 November 2016
Saya tuh bingung dengan penggunaan nama penghargaan yang campur rasa begitu. Apa tidak lebih baik kalau dibuat satu bahasa saja? Entah "Kusala Sastra Khatulistiwa ke-16" atau "The 16th Khatulistiwa Literature Award", dengan 'Khatulistiwa' berfungsi sebagai nama dan tidak perlu diterjemahkan menjadi 'Equator'.
Sekali lagi, selamat bagi kedua pemenang. Sekarang saya tinggal menunggu pesanan "Raden Mandasia" sampai di tujuan :)).
Katanya, buku Raden Mandasia jadi buku terbaik 2016. Keren :)