-
Review Novel: The Handmaid's Tale - Margaret Atwood
Thursday, October 30, 2014
The Handmaid's Tale by Margaret Atwood
My rating: 4 of 5 stars
Judul: The Handmaid's Tale
Penulis: Margaret Atwood
Penerbit: Vintage
Halaman: 324 halaman
Terbitan: 1996
Blurb + Sinopsis
In this multi-award-winning, bestselling novel, Margaret Atwood has created a stunning Orwellian vision of the near future. This is the story of Offred, one of the unfortunate 'Handmaids' under the new social order who have only one purpose: to breed.
In Gilead, where women are prohibited from holding jobs, reading, and forming friendships, Offred's persistent memories of life in the 'time before' and her will to survive are acts of rebellion. Provocative, startling, prophetic, and with Margaret Atwood's devastating irony, wit, and acute perceptive powers in full force, The Handmaid's Tale is at once a mordant satire and a dire warning.
Review
Entah bagaimana saya bakal menulis ulasan tentang buku ini. Ada begitu banyak hal yang bisa dibahas di sini. Rasanya jumlah karakter di Goodreads tidak akan cukup. Jadi, mungkin saya tulis pandangan secara keseluruhan tentang buku ini saja kali yah.
Awalnya saya merasa dunia yang Offred tempati ini membingungkan. Dia tinggal di sebuah dunia tempat wanita tidak bisa memiliki pekerjaan, tidak memiliki hak, dicuci otaknya (dengan alasan agama dan humanisme) supaya dapat "diberdayakan" untuk "berkembang biak", dan hamil adalah tujuan utama seorang wanita.
Pertanyaan terbesar saya adalah: kenapa? Offred tidak tinggal di sebuah masa yang kuno. Dunianya relatif modern. Ada telepon, televisi, hingga senapan mesin. Selain itu, di awal cerita, ada juga turis dari Jepang yang bertanya, lewat penerjemah, apakah hidup Offred bahagia? Saya betul-betul heran dengan tempat Offred tinggal.
Tapi perlahan-lahan Offred menunjukkan pada pembaca; apa yang sebenarnya sedang terjadi. Kenapa para wanita yang dulunya hidup bebas, terampas hak-haknya. Dua alasan yang membuat saya bisa lebih menerima dan memahami dunia tempat Offred tinggal. Alasannya: karena terjadinya pemberontakan yang mengambil alih pemerintahan di Gilead, negara tempat Offred tinggal. Selain itu, tingkat polusi yang tinggi juga mengakibatkan menurunnya angka kelahiran. Bayi yang lahir biasanya mati atau cacat. Hal ini membuat para wanita hidup dalam kondisi seperti Offred. Dengan harapan bayi-bayi yang sehat dan sempurna dapat bertambah angkanya.
Saya suka bagaimana Offred, lewat cerita dan kenangannya yang terkesan "remeh", mampu menunjukkan distopia yang dia alami.
Saya juga suka hubungan Offred dengan Commander dan Nick, si chauffeur. Ada unsur "romantis" yang kuat (tidak sepenuhya bisa dibilang romantis juga sih) yang menambah warna cerita.
Yang kurang saya suka itu mungkin akhirnya. Kenapa harus dibuat seperti itu. Kenapa harus gantung kayak gitu? Saya kan mau tahu nasib Offred selanjutnya T_T
Secara keseluruhan, novel dengan cerita yang baik. Dunia yang Margaret Atwood tampilkan membuat saya penasaran, bertanya, dan berpikir. Cara berceritanya juga enak dan membuat saya membalik halaman novel ini dengan cepat karena penasaran. Hanya saja akhirnya agak kurang pas di hati, tapi tidak sepenuhnya mengecewakan. Saya hanya berharap untuk tahu lebih banyak lagi tentang Gilead.
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2014 New Authors Reading Challenge
View all my reviewsPosted by Biondy at 10:53:00 PM | Labels: Margaret Atwood , Membaca , New Authors Reading Challenge 2014 , Novel , Review , Review Buku , Vintage | 0 comments |
-
Wishful Wednesday 50
Wednesday, October 29, 2014
Yeah, Wishful Wednesday saya mencapai usia emas :)).
Apa? Minta dibuatin GA untuk merayakan? Langsung cek di sini aja. GA-nya berhadiah 4 novel horor untuk 1 pemenang loh :3.
Untuk minggu ini, buku yang saya masukkan untuk WW adalah:
On Mystic Lakeby: Kristin HannahBlurb dari Goodreads:Annie Colwater's husband has just confessed that he's in love with a younger woman. Devastated, Annie retreats to the small town where she grew up. There, she is reunited with her first love, Nick Delacroix, a recent widower who is unable to cope with his silent, emotionally scarred young daughter. Together, the three of them begin to heal. But just when Annie believes she's been given a second chance at happiness, her world is turned upside down again, and she is forced to make a choice that no woman in love should ever have to make.
Nemu buku ini lewat salah satu buku tentang kepenulisan. Katanya ini buku yang menguras emosi dan melihat blurb-nya, saya rasa memang begitu. Sudah cari bukunya, tapi tampaknya harga buku ini kurang bersahabat :)).
Itu dia WW saya kali ini. Bagaimana denganmu?
Untuk info lebih lanjut soal Wishful Wednesday, cek blog hostnya.
Posted by Biondy at 10:51:00 AM | Labels: Buku , Membaca , Wishful Wednesday | 0 comments |
-
Review Novel: Bandar: Keluarga, Darah, dan Dosa yang Diwariskan - Zaky Yamani
Tuesday, October 28, 2014
Bandar: Keluarga, Darah, dan Dosa yang Diwariskan by Zaky Yamani
My rating: 3 of 5 stars
Judul: Bandar: Keluarga, Darah, dan Dosa yang Diwariskan
Penulis: Zaky Yamani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 304 halaman
Terbitan: Mei 2014
Blurb
Hidup adalah serangkaian persimpangan. Setiap keputusan yang kau ambil membawamu ke situasi berikutnya. Suka atau tidak, itulah yang kaudapatkan. Lalu kehidupan pun berlanjut, dan kau dibenturkan pada persimpangan baru.
Dewi tak pernah menyangka hidupnya sebagai perempuan kerap ditentukan kehendak banyak laki-laki, entah bapaknya, orang yang merenggut kegadisannya, bahkan suami-suami yang dia nikahi. Ketika tiba saatnya dia yang memegang kendali, giliran anak-anaknya yang akhirnya terjerumus ke lubang hitam.
Parlan, cucu Dewi, berharap memiliki kehidupan selain kehidupan yang dikenal keluarganya turun-temurun selama ini: sebagai bandar ganja. Tapi dia pun akhirnya dihadapkan pada persimpangan celaka itu: menjadi ahli waris bisnis keluarganya kendati hati kelesah, atau meninggalkan kerajaan yang sudah melewati sejarah panjang air mata dan darah.
Sinopsis
"Bandar" bercerita tentang Dewi, seorang gadis remaja yang akan dikawinpaksakan oleh ayahnya sendiri. Walau masih muda, Dewi banyak berpikir dan berintrospeksi. Melihat pengalaman ibunya yang dilecehkan ayahnya sendiri, Dewi menolak untuk diaturkan jodohnya. Dia pun kemudian lari dari rumah, memulai sebuah perjalanan panjang, dan pada akhirnya menjadikan Dewi sebagai awal mula berdirinya sebuah kerajaan ganja.
Parlan, cucu Dewi, berharap dapat lepas dari kerajaan ganja yang ayahnya miliki. Di tengah kebimbangan hatinya, sang ayah datang dan menceritakan seluruh rahasia keluarga Parlan. Rahasia yang berdiri di atas darah dan keringat Dewi, ayah Parlan, dan kedua saudaranya.
Review
Buku hadiah Resensi Pilihan yang diadakan Gramedia. Terima kasih untuk Gramedia yang sudah memilih review "Nada Tanpa Kata" - Mira W. sebagai resensi pilihannya.
Pertama saya akan bilang, selamat untuk penulisnya. Konon sang penulis butuh 10 tahun untuk menyelesaikan novel ini. Sebuah perjuangan yang luar biasa.
Buku ini sempat masuk 10 besar Khatulistiwa Literary Award 2014. Makanya saya punya ekspektasi yang cukup tinggi.
Novel "Bandar" ini bercerita tentang drama kehidupan Dewi, seorang gadis remaja yang lari dari rumah karena enggan dipaksa menikah oleh ayahnya. Sejak pelariannya itu, dia harus terus hidup menanggung derita. Mulai dari dijadikan pelacur, menikah dengan seorang pria yang memintanya kembali melacur, menikah lagi dengan seorang pria yang, karena satu dan lain hal, membuat Dewi kembali hidup sebagai pelacur, anak-anaknya tumbuh sebagai berandalan, hingga akhirnya mulai berjualan ganja.
Dewi... hidupmu sangat... merana.
Walau hidupnya terkesan bagai tokoh utama sinetron, Dewi bukan tokoh tipe pasif seperti yang biasa ada di layar kaca. Dia berjuang untuk dirinya sendiri. Dia juga memiliki pemikiran-pemikiran yang menarik, seperti menjadikan pelacur sebagai pegawai negeri (hal. 162), atau menggunakan ganja untuk tujuan rekreasional (ganja dibandingkan dengan alkohol di sini) pada hal. 214.
Cara penceritaan penulisnya enak untuk diikuti. Cara berceritanya membuat saya terus-menerus membalik halaman karena ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Sayangnya ada beberapa bagian di novel ini yang terkesan menyeret dan tidak fokus. Contohnya: semua bagian yang tidak berkaitan dengan Dewi dan keluarganya.
Saya juga agak menyesalkan keberadaan tokoh Parlan. Alasannya (berhubungan dengan akhir cerita. Spoiler alert.) Parlan diceritakan sebagai pemuda yang masih idealis, calon sarjana hukum, dan ingin lepas dari usaha ganja ayahnya. Dia diminta oleh ayahnya untuk melanjutkan usaha keluarga mereka. Ayahnya bahkan bercerita panjang lebar tentang bagaimana usaha itu dibentuk. [Parlan diceritakan sebagai pemuda yang masih idealis, calon sarjana hukum, dan ingin lepas dari usaha ganja ayahnya. Dia diminta oleh ayahnya untuk melanjutkan usaha keluarga mereka. Ayahnya bahkan bercerita panjang lebar tentang bagaimana usaha itu dibentuk.
Penulis menjadikan Parlan tokoh yang bertolak belakang dengan usaha ganja keluarganya. Sayangnya hingga akhir cerita, penulis tidak membiarkan Parlan bersuara. Parlan tidak diberi kesempatan untuk merefleksikan cerita yang dia dengar. Dia juga tidak diberi ruang untuk menentukan sikap. Meneruskan kerajaan ganja yang neneknya bangun, atau mundur dan memilih jalannya sendiri, seperti yang Dewi lakukan.
Ceritanya malah ditutup dengan surat dari ayah Parlan yang anti klimaks dan terasa kontradiktif dengan pernyataan sang ayah sebelumnya. (hide spoiler)]
Penulis menjadikan Parlan tokoh yang bertolak belakang dengan usaha ganja keluarganya. Sayangnya hingga akhir cerita, penulis tidak membiarkan Parlan bersuara. Parlan tidak diberi kesempatan untuk merefleksikan cerita yang dia dengar. Dia juga tidak diberi ruang untuk menentukan sikap. Meneruskan kerajaan ganja yang neneknya bangun, atau mundur dan memilih jalannya sendiri, seperti yang Dewi lakukan.
Ceritanya malah ditutup dengan surat dari ayah Parlan yang anti klimaks dan terasa kontradiktif dengan pernyataan sang ayah sebelumnya.
Secara keseluruhan, "Bandar" adalah novel drama kehidupan yang baik. Cara berceritanya mengalir, walau alirannya sempat terhambat di beberapa tempat. Kalau saja penutup novel ini lebih nendang, saya pasti bakal kasih bintang lebih.
Saya menutup review ini dengan kutipan mengenai hewan yang paling mewarnai bahasa kita:
Aku tak paham bagaimana "anjing" bisa digunakan untuk berbagai suasana hati. Saat senang mereka berteriak "Anjing!" Saat susah mereka memaki "Anjing!" Di antara obrolan mereka menyelipkan "Anjing!"
Hebat betul peran hewan itu dalam mewarnai tata bahasa kami. (hal. 11)
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2014 New Authors Reading Challenge
View all my reviewsPosted by Biondy at 12:08:00 AM | Labels: Gramedia Pustaka Utama , Khatulistiwa Literary Award , Membaca , New Authors Reading Challenge 2014 , Novel , Review , Review Buku , Zaky Yamani | 0 comments |
-
Review Novel: Dangerously Perfect - Shita Hapsari
Saturday, October 25, 2014
Dangerously Perfect by Shita Hapsari
My rating: 3 of 5 stars
Judul: Dangerously Perfect
Penulis: Shita Hapsari
Penerbit: Gagas Media
Halaman: 284 halaman
Terbitan: Agustus 2014
Blurb
Berapa banyak orang yang dikagumi—sekaligus dibenci—karena obsesinya pada kesempurnaan? Tak banyak; aku adalah salah satunya.
Seseorang tidak boleh berpuas diri, aku sangat paham akan hal itu.
Akan kulakukan apa pun demi bertahan di posisi teratas, menjadi yang terbaik, dan berbahagia. Lagi pula, aku senang disegani—atau lebih tepatnya ditakuti.
That's perfect!
Sebut aku ambisius jika kau mau.
Apakah ambisi mampu memudarkan cinta? Atau, bahkan mengundang kehadiran cinta lain? Aku tak percaya. Ambisi dan cinta dua hal berbeda, yang seharusnya saling melengkapi.
Namun, seseorang yang kusayangi diam-diam mengkhawatirkan hal itu. Cinta butuh hal lain agar tetap kekal, katanya. Dan, itu bukan sesuatu yang sempurna.
Diam-diam, aku jadi bertanya sendiri, apakah menjadi sempurna membuat kami tak searah lagi?
Sinopsis
"Dangerously Perfect" bercerita tentang Sasa, seorang wanita yang mengejar kesempurnaan. Cita-citanya adalah menjadi seorang perempuan dengan karir cemerlang di kantor hukum tempatnya bekerja, serta rumah tangga yang bahagia.
Tapi kesempurnaan yang Sasa kejar itu perlahan-lahan semakin jauh dari genggamannya. Ada yang berusaha menyabotase pekerjaannya di kantor, hubungan rumah tangga yang dia rasa semakin dingin, hingga munculnya seorang karyawan baru yang mampu membuat hatinya tidak keruan.
Apakah kesempurnaan itu memang sesuatu yang mampu Sasa capai? Ataukah hanya ilusi yang Sasa ciptakan?
Review
Buku ketiga dari serial "Seven Deadly Sins" yang kubaca. Kali ini tema yang diambil adalah "pride". Walau jujur saya kurang merasa adanya "pride" dari tokoh Sasa. Ya, dia memang tipe orang yang bangga akan pencapaiannya sendiri. Ya, dia tipe yang kelewat ambisius. Ya, dia tipe yang tidak mau kalah dalam sebuah debat. Tapi untuk ukuran "pride" yang masuk dalam tujuh dosa mematikan, "pride"-nya Sasa masih terasa biasa-biasa saja.
Mungkin harapan awal saya aja yang terlalu berbeda atau bagaimana. Tadinya saya berharap akan menemukan pengolahan karakter yang lebih dark seperti di "Best Rival" (review di sini), tapi sayangnya tidak terjadi di "Dangerously Perfect" ini.
Novelnya cukup apik buat saya. Shita Hapsari berhasil mengolah kehidupan rumah tangga yang dinamik. Lewat tokoh Sasa dan Luluk, suami Sasa, pembaca diajak menyelami sebuah rumah tangga dengan pasangan yang sulit terbuka satu sama lain. Masing-masing memiliki alasannya sendiri untuk tetap diam dan menahan diri, tapi hal ini justru membawa kesalahpahaman di antara keduanya.
Ceritanya cukup mengaduk emosi. Kadang kesal dengan Sasa, kadang bisa mengerti perasaannya. Sayang secara keseluruhan, novel ini terasa anti-klimaks. Tidak ada ledakan emosi yang benar-benar terasa sebagai titik balik novel.
"Sebuah pernikahan bisa hidup dan menguat karena pasangan yang mengikat tali pernikahan itu nggak pernah lelah berusaha dan mencoba." (hal. 158)
Jadi, apakah Sasa dan Luluk akan terus mencoba mempertahankan rumah tangga mereka? Baca sendiri di novel ini ya :p.
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2014 New Authors Reading Challenge
View all my reviewsPosted by Biondy at 9:02:00 PM | Labels: GagasMedia , Membaca , New Authors Reading Challenge 2014 , Novel , Review , Review Buku , Shita Hapsari | 0 comments |
-
Review Novel: Best Rival - Naima Knisa
Friday, October 24, 2014
Best Rival by Naima Knisa
My rating: 5 of 5 stars
Judul: Best Rival
Penulis: Naima Knisa
Penerbit: Gagas Media
Halaman: 252 halaman
Terbitan: Agustus 2014
Blurb
Ini adalah kisah tentang teman jadi lawan. Bisa jadi, kamu juga mengalaminya.
Atas semua yang kamu miliki, ia tidak bahagia. Atas semua yang kamu lakukan, ia tidak peduli. Padahal, dulu, kalian pernah berjanji untuk berjalan bersisian, menuju impian yang sama.
Ya, Estu, ini kisah kau dan aku. Aku yang bukan “siapa-siapa” menjadi titik lemahku bagimu. Begitukah?
Maaf, aku tidak selemah itu. Aku belajar banyak dari kecuranganmu selama ini. Belajar untuk bisa menjadi lebih daripada dirimu.
Tenang saja, waktu akan menjawab “siapa aku, siapa kamu”. Juga tentang siapa teman, siapa lawan.
Sinopsis
"Best Rival" bercerita tentang Kuncoro, seorang chef kepala di Rumah Makan "Omah Jawa", sebuah rumah makan yang dia kelola bersama Gendis, kekasihnya.
"Omah Jawa" yang awalnya berjalan dengan baik perlahan-lahan mengalami masalah. Pelanggan mereka mulai menghilang satu per satu. Kuncoro kemudian tahu kalau ada restoran baru yang menarik pelanggannya ke sana. Hal ini mengakibatkan pendapatan "Omah Jawa" semakin menurun dan mengkhawatirkan bagi Kuncoro.
Setelah menyelidiki, Kuncoro akhirnya tahu bahwa pengelola restoran baru itu adalah Estu, mantan sahabatnya yang kini dia benci karena dia anggap telah merebut cita-citanya. Dengan memanfaatkan Gendis, Kuncoro berusaha mencari tahu rahasia masakan Estu.
Review
Buku ke-2 dari serial "Seven Sins" yang kubaca. Buku kedua juga yang menerima 5 bintang, setelah sebelumnya "Beautiful Liar" (review di sini) saya beri nilai yang sama.
Berbeda dengan "Beautiful Liar" yang lebih "ceria", "Best Rival" terasa lebih gelap dan dewasa. Wajar lah ya, secara di "Beautiful Liar" tokohnya masih remaja, sementara di sini sudah berada pada usia kerja.
Buat saya, Naima Knisa berhasil menggambarkan envy yang menjadi tema utama novel ini (bukan lust seperti yang tertera di kover belakang) dengan sangat baik. Semua tindakan Kuncoro bisa saya rasakan berasal dari rasa iri hati itu. Bahkan saya bisa paham sewaktu dia yakin bahwa Estu memakai kekuatan magis untuk menyukseskan restoran yang Estu kelola. Yah, namanya juga iri hati. Apa saja yang bisa jadi justifikasi kenapa dia-lebih-baik-dari-aku pasti akan diterima.
Mendekati akhir cerita, saya agak khawatir. Soalnya terlihat mengarah pada akhir yang kurang saya suka untuk novel ini, tapi penulisnya sekali lagi berhasil membalikkan kecemasan saya. Suka banget sama epilognya. Sangat cocok dengan keseluruhan nuansa novel ini.
Untuk teknis penulisan, typo-nya lumayan banyak kali ini. Yang kucatat:
- kurang kutip pembuka di hal. 118
- Nayi Gandarasa di hal. 118. Harusnya Nyai
- ditata-pnya di hal. 198. Harusnya ditatap-nya (terpotong margin)
- dimalam di hal. 207. Harusnya di malam.
Terus saya juga kurang suka dengan beberapa bagian yang terulang di novel. Seperti pembicaraan antara Gendis dan Estu yang terulang sampai 2 kali dan proog yang terulang lagi di tengah cerita. Tambahan: saya juga kurang suka dengan banyaknya tanda seru yang dipakai di novel ini. Rasanya semua orang terlalu sibuk berteriak-teriak.
Secara keseluruhan, novel yang seru buat diikuti. Novel ini berhasil menonjolkan budaya dan makanan Solo dengan gemilang. Saya selesai baca dalam sekali duduk. Bahkan sampai begadang untuk menuntaskan "Best Rival" ini. Semoga ke depannya penulis mampu menghasilkan novel yang sebaik atau bahkan lebih baik dari ini.
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2014 New Authors Reading Challenge
View all my reviewsPosted by Biondy at 10:09:00 PM | Labels: GagasMedia , Membaca , Naima Knisa , New Authors Reading Challenge 2014 , Novel , Review , Review Buku | 0 comments |
-
We are crayons and lunchboxes and swinging so high our sneakers punch holes in the clouds. - "Wintergirls" - Laurie Halse Anderson
Sumber foto
Posted by Biondy at 12:15:00 PM | Labels: Quote , Random Quote | 0 comments |
-
Random Quote #2 - On Days
Thursday, October 23, 2014
Posted by Biondy at 11:58:00 AM | Labels: Quote , Random Quote | 0 comments |
-
Review Novel: Beautiful Liar - Dyah Rinni
Wednesday, October 22, 2014
Beautiful Liar by Dyah Rinni
My rating: 5 of 5 stars
Judul: Beautiful Liar
Penulis: Dyah Rinni
Penerbit: Gagas Media
Halaman: 300 halaman
Terbitan: Agustus 2014
Sebagian besar manusia mengambil keputusan berdasarkan emosi, begitu ayahku berkata. Jika semua orang mengambil keputusan berdasarkan logika, tidak akan ada orang yang tertipu.
Jadi, aku mempermainkan pikiran teman-temanku dan mengambil uang, bahkan apa pun, yang mereka miliki.
Kau tak akan menyangka betapa mudah membuat mereka memercayaiku.
Mereka benar-benar polos. Aku bisa mendapatkan apa yang kuinginkan tanpa kesulitan dan keberhasilan ini patut dirayakan.
Namun, kali ini, mengapa seperti ada yang mengganggu nuraniku, menyuruhku berhenti, lalu berbalik arah?
Seorang penipu sepertiku tak akan bisa terbawa emosi. Tidak akan, meski ada "badai" memorak-porandakan hatiku sekalipun.
Sinopsis
"Beautiful Liar" bercerita tentang Lunetta, seorang gadis SMA yang selama ini tinggal dengan papanya, seorang penipu yang banyak mengajarkan teknik-teknik menipu pada Lunetta. Suatu hari Lunetta terpaksa pindah ke Jakarta untuk tinggal bersama ibunya, yang telah bercerai dari ayahnya dan sudah menikah lagi.
Di Jakarta Lunetta bersekolah di sebuah sekolah elit. Di sana dia bertemu dengan Arvad. Tahu bahwa keluarga Arvad sangat kaya, Lunetta mulai mendekati cowok itu untuk mengincar hartanya. Sayangnya dia malah selalu sial gara-gara ada Badai, sahabat Arvad.
Tapi bukan Lunetta namanya kalau gadis itu mudah menyerah. Hanya saja Badai terus mengacaukan rencananya. Sanggupkah Lunetta mendekati Arvad?
Review
Lucuuuu. Sudah lama gak baca novel remaja yang lucunya kena kayak gini. Chemistry antara Lunetta dan Badai juga kena banget. Suka dengan ide pengarangnya. Dyah Rinni pandai mengaitkan antara cerita si kancil dengan plotnya.
Karakter utamanya, Lunetta, juga cukup likeable, padahal dia suka berbohong dan menipu, bahkan dia tidak segan-segan untuk memanfaatkan temannya dan mencuri kalung emas ibunya. Tapi ada sesuatu yang membuat saya bisa paham dan tertarik padanya.
Tambahan lain yang memberi warna pada cerita adalah Bu Nadine, si guru BP yang mampu menggagalkan rencana-rencana Lunetta. Saya juga suka dengan latar belakang cerita Bu Nadine.
Secara keseluruhan, 5 bintang untuk novel ini. Suka dengan karakter dan ceritanya.
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2014 Young Adult Reading Challenge
- 2014 New Authors Reading Chalenge
View all my reviewsPosted by Biondy at 10:22:00 PM | Labels: Dyah Rinni , GagasMedia , Membaca , New Authors Reading Challenge 2014 , Novel , Review , Review Buku , Young Adult Reading Challenge 2014 | 0 comments |
-
This Is How I Do by Lia Indra Andriana
My rating: 3 of 5 stars
Judul: This Is How I Do
Penulis: Lia Indra Andriana
Penerbit: Gagas Media
Halaman: 264 halaman
Terbitan: Oktober 2014
Blurb
Bertalenta, cakep, dan terkenal. Semakin tinggi, semakin kencang angin yang berembus. Ya, begitulah yang sedang dihadapi oleh Sandro. Di tengah ketenaran dan puncak kariernya, Sandro dipusingkan dengan dua cewek yang menarik perhatiannya.
Yang satu punya wajah manis, bergaya maskulin, dan terlihat jual mahal. Namun, ada magnet kuat yang membuat Sandro merasa tertantang untuk mengenalnya lebih jauh. Lalu, yang satu lagi, punya penampilan from head to toe-nya maksimal; cantik dan feminin. Belum lagi punya talenta yang sama dengan Sandro.
Sandro hanyut dalam kebingungan. Dunianya berguncang karena masalah ini dan itu. Cerita tentang kehidupannya pun semakin dicari tahu oleh fans-nya. Tidak banyak solusi yang bisa cowok ini ambil. Karena memang semuanya punya muara yang sama; ketidakpastian.
Sinopsis
Novel ketiga dari serial Heartbreakers. Setelah Axel dan Leon menjadi tokoh utama di 2 novel sebelumnya, kali ini Sandro, si leader Heartbreakers yang menjadi pusat perhatian.
Heartbreakers kali ini dikejutkan dengan kembalinya Dima, mantan anggota sekaligus mantan leader Heartbreakers. Kemunculan Dima sukses membuat hati Sandro panas. Bukan saja karena dia tidak terima dengan kepergian Dima yang tiba-tiba, Sandro juga tidak suka karena Dima mengklaim kembali posisi leader-nya. Apalagi para anggota Heartbreakers tidak tahu apa-apa soal hal itu.
Bukan cuma soal Dima yang bikin hati Sandro tidak keruan. Ada 2 cewek yang ikut serta membuatnya "pusing". Sandro suka pada kedua cewek itu, tapi tentunya dia hanya bisa meminta hubungan yang lebih serius dari salah satu di antara mereka.
Review
Jujur novel ketiga serial Heartbreakers ini sama sekali tidak masuk ke radar saya. Beda banget dengan waktu novel kedua, Heart Out (review di sini), terbit. Kalau nggak lihat ulasan novel ini oleh salah satu teman di Goodreads, gak bakalan sadar deh kalau novel ketiganya HB sudah terbit.
"Hah? Seriusan?" adalah pertanyaan pertama saya waktu tahu ini kelanjutan serial Heartbreakers.
Gimana ya. Kovernya beda banget nuansanya dari Heart Attack dan Heart Out. Kenapa diganti ya? Padahal saya suka sama konsep kedua kover pendahukunya. Terus judulnya juga tidak memakai kata "Heart" seperti yang sudah-sudah. Jadi, ya... kesannya lain sendiri. The odd one out.
Untuk cerita, lumayan menarik dan menghibur. Beda dengan Heart Out yang lebih fokus ke kehidupan pribadi Leon, This Is How I Do lebih berfokus pada konflik internal antara Sandro dan Dima. Konflik pribadi Sandro sendiri lebih berpusat pada kegalauannya soal perasaan suka pada 2 perempuan, Fiona dan Aurelia.
Kalau untuk saya, konflik Sandro-Dima jauh lebih greget ketimbang Sandro-Fiona-Aurelia. Permasalahan Sandro-Dima terasa lebih nyata dan unik, sementara untuk konflik satunya, terasa kurang ada chemistry di antara ketiganya. Khususnya antara Sandro-Aurelia. Si Aurelia cuma muncul beberapa halaman di sini -_-.
Secara keseluruhan, buatku novel ini lucu dan konfliknya terkelola dengan cukup baik. Mungkin tidak semenarik Heart Out, tapi masih membuat saya mau membeli kelanjutannya. Apalagi masih ada misteri soal Dima yang di buku pertama tiba-tiba hilang begitu saja.
View all my reviewsPosted by Biondy at 9:17:00 PM | Labels: GagasMedia , Lia Indra Andriana , Membaca , Novel , Review , Review Buku | 0 comments |
-
October Giveaway: A Late Halloween Read
Tuesday, October 21, 2014
Hai semuanya ^^. Sesuai janji waktu pengumuman GA yang lalu, kali ini saya mengadakan giveaway lagi. Berhubung akhir Oktober terkenal sebagai hari Halloween, maka buku yang saya berikan kali ini juga mengambil tema serupa: horor.Kali ini saya bukan hanya memberikan 1 buku, tapi EMPAT sekaligus! Buku yang jadi hadiah kali ini adalah:- Bisikan Kotak Musik - A.H. Igama
- Kamera Pengisap Jiwa - Ruwi Meita
- Tujuh Hari di Vila Mencekam - Cerberus Plouton (aka Yoana Dianika)
- Apartemen Berhantu - Rettania
Ini penampakan keempat bukunya:Cara ikutan GA-nya? Simak aturannya dulu ya.- Peserta berdomisili di wilayah Indonesia.
- Silahkan mengisi kolom Rafflecopter di bawah ini.
- Giveaway berlangsung dari 21 Oktober 2014 - 11 November 2014.
- Keputusan pemenang tidak dapat diganggu gugat.
- Bila dalam 48 jam tidak ada respon dari pemenang, maka akan dipilih seorang pemenang baru.
Selamat mengikuti GA. Jangan curang dan semoga beruntung ^^.
Posted by Biondy at 12:34:00 AM | Labels: Bukune , giveaway , Membaca , Novel | 0 comments |
-
Review Novel: Menemukan-Mu (There You'll Find Me) - Jenny B. Jones
Monday, October 20, 2014
Menemukan-Mu - There You'll Find Me by Jenny B. Jones
My rating: 3 of 5 stars
Judul: Menemukan-Mu (There You'll Find Me)
Penulis: Jenny B. Jones
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 376 halaman
Terbitan: Agustus 2014
Hidup Finley Sinclair berubah seketika ketika kakaknya, pemuda baik hati yang beriman teguh, tewas dalam insiden pengeboman di luar negeri. Gadis delapan belas tahun itu tenggelam dalam duka dan amarah yang gelap, tapi yang paling menyedihkan adalah ia merasa dikhianati dan ditinggalkan Tuhan. Bagaimanapun Finley berusaha, ia merasa imannya perlahan menipis dan hidupnya berputar di luar kendali.
Sampai Finley memutuskan untuk berbuat sesuatu. Ia mengikuti program pertukaran pelajar ke Irlandia setelah membaca jurnal perjalanan sang kakak ke negara itu. Will menulis bahwa di Irlandia dia melihat dan merasakan kehadiran Tuhan di dalam segalanya: dalam alam yang liar sekaligus indah, orang-orangnya, bahkan dalam entakan musik yang dimainkan di pub. Finley rindu merasakan hal yang sama, menemukan kehadiran Tuhan yang sudah lama mogok bicara padanya.
Dibutuhkan aktor ganteng yang arogan, wanita tua yang pemarah, serta biarawati yang jail untuk membuka mata Finley bahwa Tuhan tidak pernah ke mana-mana. Tuhan ada di sana. Mengasihinya, berduka bersamanya, menunggunya dengan tangan terentang. Dan lewat orang-orang itu pulalah Finley menyadari bahwa iman sama sekali bukan soal perasaan.
Review
Jujur saya agak bingung dengan lini Chrom-nya Gramedia ini. Saya pertama tahu soal buku ini dari Twitter/FB-nya Chrom. Lupa yang mana, tapi yang pasti, buku ini dibilang sebagai salah satu novel terjemahan Chrom. Tapi setelah saya perhatikan, bolak-balik kover dan isi buku... lah? Logo Chrom-nya mana? Cuma ada logonya GPU. Kasusnya sama juga dengan A Week to Forever yang lebih menonjolkan logo Metropop.
Tapi, ya sudahlah yah. Apapun alasan di balik keputusan soal logo ini, saya rasa hanya pihak redaksi dan Tuhan yang tahu (eaah).
Ceritanya lumayan menarik untukku. Blurb bukunya sudah cukup menceritakan garis besar novel ini. Beberapa elemen di cerita ini terasa... tipikal. Cewek-cowok yang tidak akur tapi sebenarnya saling suka (gak termasuk spoiler deh ini. Baca dikit aja pasti sudah yakin Finley bakal dengan siapa), soal kencan pesta dansa, sampai ke cewek jahat yang melakukan segala cara untuk menjatuhkan tokoh utama dan temannya.
Tapi bukan berarti novel ini biasa-biasa saja. "There You'll Find Me" juga memiliki poin-poin lain yang menarik. Seperti Finley yang terobsesi pada Will, kakaknya yang meninggal, sampai-sampai dia mengikuti jejak perjalanan yang tertulis di catatan Will. Ada juga Beckett, si aktor ganteng yang terkenal playboy dan suka hura-hura, tapi sebenarnya memiliki sisi yang berbeda (dan rasanya mampu bikin gadis remaja klepek-klepek). Ada juga Mrs. Sweeney, si nenek pemarah dengan reputasi buruk di kotanya, tapi apakah dia memang seperti yang orang-orang katakan?
Kekurangan novel ini mungkin ada di deskripsinya. Irlandia kurang banyak dan mendetail penggambarannya. I expect more. Drama ala teenlit/YA-nya juga terasa "sudah-sering-lihat" di beberapa tempat.
Inti novel ini mungkin cukup tergambarkan lewat kutipan berikut:
"Bermuram durja lebih mudah. Dan membuat orang lain sama tidak bahagianya. Bukankah aku mengenakan kemuraman itu laksana mantel bulu yang hebat? Aku hanya... mengunci diriku sendiri di dalam penjara kemurungan dan kemarahan. Dan ke mana hal itu membawaku?" (hal. 269)
Secara keseluruhan, buku yang sebenarnya sangat berbeda dari novel remaja sejenis yang pernah kubaca (karena unsur agamanya), tapi sekaligus terasa akrab, bahkan terlalu akrab, dengan novel remaja yang pernah saya baca.
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2014 Young Adult Reading Challenge
- 2014 New Authros Reading Challenge
View all my reviewsPosted by Biondy at 10:24:00 PM | Labels: Gramedia Pustaka Utama , Jenny B. Jones , New Authors Reading Challenge 2014 , Novel , Review , Review Buku , Young Adult Reading Challenge 2014 | 0 comments |
-
Pemenang Giveaway "Hujan dan Cerita Kita"
Saturday, October 18, 2014
Hi semuanya ^^. Terima kasih untuk teman-teman yang sudah ikutan GA "Hujan dan Cerita Kita". Pasti sudah pada gak sabar untuk tahu siapa pemenangnya kan ^^.
Komentar Kak Stephie untuk cerpen-cerpen yang masuk positif banget loh :)
Ada 6 cerita yang masuk kali ini, tapi hanya 1 yang bisa jadi pemenang :). Dan cerita yang terpilih adalah:
Ansito Rini dengan ceritanya "My Sweet Rain" (yang bisa kamu baca di blognya)! Selamat!
Menurut Kak Stephie, "My Sweet Rain" itu: memiliki pesan yang bagus, yaitu berani meninggalkan comfort zone termasuk orang yang disukai demi masa depan. Makna hujan di sini campuran antara kesedihan, ketegaran, dan keoptimisan. Di cerita ini pergolakan batin si tokoh utama digambarkan dengan sangat baik saat ia harus meninggalkan comfort zone-nya.
Untuk Ansito Rini, kamu mendapatkan 1 novel "Hujan dan Cerita Kita" lengkap dengan tanda tangan penulisnya. Harap mengirimkan konfirmasi berupa nama, alamat pengiriman, serta nomor telepon via Twitter ke @biondyalfian. Sekali lagi selamat!
Buat yang belum menang kali ini, jangan berkecil hati. Soalnya saya akan mengadakan GA berikutnya dalam waktu dekat. Pantau terus informasinya :D.
Cheers.Posted by Biondy at 1:17:00 AM | Labels: giveaway | 2 comments |
-
Siapa yang Masuk Ke 5 Besar Khatulistiwa Literary Award?
Thursday, October 16, 2014
Setelah pada September yang lalu daftar 10 besar Khatulistiwa Literary Award dirilis, pada Oktober ini daftar itu dikerucutkan menjadi 5 judul saja per kategorinya. Ini dia 5 buku pada daftar akhir Khatulistiwa Literary Award:
Kategori Prosa:
- Kepada Apakah - Afrizal Malna
- Hanya Kamu Yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu - Norman Pasaribu
- Surga Sungsang - Triyanto Tiwikromo
- Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas - Eka Kurniawan
- Semua Untuk Hindia - Iksaka Banu
Kategori puisi:
- Saiban - Oka Rusmini
- Tanda-Tanda Yang Bimbang Ook Nugroho
- Rusa Berbulu Merah - Ahda Imran
- Piknik Yang Menyenangkan - Hasta Indriyana
- Tetralogi Kerucut - A. Muttaqin
Itu dia kelima buku untuk kategori prosa serta kategori puisi. Jujur saya belum baca satu pun buku di atas, tapi untuk kategori prosa, kayaknya kali ini antara "Hanya Kamu Yang Tahu Berapa Lama Lagi Aku Harus Menunggu" dan "Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas".Malam Anugerah Khatulistiwa Literary Award (Kusala Sastra Khatulistiwa) 2014 akan diselenggarakan pada tanggal 20 November 2014 di atrium Plasa Senayan jam 7 malam.Sumber info: situs KLAPosted by Biondy at 12:43:00 PM | Labels: Buku , Khatulistiwa Literary Award , Membaca | 0 comments |
-
The Miraculous Journey of Edward Tulane by Kate DiCamillo
My rating: 5 of 5 stars
Judul: The Miraculous Journey of Edward Tulane
Penulis: Kate DiCamillo
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 208 halaman
Terbitan: April 2014
Dahulu kala, di rumah di Egypt Street, tinggallah kelinci porselen bernama Edward Tulane. Kelinci itu sangat bangga pada dirinya sendiri, dan memang beralasan: ia dimiliki anak perempuan bernama Abilene, yang memperlakukannya dengan penuh kasih dan amat sangat menyayanginya.
Lalu, suatu hari, ia hilang.
Maka dimulailah perjalanan luar biasa Edward Tulane: dari dasar laut ke jala nelayan, dari puncak gunung sampah ke dekat api unggun gelandangan, dari tempat tidur anak yang sakit keras ke jalan-jalan kota Memphis. Dan selama perjalanannya itu, ia jadi tahu---bahwa hati yang paling rapuh sekalipun dapat belajar menyayangi, kehilangan, dan menyayangi lagi.
Review
Butuh 8 tahun bagi saya dan buku ini untuk kembali menemukan satu sama lain. Waktu buku ini pertama terbit di tahun 2006, saya sudah tertarik untuk membacanya. Waktu itu saya tidak tahu buku ini bercerita tentang apa, tapi gambar kover serta cerita di halaman belakangnya membuat saya tertarik. Hanya saja buku ini tidak pernah berhasil terbeli waktu itu, karena faktor tidak ada uang tentunya. Untungnya buku ini dicetak ulang pada tahun 2014 ini.
Ada banyak sekali tema yang saya rasa buku ini coba jelajahi. Mulai tentang tinggi hati, pemanjaan yang berlebihan (lewat perlakuan yang Edward terima dari Abilene. Saya rasa ini faktor yang membuat Edward sombong), kehilangan, harapan, serta mencintai orang lain. Tema yang bukan saja cocok untuk anak-anak, tapi juga orang dewasa.
Saya suka bagaimana Kate DiCamillo mengambil sudut pandang sebuah benda mati yang tidak bisa berinteraksi langsung dengan manusia yang memilikinya. Perubahan yang Edward alami justru jauh lebih menarik karena posisi pasifnya itu.
Selain itu, cerita orang-orang yang memiliki Edward juga menarik. Dari berbagai golongan, usia, dan jenis kelamin. Walau begitu, saya merasa ada tema yang cukup mirip di antara beberapa pemilik Edward, yakni kehilangan dan menemukan sebuah harapan baru.
Menutup review ini, saya akan memberikan kutipan dari Pellegrina, nenek Abilene:
"Tapi coba jawab ini: bagaimana cerita bisa berakhir bahagia kalau tidak ada cinta?" (hal. 35)
Tidak harus cinta yang bersifat eros tentunya. Bisa juga cinta yang lebih universal. Jadi, sudahkah kamu mengusahakan akhir yang bahagia hari ini?
Secara keseluruhan: sebuah buku dengan tema yang cocok untuk segala usia, cerita yang mengharukan, serta gambar-gambar penuh warna yang indah.
View all my reviewsPosted by Biondy at 11:13:00 AM | Labels: Gramedia Pustaka Utama , Kate Dicamillo , Review , Review Buku | 0 comments |
-
Review Novel: Rencana Besar - Tsugaeda
Monday, October 13, 2014
Rencana Besar by Tsugaeda
My rating: 5 of 5 stars
Judul: Rencana Besar
Penulis: Tsugaeda
Penerbit: Bentang Pustaka
Halaman: 384 halaman
Terbitan: Agustus 2013
Rifad Akbar. Pemimpin Serikat Pekerja yang sangat militan dalam memperjuangkan kesejahteraan rekan-rekannya.
Amanda Suseno. Pegawai berprestasi yang mendapat kepercayaan berlebih dari pihak manajemen.
Reza Ramaditya. Pegawai cerdas yang tiba-tiba mengalami demotivasi kerja tanpa alasan jelas.
Lenyapnya uang 17 miliar rupiah dari pembukuan Universal Bank of Indonesia menyeret tiga nama itu ke dalam daftar tersangka. Seorang penghancur, seorang pembangun, dan seorang pemikir dengan motifnya masing-masing. Penyelidikan serius dilakukan dari balik selubung demi melindungi reputasi UBI.
Akan tetapi, bagaimana jika kasus tersebut hanyalah awal dari sebuah skenario besar? Keping domino pertama yang sengaja dijatuhkan seseorang untuk menciptakan serangkaian kejadian. Tak terelakkan, keping demi keping berjatuhan, mengusik sebuah sistem yang mapan, tetapi usang dan penuh kebobrokan....
Review
Suka pakai banget sama novel ini. Duh, bingung gimana cara review tanpa membocorkan cerita ke orang lain....
Akhir tahun lalu saya sempat baca satu novel thriller/detektif karya penulis Indonesia, tapi saya tidak suka dengan novel itu. Selain cara penulisannya yang kurang pas, misterinya juga kurang menggigit. Setelah browsing sana-sini, akhirnya saya menemukan buku bergenre sama yang terlihat meyakinykan. Ya, buku ini maksudnya.
Yang paling saya suka adalah hubungan antar kejadiannya. Kejadian A bisa terhubung dengan kejadian B, lalu berakibat pada kejadian C dengan runtut dan logis. Selain itu, karakter-karakternya juga menarik. Setiap karakter punya ciri khas yang kuat sehingga saya tidak sulit membedakannya ^^.
Untuk ceritanya sendiri, sebenarnya lumayan ketebak. Soal siapa yang melenyapkan uang 17 miliar, serta ada apa di balik UBI berhasil saya tebak. Tapi saya tidak berhasil menebak seluruh plot tentunya :D.
Saya suka dengan cara penulis menggabungkan seluruh plot di buku, juga cara mengakhiri ceritanya. Suka dengan adegan puncak yang melibatkan Amanda, Rifad, dan Makarim.[Amanda, Rifad, dan Makarim. (hide spoiler)]
Lima bintang untuk novel ini. Novel yang sukses bikin penasaran sampai saya begadang bacanya ^^. Semoga penulis akan menghasilkan karya lainnya yang tidak kalah seru dari ini. Mungkin dengan Makarim lagi sebagai tokoh utamanya?
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2014 New Authors Reading Challenge
View all my reviewsPosted by Biondy at 11:55:00 PM | Labels: Bentang Pustaka , New Authors Reading Challenge 2014 , Review , Review Buku , Tsugaeda | 0 comments |
-
Postingan ini adalah ucapan terima kasih saya untuk para blog host "September to Remember", bloghop yang diadakan pada 15-23 September yang lalu.
Saya sebenarnya hampir tidak jadi ikut. Soalnya pas mau kumpulin jawaban, ternyata Google Form-nya sudah tutup. Padahal belum lewat deadline waktu itu. Untungnya ada kebijakan untuk mengumpulkan jawaban lewat surel oleh penyelenggara ^^.
Thanks to:
Oky @ Kumpulan Sinopsis Buku (www.okydanbuku.com)
Evyta @ Lensa Buku (www.lensabuku.com)
Dhila @ Buku Di Bacain (www.buku.dibaca.in)
Atria @ My Little Library (http://atriadanbuku.blogspot.com/)
Fauzyyah @ Faraziyya’s Bookshelf (http://blogbukufaraziyya.wordpress.com/)
Lila @ My Book Corner (http://justaveragereader.blogspot.com/)
Putri @ Read. Review. Romance (http://Read-book-and-review.blogspot.com/)
Erta @ Fiction and Me (http://ertalin.blogspot.com/)
Kezia @ Ex- (http://itdoesexists.wordpress.com)
Oh, iya. Bukunya sudah sampai dengan selamat.
Kali ini pilihannya didominasi novel terbitan Gagas Media. Kenapa? Soalnya saya tidak bisa menemukan terbitan Gagas Media di toko buku tempat saya biasa belanja. Kalau mau beli bukunya Gagas, harus ke toko buku yang letaknya agak jauh.Dua buku lainnya ada di daftar to-read Oktober saya. Trivia: The Miraculous Journey of Edward Tulane adalah buku pertama yang saya masukkan di rak to-read saya di Goodreads. Sudah 3 tahun lebih dia bertengger di sana. Sudah waktunya kamu pindah rak :').Posted by Biondy at 8:26:00 PM | Labels: Buku , Membaca | 2 comments |
-
Review Novel: Elipsis - Devania Annesya
Sunday, October 12, 2014
Elipsis by Devania Annesya
My rating: 4 of 5 stars
Judul: Elipsis
Penulis: Devania Annesya
Penerbit: Penerbit POP, KPG
Halaman: 227 halaman
Terbitan: September 2014
Eeuwige liefde is liefde die niet meer terugkomt.
Cinta yang abadi adalah yang tak kembali.
Atran sudah berhenti menghubunginya. Kalea memutuskan untuk terus
menjalani hidup dengan menerima lamaran laki-laki lain. Kendati demikian, kenangan bersama Atran tak akan pernah memudar barang sedetik. Atran bukan laki-laki biasa. Ia bisa berbicara dengan angin dan pohon. Ia selalu tahu kapan hujan akan turun, kapan kematian mengepakkan sayap. Ia mampu berbicara dengan roh dan semesta. Namun, dengan segala kemampuan supernatural yang dimilikinya, mengapa Atran mengabaikannya? Tak bisakah Atran mendengar panggilannya? Dua tahun berlalu dan ia dibiarkan meragu.
Berpisah darimu bagaikan sebuah elipsis—jeda yang tak terisi oleh katakata. Ketika kau jauh, aku menemukan bahwa di antara kita ada ikatan tak kasat mata, kata-kata yang tak terucap, rasa yang tak terungkap, memori yang menguat seiring besarnya jurang pemisah antara kita. Kau bilang kau mencintaiku. Kau bilang kau akan kembali. Namun selalu ada ruang untuk meragu. Selalu ada elipsis yang kemudian diisi oleh rasa kehilangan. Selalu ada jeda bagi hati yang kosong.
Review
Tertarik untuk baca novel ini sejak melihat tweet penerbit tentang buku ini. Pengin baca paranormal romance karya penulis dalam negeri.
Awalnya saya mengira tokoh di novel ini berada dalam usia dewasa, tapi ternyata tidak begitu tepat. Alur waktunya di sini cukup lebar. Mulai dari saat Atran dan Kalea remaja (murid SMA), hingga saat mereka dewasa. Hanya saja porsi remaja mereka lebih banyak.
Lumayan suka dengan hubungan antara Atran, si murid aneh yang dijauhi satu sekolah karena dianggap sebagai "pelempar kutukan", dengan Kalea, murid pindahan yang hidupnya berantakan karena perceraian orang tuanya.
Perpindahan alur waktunya agak membuat bingung di awal-awal, tapi setelah terbiasa, cukup mudah untuk membedakannya.
Akhir ceritanya (SPOILER ALERT) ah, kenapa dibua begitu :'). Jujur saya lebih pengin mekihat Atran dan Kalea bahagia, ketimbang akhir yang penulisnya pilihkan.[ah, kenapa dibua begitu :'). Jujur saya lebih pengin mekihat Atran dan Kalea bahagia, ketimbang akhir yang penulisnya pilihkan. (hide spoiler)]
Secara keseluruhan: 3,5 bintang. Suka dengan cerita dan tokohya. Cuma terkadang saya merasa karakternya agak komikal dan terasa sedikit keluar dari karakter di beberapa tempat.
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2014 Young Adult Reading Challenge
- 2014 New Authors Reading Challenge
View all my reviewsPosted by Biondy at 11:30:00 AM | Labels: Kepustakaan Populer Gramedia , Membaca , New Authors Reading Challenge 2014 , Novel , Penerbit Pop , Review , Review Buku , Young Adult Reading Challenge 2014 | 0 comments |
-
Review Novel: Toraja: Saat Cinta Menemukan Jalan Pulang - Endang Ssn
Thursday, October 9, 2014
Toraja: Saat Cinta Menemukan Jalan Pulang by Endang Ssn
My rating: 1 of 5 stars
Judul: Toraja: Saat Cinta Menemukan Jalan Pulang
Penulis: Endang Ssn
Penerbit: de Teens
Halaman: 244 halaman
Terbitan: Agustus 2014
“Bira! Pada cinta yang tulus, jarak hanya cara Tuhan untuk membuatmu mengerti bagaimana rindu itu akan menemukan jalan pulang,” kata Tangke.
Toraja menjadi pilihan dua sahabat, Tomi dan Sandy, untuk traveling sekaligus sebagai pelarian Sandy dari patah hati dan status pengangguran. Di tempat yang eksotis itu Sandy berhasil move on dan menemukan seorang gadis Toraja. Tapi, masalah tak selesai di situ. Cinta mereka tak direstui orang tua si gadis karena tidak boleh menikah dengan orang dari luar Toraja.
Ah, cinta…, selalu butuh perjuangan, meski hati keduanya telah bertaut sekalipun.
Review
Buku ke-2 dari serial Travelove yang kubaca. Sebelumnya sudah baca "Nias: Penyelamat Berkalung Matahari" (review di sini) dan saya suka dengan novel ini. Sayangnya rasa suka itu tidak muncul di "Toraja: Saat Cinta Menemukan Jalan Pulang".
Pertama, saya bingung dengan referensi orang-orang dalam novel ini tentang Toraja. Kenapa kayaknya semua orang menganggap Toraja adalah sebuah tempat yang menakutkan?
Dia hanya perlu waktu untuk berkompromi dengan segala ketakutannya akan cerita-cerita yang pernah ia dengar tentang Toraja. Secara, ia juga tidak mau bunuh diri dengan tenggelam dalam aura mistis di sana. Upacara kematian yang membuat bulu kuduk bergidik adalah hal paling mematikan yang menyerang keberaniannya saat ini. (hal. 42)
O... ke.... Anggap saja Sandy memang penakut. Saya yakin itu pasti karena ayahnya.
Rasa kaget jelas terpancar dari raut muka Pak Broto. Ia terhenyak. Toraja dalam bayangannya adalah mistis (hal. 176)
I'm just like:
Di kepala mereka Toraja itu "mistis" kayak apa sih? Heran.
Hal kedua yang kurang buat saya adalah: tempat-tempat yang didatangi. Muternya hanya di daerah Rantepao dan Kete Kesu. Itu pun minim deskripsi. Beda dengan di Nias yang deskripsinya lebih kaya.
Tiga: cara mendeskripsian foto. Sebelum baca novel ini, kebetulan saya baru baca "Nada Tanpa Kata" karya Mira W. (review di sini). Nah, kebetulan tokoh di NTK dan di sini sama-sama menggeluti fotografi. Di NTK foto-foto yang diambil dijabarkan dengan cukup detail. Apa objeknya, apa warnanya, bagaimana posenya, apa yang menarik dari foto itu. Di sini?
"Wow! Liat, deh!" kata Sandy sembari memperlihatkan beberapa bidikan yang menurutnya kena banget. (hal. 79).
Tangan Sandy tak berhenti memutar satu per satu slide hasil jepretan Tomi sepanjang hari tadi. Pasar-pasar tradisional, beberapa tradisi harian masyarakat Toraja yang nyaris lewat dari perhatian, dan tentu saja alam yang menjadi poin paling menyenangkan buat Tomi. (hal. 111)
Yang "kena banget" itu yang bagaimana? Pasar tradisionalnya seperti apa? Tradisi harian apa yang sering terlewatkan? Alam apa? Gunung? Sungai? Kali? Padang rumput? Tidak dijabarkan.
Tapi yang paling mengesalkan dari novel ini adalah cara penulisnya mengolah Bira, tokoh wanita yang Sandy suka. Saya merasa Bira ini hanya sebuah objek. Benda. Bukan manusia. Dia kayak tidak punya keinginan lain dalam hidup selain bersama seorang pria yang baru dia temui dalam 1-2 minggu. Mereka bahkan belum sampai sebulan berkenalan. Apalagi sebagai pembaca, saya tidak mendapat banyak kesempatan untuk mengenal Bira lebih jauh.
Terus Pak Broto juga. Dia tidak setuju sama Bira karena merasa asal-usul gadis itu tidak jelas. Eh... bagaimana kalau khawatir pada fakta bahwa anaknya masih pengangguran dan sekarang sudah (terlihat seperti) mau melamar anak gadis orang? Kalau penolakan keluarga Bira karena faktor tradisi sih masih bisa saya pahami.
Secara keseluruhan, kalau membaca "Nias" membuat saya ingin pergi ke sana, membaca "Toraja" tidak membuat saya tertarik untuk pergi ke tempat itu.
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2014 New Authors Reading Challenge
View all my reviewsPosted by Biondy at 2:31:00 PM | Labels: de Teens , Endang Ssn , Membaca , New Authors Reading Challenge 2014 , Novel , Review , Review Buku | 0 comments |
-
Review Kumpulan Puisi: Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung - Joko Pinurbo
Wednesday, October 8, 2014
Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung by Joko Pinurbo
My rating: 3 of 5 stars
Judul: Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung
Penulis: Joko Pinurbo
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 219 halaman
Terbitan: Mei 2007
Buku ini berisi sajak-sajak Joko Pinurbo yang pernah dimuat dalam "Celana", "Di Bawah Kibaran Sarung", dan "Pacarkecilku", trio kumpulan puisi yang telah memperkenalkan penyairnya sebagai salah satu ikon penting dunia perpuisian Indonesia modern. Niscaya buku ini merupakan dokumentasi karya yang sangat berharga dari penyair yang telah menerima berbagai penghargaan sastra ini.
Review
Nama Joko Pinurbo sebenarnya sudah pernah saya dengar beberapa kali dari pembicaraan tentang sastra Indonesia. Kebetulan karena nemu salah satu bukunya di perpustakaan, jadi saya pinjam.
Puisinya banyak yang lucu :)). Ada kesan humoris yang kuat dari puisi-puisinya Joko Pinurbo. Buat saya yang awam soal puisi, ini adalah sesuatu yang baru dan menyegarkan.
Jujur membaca bagian awal buku ini, saya merasa agak bosan. Entah kenapa, tema dan pemilihan katanya terkesan... repetitif. *lari ngumpet. Cuma semakin ke belakang, semakin bagus. Khususnya puisi-puisi tahun 2000-an. Saya suka banget.
Beberapa puisi yang saya suka:
Uban
Pasukan uban telah datang memasuki wilayah hitam.
Hitam merasa terancam dan segera merapatkan barisan.
"Putih lambang kematangan, hitam harus kita lumpuhkan."
"Hitam lambang kesuburan, putih harus kita enyahkan."
Tiap malam pasukan putih dan pasukan hitam bertempur
memperebutkan daerah kekuasaan sampai akhirnya
seluruh dataran kepala berhasil dikuasai masyarakat uban.
"Hore, kita menang. Kita penguasa masa depan."
Tapi uban jelek di lubang hidungmu memperingatkan:
"Jangan salah paham. Putih adalah hitam yang telah luluh
dalam derita dan lebur dalam pertobatan."
"Demikian sabda uban," sindir uban-uban pengecut
yang tiap hari minta didandani dengan semir hitam.
(1999)
Pengamen
Sepuluh orang pengamen menyerbu bus yang sedang lapar
karena hanya diisi seorang penumpang.
Ia orang bingung, duduk gelisah di pojok belakang
membaca peta yang sudah kumal dan penuh coretan.
Para pengamen yang tampak necis dan gagah bergiliran
memetik gitar dan menyanyi lantang kemudian
memungut uang dari penumpang lalu duduk berurutan.
Setelah semua mendapat bagian, gantian si penupang berdiri
di depan lantas bernyanyi dan bergoyang.
Bahkan para pengamen berwajah seram terheran-heran
lantas bertepuk tangan karena penumpang itu
ternyata dapat menyanyi lebih merdu dan menghanyutkan.
Selesai melantunkan beberapa tembang, ia memungut uang
dari para pengamen lalu berteriak stop kepada sopir kemudian
melompat turun sambil melepaskan pekik kemenagan:
"Hidup rakyat! Hidup penumpang!"
(2001)
Aku Tidur Berselimutkan Uang
Aku tidur berselimutkan uang.
Ketika bangun, tahu-tahu tubuhku sudah telanjang.
2002
Mampir
Tadi aku mampir ke tubuhmu
tapi tubuhmu sedang sepi
dan aku tidak berani mengetuk pintunya.
Jendela di luka lambungmu masih terbuka
dan aku tidak berani melongoknya.
(2002)
Tanpa Celana Aku Datang Menjemputmu
untuk Wibi
Empat puluh tahun yang lampau kutinggalkan kau
di kamar mandi, dan aku pun pergi merantau
di saat kau masih hijau.
Kau menangis: “Pergilah kau, kembalilah kau!”
Kini, tanpa celana, aku datang menjemputmu
di kamar mandi yang bertahun-tahun mengasuhmu.
Seperti pernah kaukatakan dalam suratmu:
“Jemputlah aku malam Minggu,
bawakan aku celana baru.”
Di kamar mandi yang remang-remang itu
kau masih suntuk membaca buku.
Kaulepas kacamatamu dan kau terpana
melihatku tanpa celana. Sebab celanaku tinggal satu
dan seluruhnya kurelakan untukmu.
“Hore, aku punya celana baru!” kau berseru.
Kupeluk tubuhmu yang penuh goresan waktu.
(2002)
View all my reviewsPosted by Biondy at 1:14:00 AM | Labels: Gramedia Pustaka Utama , Joko Pinurbo , Membaca , Puisi , Review , Review Buku | 0 comments |
-
Review Novel: Nada Tanpa Kata - Mira W.
Tuesday, October 7, 2014
Nada Tanpa Kata by Mira W.
My rating: 4 of 5 stars
Judul: Nada Tanpa Kata
Penulis: Mira W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 256 halaman
Terbitan: Desember 2013
Dia dilahirkan sebagai anak austistik. Tetapi bakat fotografinya membawanya berpetualang ke Afrika, benua penuh misteri yang eksotik.
Panasnya bumi Kenya yang kotor berdebu, buasnya binatang yang bebas berkeliaran di belantara Afrika, fantastisnya Migrasi Akbar dari Serengeti ke Masai Mara, ketika dua juta nyawa dipertaruhkan demi menggapai tanah yang lebih subur, menghiasi foto-foto spektakuler karyanya.
Tiga orang wanita sama-sama mencintainya. Ibu yang berjuang tanpa mengenal lelah untuk menjadikannya seorang manusia yang berguna walau mengidap autisma. Istri yag telah memberinya seorang anak yang nyaris sempurna. Dan kekasih yang selalu mendapinginya ke mana pun dia pergi, seorang wanita Afria yang membantunya menjadi seorang jawara dalam lomba fotografi dunia
Review
"Nada Tanpa Kata" bercerita tentang Arista, seorang wanita yang memiliki anak dari seorang pria yang telah beristri. Si pria yang tidak ingin nama baiknya tercemar meminta Arista menggugurkan kandungannya, tapi wanita itu menolak hingga lahirlah Alex.
Saat sadar bahwa Alex adalah seorang pengidap autisma, Arista tidak kecewa. Dia berjuang keras untuk membesarkan putranya. Dengan bantuan dokter, serta usaha keras Arista, Alex tumbuh dengan baik. Anak itu bahkan menunjukkan ketertarikan dan bakat dalam dunia fotografi.
Fotografi jugalah yang membawa Alex remaja bertemu dengan Adelana, seorang gadis seumurnya yang tertarik pada perangai Alex yang unik. Fotografi jugalah yang membawa Alex ke Kenya dan bertemu dengan Diani, seorang gadis Kenya yang mampu membuat Alex merasa panas-dingin.
Buku yang sangat, sangat, sangat mengaduk emosi. Like seriously, sangat.
Saya suka dengan hubungan antar karakternya. Saya suka khususnya pada Arista. Lewat tokoh Arista, Mira W. ingin memperlihatkan bagaimana perjuangan membesarkan seorang anak dengan autisma, serta bagaimana lewat kegigihan dan usaha keras, Arista berhasil menjadikan Alex seseorang yang berguna bagi lingkungannya.
Saya juga jatuh cinta pada latar tempat yang Mira W. gambarkan. Jadi pengin pergi ke Masai Mara, Kenya dan melihat sendiri "The Great Migration" yang disebut-sebut di novel ini.
Tetapi atraksi yang paling ditunggu turis dan fotografer adalah "The Great Migration", migrasi akbar yang terjadi setiap tahun. Ketika dua juta binatang bermigrasi dari Serengeti di Tanzania menuju Masai Mara di Kenya setiap bulan Juli dan Agustus.
Setiap rombongan yang bermigrasi diikuti oleh lima belas sampai dua puluh ribu zebra dan wildbeest yang mirip kerbau kecil, kadang-kadang gazel dan impala, sejenis kijang, yang menyeberangi Sungai Mara untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Rumput yang masih hijau dan air yang berlimpah. (hal. 45)
Dan... seperti biasa. Novel Mira W. belum lengkap tanpa referensi dunia kedokterannya. Kalau tidak ada unsur dunia medisnya, rasanya seperti buah duren tanpa baunya. Kurang lengkap.
Kali ini referensi itu datang dalam bentuk penjelasan tentang autisma (lewat dokter tempat Arista berkonsultasi), juga... ini:
Diani mengelus pipi Alex dengan lembut. Menyeka keringat yang mengalir di pelipisnya dengan sehelai handuk kecil. Begitu hati-hati dan cermat seperti perawat kamar operasi menyeka peluh yang mengalir di wajah dokter bedahnya dengan kasa. (hal. 139)
Aduh, kalau penulis lain yang pakai perbandingan ini, saya bakal bilang: ini aneh. Hanya saja karena yang menggunakannya adalah Mira W., saya justru merasa membaca inside joke di sini :)).
Secara keseluruhan, "Nada Tanpa Kata" adalah novel yang menunjukkan bahwa Mira W. masih sukses menghasilkan karya-karya baru dengan cerita yang menarik, konflik yang terolah rapi, serta informasi yang up-to-date. Novel yang sangat saya rekomendasikan untuk dibaca.
View all my reviewsPosted by Biondy at 12:36:00 AM | Labels: Gramedia Pustaka Utama , Membaca , Mira W. , Novel , Review , Review Buku | 0 comments |
-
Review Novel: Almost 10 Years Ago - Trini
Monday, October 6, 2014
Almost 10 Years Ago by Trini
My rating: 4 of 5 stars
Judul: Almost 10 Years Ago
Penulis: Trini
Penerbit: Ice Cube Publisher
Halaman: 336 halaman
Terbitan: Juni 2014
Jangan salahkan Anna Mollan yang selalu memandang sinis kehidupan.
Sepuluh tahun lalu, umurnya baru sembilan. Di musim panas yang seharusnya menyenangkan, ibu dan kakaknya meninggal dalam kecelakaan. Ayahnya memang selamat, tapi mengalami gangguan kejiwaan. Itu sebabnya Anna tidak percaya lagi pada kebahagiaan, termasuk yang hadir dalam bentuk cinta.
Tidak pada Joshua Madison—psikiater tampan yang menangani ayahnya, tidak juga pada Nolan Vervain—bassist keren yang tergila-gila padanya. Tidak pada siapa pun sampai pria misterius itu datang memberinya bunga setiap hari, lalu tiba-tiba menghilang saat Anna mulai membuka diri, dan kembali hanya untuk membuat hidup Anna terhempas sekali lagi.
Review
Buku ke-6 dari serial Bluestroberi yang sudah kubaca. Dapat dari penulisnya sebagai hadiah lomba menulis surat dari masa depan yang diadakan di Twitter.
Penulisannya terasa seperti novel terjemahan. Bukan hanya karena tokoh dan latar tempatnya memang di luar negeri (di Inggris tepatnya), tapi juga karena gaya narasi yang dipakai.
Tokohnya, Anna, cukup mengaduk emosi saya. Antara simpati dan kesal sama dia. Simpati karena segala hal yang terjadi dalam hidupnya, kesal sewaktu dia galau antara Danny atau Nolan. Rasanya gimana gitu. Dia selalu menolak Nolan, tapi tidak mau Nolan pergi juga? Kesannya egois banget buat saya,
Twist-nya kali ini cukup tertebak buat saya. Cuma ceritanya masih tetap enak diikuti. Penulisan kali ini cukup bersih, walau masih ada typo.
Secara keseluruhan: ceritanya enak, latar tempatnya dideskripsikan dengan baik, emosi ceritanya juga dapat. Satu adegan yang paling saya suka adalah waktu Danny dan Anna melihat matahari terbit di antara pantulan kaca gedung pencakar langit. Empat bintang untuk novel ini.
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2014 New Authors Reading Challenge
View all my reviewsPosted by Biondy at 12:37:00 AM | Labels: BlueStroberi , Ice Cube Publisher , Membaca , New Authors Reading Challenge 2014 , Novel , Review , Review Buku , Trini | 0 comments |
-
Elfswood Giveaway Promo
Saturday, October 4, 2014
Guys, saat ini seang ada giveaway yang dilaksanakan oleh Manda dari Elfswood. Hadiahnya cukup menggiurkan loh. Hadiahnya apa? Langsung cek aja di sini.
Btw, bicara soal GA, giveaway "Hujan dan Cerita Kita" juga masih berlangsung loh. Cek di sini yah.
Posted by Biondy at 12:11:00 PM | Labels: Buku , giveaway | 0 comments |
-
Review Novel: Apartemen Berhantu - Rettania
Friday, October 3, 2014
Apartemen Berhantu by Rettania
My rating: 2 of 5 stars
Judul: Apartemen Berhantu
Penulis: Rettania
Penerbit: Bukune
Halaman: 124 halaman
Terbitan: Agustus 2014
Luna tidak suka dengan apartemen tempat tinggal barunya; jauh dari sekolah, sempit, sepi, dan... digosipkan berhantu. Awalnya, Luna tidak percaya, sampai sekelebat penampakan putih yang seram itu terus-menerus muncul di kamarnya--seperti hendak menyampaikan sesuatu.
Rahasia apa yang tersembunyi di sana? Dan kenapa sang ibu seperti ikut menutup-nutupi? Luna harus menemukan jawabannya, sebelum semua terlambat...
Review
Buku ini terasa lain sendiri. Serius. Rasanya beda banget dari 3 buku serial "Takut" yang sudah kubaca.
Kalau ketiga buku lainnya memiliki gaya bahasa yang cenderung "normal" (Indonesia standarlah), novel ini malah terasa... metropop? Indonesia-English bertebaran di mana-mana. Bahasanya juga relatif lebih "gaul".
Selain itu, buku ini cenderung terasa datar buat saya. Mungkin karena "twist"-nya sudah terbaca sejak awal. Ok, jujur saya tidak yakin apa si penulis memang memaksudkan itu sebagai sebuah "twist" yang mengejutkan atau tidak, tapi ada terlalu banyak petunjuk untuk menebak bagian akhirnya.
Jadi, secara keseluruhan... sejujurnya saya kurang puas sih sama novel (novelet?) ini. Tidak terasa mmenakutkan, tidak membuat saya penasaran dengan akhirnya, serta kurang ada aksi dalam cerita.
View all my reviewsPosted by Biondy at 12:03:00 AM | Labels: Bukune , Membaca , Novel , Rettania , Review , Review Buku | 2 comments |
-
Review Novel: My Friends, My Dreams - Ken Terate
Thursday, October 2, 2014
My Friends, My Dreams by Ken Terate
My rating: 3 of 5 stars
Judul: My Friends, My Dreams
Penulis: Ken Terate
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 240 halaman
Terbitan: Maret 2005
Marcella, cewek cantik dari Jakarta, merasa dikirim ke pulau terpencil tak berpenghuni ketika keluarganya memutuskan pindah ke Jogja. Sementara Joy, cewek lima belas tahun, memilih Jogja sebagai "tempat pelarian" dari kedua orangtuanya yang hendak bercerai. Dan Wening, cewek kuper, rendah diri, dan penyakitan, dantang ke Jogja dengan segepok impian.
Mereka mulai bersahabat, meski awalnya tidak mudah. Keakraban terjalin ketika ketiggnya mulai berbagai obsesi. Marcella ingin mendirikan band sekolah, Joy kepingin dapet cowok, dan Wening ingin populer. Mereka saling bantu mengejar impian. Tapi pastinya mereka nggak lupa melakukan hal-hal khas ABG yang menyenangkan: ngecat kuku, bikin pajamas party, ikut klub.
Ada juga saat-saat nggak enak. Saat Wening terserang sesak napas di lapangan basket dan ketahuan bohong. Saat Marcella bikin rambut Wening seperti kesetrum listrik. Saat cowok yang ditaksir Joy justru naksir Marcella.
Setelah satu semester, masih mampukah ketiganya menjaga persahabatan mereka? Bagaimana dengan impian masing-masing? Sebenarnya ada nggak sih hubungan antara teman dan impian?
Review
Akhirnya nemu buku ini. Lengkap sudah membaca novel juara 1-3 lomba teenlit 2005.
Ceritanya lumayan, walau sudah tidak terasa "gue banget". Masalah popularitas, punya pacar, ekskul, dsb... sudah jauh di belakang buat saya :)).
Saya cukup suka dengan ketiga karakternya. Suka juga dengan hubungan antar karakter, serta perkembangan yang dialami masing-masing tokohnya.
Untuk penulisan, rasanya sedikit kurang rapi. Kadang perubahan POV-nya membingungkan dan butuh waktu untuk paham siapa yang sedang bernarasi.
Secara keseluruhan, bukunya cukup bagus dan cocok untuk remaja.
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2014 Young Adult Reading Challenge
View all my reviewsPosted by Biondy at 1:55:00 PM | Labels: Gramedia Pustaka Utama , Ken Terate , Membaca , Review , Review Buku , Young Adult Reading Challenge 2014 | 0 comments |
-
Kamera Pengisap Jiwa by Ruwi Meita
My rating: 3 of 5 stars
Judul: Kamera Pengisap Jiwa
Penulis: Ruwi Meita
Penerbit: Bukuné
Halaman: 132 halaman
Terbitan: 2014
CEKREEEK!
“Terlambat. Kamera tua itu sudah memotret kamu dan keluargamu, tidak ada satu pun yang bisa selamat.” Anak perempuan itu berbicara dengan tatapan kosong. Dia pergi dengan cepat, Anabel tidak bisa menemukannya.
Anabel tidak ingin percaya. Namun, keanehan demi keanehan terus menghampiri. Keluarganya melakukan kegiatan yang sama terus menerus. Papa berkebun, Mama memasak, dan adiknya bermain trampolin tanpa makan, mandi, atau tidur! Dan, ah… apa sebenarnya makhluk mengerikan yang dilihatnya itu? Dia menjerat leher keluarga Anabel dan mengambil jiwa mereka….
Review
Buku ketiga dari serial "Takut" yang kubaca. Buku ini juga merupakan buku kedua karya penulis yang kubaca.
Dibandingkan dengan Bisikan Kotak Musik atau Tujuh Hari di Vila Mencekam, buku ini nyaris terasa seperti buku terjemahan. Ada beberapa paragraf dan dialog yang memberikan suasana itu.
Dari segi cerita, ceritanya lebih linear, seperti di "Bisikan Kotak Musik". Tidak ada twist yang terasa wah seperti di "Tujuh Hari di Vila Mencekam".
Selain itu saya merasa ada aura-aura R.L. Stine di novel ini. Entah ya. Apa karena kombinasi usia karakternya yang masih sangat muda, perasaan ini-novel-terjemahan, serta interaksi kakak-adik hobi berantem seperti di beberapa novel R.L. Stine yang pernah kubaca? Yang jelas ceritanya meneriakkan "Goosebumps" ke saya.
Secara keseluruhan, bukunya cukup baik. Buat yang mencari bacaan horor ala Goosebumps, saya merekomendasikan buku ini.
View all my reviewsPosted by Biondy at 11:01:00 AM | Labels: Bukune , Novel , Review , Review Buku , Ruwi Meita | 0 comments |
-
Review Novel: Tujuh Hari di Vila Mencekam - Cerberus Plouton
Wednesday, October 1, 2014
Tujuh Hari di Vila Mencekam by Cerberus Plouton
My rating: 5 of 5 stars
Judul: Tujuh Hari di Vila Mencekam
Penulis: Cerberus Plouton
Penerbit: Bukune
Halaman: 168 halaman
Terbitan: Agustus 2014
Yudha
Hawa pegunungan yang asri dan segar ini memang baik untuk kesehatan paru-paru Yudha. Hanya saja—pada malam hari—tempat ini terasa terlalu menyeramkan baginya.
Elisa
Setahun yang lalu, kakak yang sangat disayanginya menghilang tanpa kabar. Satu-satunya petunjuk yang Elisa punya adalah lokasi terakhir keberadaannya; sebuah telaga misterius—tempat Elisa mencarinya sekarang.
Dewa
Setelah kecelakaan itu, Dewa merasa terikat pada Elisa. Ia bertanggung jawab atas bisikan-bisikan jahat... Bisikan yang ingin mencelakai mereka.
Ketiganya bertemu di Vila Andaru. Tempat yang membawa mereka pada sebuah petaka besar.
Review
Buku ini saya peroleh bersama 3 buku lainnya dari penerbit. Semacam hadiah untuk blog host serial "Takut" mereka. Awalnya sih iseng aja bacanya. Tanpa ekspektasi apa-apa. Soalnya saya memang jarang merasa "wah" kalau baca novel horor lokal (yah, yang dari luar saya juga bacanya paling Stephen King sih). Untungnya buku ini berhasil melampaui harapan saya.
IMO, penulisannya lebih bagus ketimbang Bisikan Kotak Musik. Terasa lebih rapi dan lebih mengalir. Karakter dan peristiwa yang ada juga terasa lebih matang.
Tapi yang paling saya suka adalah kejutan di buku ini. Kejutannya berhasil menembus pertahanan saya. Bukan sebuah kejutan yang baru (sudah pernah lihat kejutan seperti ini), tapi tetap berhasil membuat terkejut. Tidak ada prasangka soal itu, tapi semuanya terasa masuk akal setelah dipikir-pikir lagi.
Empat setengah bintang. Saya suka dengan gaya penulisan dan ceritanya. Atmosfer ceritanya dapat banget. Sayangnya penulis melakukan suatu repetisi dalam cerita. Hal itu membuat rasa 'wah' yang ada sedikit berkurang.
Buku yang cocok untuk yang mencari bacaan ringan dan/atau horor.
View all my reviewsPosted by Biondy at 12:51:00 AM | Labels: Bukune , Cerberus Plouton , Membaca , Novel , Review , Review Buku | 0 comments |