My rating: 1 of 5 stars
Judul: Pasangan Labil
Penulis: Paramita Swasti Buwana
Penerbit: Elex Media Komputindo
Halaman: 216 halaman
Terbitan: Januari 2015
Bagaimana rasanya harus memiliki kepribadian ganda untuk menutupi pernikahan ini?
Dira dan Angga harus menjadi musuh di kampus untuk menutupi pernikahan mereka yang sesungguhnya. Disebut-sebut sebagai musuh bebuyutan di kampus membuat mereka tidak ingin membongkar rahasia pernikahan mereka yang sesungguhnya. Peran itu harus dilaksanakan sebaik mungkin, mengingat mereka juga sebagai anak kuliahan.
Tapi bagaimana jadinya jika ternyata Dira malah hamil? Atau Dira dijodohkan oleh sahabatnya dengan orang lain? Menjadi pasangan labil itu benar-benar melelahkan.
Review
"Pasangan Labil" bercerita tentang Dira dan Angga, sepasang suami-istri muda yang menyembunyikan pernikahan mereka dengan berpura-pura jadi musuh bebuyutan di kampus. Namun, bagaimana kalau Dira ternyata hamil? Masih bisakah Dira dan Angga menyembunyikan pernikahan mereka?
Maaf banget nih, ya. Ceritanya datar banget buat saya. "Pasangan Labil" ini sebenarnya salah satu novel yang menarik perhatian saya sejak penerbitannya. Temanya terdengar menarik dan saya ingin tahu bagaimana si penulis mengolah tema pernikahan usia muda dengan balutan humor. Sayangnya ekspektasi saya mungkin agak terlalu tinggi.
Buat saya "Pasangan Labil" ini semacam novel utopis dari tema pernikahan dini. Bisa menikah di usia muda, mendapat restu orang tua, menikah dengan orang yang dicintai, dan yang paling penting, tidak pusing soal biaya. Iya, soalnya walau Angga dan Dira sudah menikah, mereka masih tetap didukung oleh orang tua secara finansial. Di dalam cerita memang Dira sempat bilang gini:
Setelah menikah hidup tidak selalu mudah, apalagi kalau menyangkut uang. (hal. 120)
Masa? Saya kok justru dapat kesan yang sebaliknya dari novel ini?
Soal kehamilannya Dira juga terkesan tempelan saja. Paling cuma ada adegan morning sickness sama ngidam. Saya belum pernah hamil, tapi saya yakin kalau hamil itu bukan hanya tentang morning sickness dan/atau ngidam. Ataukah saya yang salah?
Sayang banget sih, penulisnya tidak memasukkan lebih banyak tentang kehamilan. Misalnya waktu kucing persia yang Angga bawa dipindahkan dari rumah oleh ibunya Dira. Di situ kan ada kesempatan untuk bicara soal kenapa kucing dijauhkan dari ibu hamil (kesehatan? pamalik?), tapi soal ini berlalu begitu saja.
Lalu konflik-konflik di novel ini juga kurang gereget. Terlalu cepat dan terlalu mudah selesai. Konfliknya memang tipe yang tidak perlu dipanjang-panjangkan, sih. Harapannya ada satu konflik besar yang memang mengaduk perasaan para tokohnya.
Untuk humornya, lumayanlah. Saya sempat cekikikan beberapa kali.
Secara keseluruhan, saya kurang suka dengan novel ini. Plotnya terlalu sederhana dengan konflik yang kurang menarik.
View all my reviews
Iya sih, kalo kehidupan pernikahan dini segampang itu, baca bukunya bakal bertanya-tanya, masa? Seharusnya digali lagi konflik yang biasa terjadi di pernikahan. Kayak cemburu atau apalah gitu..