Rss Feed
  1. Bidadari Santa MonicaBidadari Santa Monica by Alexandra Leirissa Yunadi
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: Bidadari Santa Monica
    Penulis: Alexandra Leirissa Yunadi
    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
    Halaman: 368 halaman
    Terbitan: Agustus 2009

    Buat Pelita, hidup ini bagaikan kepingan penuh warna. Di matanya Efraim-lah pemberi warna hidupnya. Namun karena Efraim juga, Pelita terperangkap dalam warna abu-abu: remuk hati berkepanjangan. Lalu dia bertemu dengan pengamen cantik di Santa Monica, Amerika. Konon, orang-orang memanggil gadis itu dengan julukan Bidadari Santa Monica.

    Pelita terpesona pada sang bidadari. Mendatanginya setiap hari, mendengarkan lantunan lagu dan petikan harpanya dalam derai airmata, sambil tak henti-henti mengaguminya.

    Lalu, pada hari yang ketujuh...

    "Pelita!" dengan fasih, bule jelita itu menyebut namanya. "That`s your name right?"

    Pelita terkesima. Tak mengerti bagaimana mungkin bidadari cantik itu mengetahui namanya. Nama yang bahkan terasa asing saat diucapkan lidah bule seperti pengamen itu. Tapi tak hanya itu...

    "See you later, Little Shine...," bahkan gadis cantik yang tak mungkin bisa bahasa Indonesia itu menyebutkan arti dari namanya.

    Pelita pun mulai mereka-reka, siapa gadis bermata biru itu sebenarnya? Mengapa bidadari itu begitu tertarik pada masa lalunya? Dan... apa sebenarnya hubungan pengamen cantik itu dengan the love of her life, Efraim?

    Review

    Pertama saya harus bilang bahwa ada "perselisihan" kecil antara blurb dan isi novel. Di blurb tertulis, "See you later, Little Shine...," sementara dalam novel tertulis, "See you later, Little Light!" Nah lo?

    Kedua, saya akan bilang bahwa saya kecewa dengan novel ini. Hasil akhirnya jauh di bawah harapan saya.

    Sebelumnya saya pernah baca novel "Dua Pasang Mata" karya si penulis dan saya suka banget sama novel itu. Ulasannya bisa dibaca di sini. Makanya waktu cek GR dan melihat bahwa si pengarang punya novel selain "Dua Pasang Mata", buku ini langsung masuk daftar 'to-read' saya. Pucuk dicinta ulam tiba, saya nemu buku ini sekitar sebulan kemudian.

    Bagian depan novel ini sebenarnya menarik yah. Misteri soal si Bidadari Santa Monica juga sempat bikin penasaran. Awalnya pas dia bilang kalau dia kenal salah seorang teman Pelita, saya sudah punya bayangan siapa sih, tapi kan tetap masih menjadi tanda tanya, jadi saya tetap penasaran.

    Cerita bergulir mundur dalam kilas balik Pelita. Bagian awal kilas balik ini juga masih oke. Pelita bekerja sebagai ilustrator di sebuah majalah, karena suatu hal akhirnya dia merangkap sebagai reporter, lalu lewat salah satu pekerjaannya, dia berkenalan dengan Efraim. Meningat bagaimana balutan romansa dan interaksi antar tokoh yang penulis jalin di DPM, saya punya harapan besar soal Pelita dan Efraim, tapi ternyata...

    Hubungan Pelita dan Efraim termasuk biasa aja buat saya. Cewek dari kalangan ekonomi biasa, ketemu cowok super kaya, si cowok jatuh cinta pada pandangan pertama, ngejar-ngejar si cewek dan menghujaninya dengan berbagai hadiah mahal, salah paham, saling membereskan kesalahpahaman, lalu ya... jadian. Masalah kesalahpahamannya juga terasa sedikit komikal buat saya, jadinya ya, saya tidak terlalu menganggap serius keseluruhan novel seperti yang saya lakukan pada DPM.

    Akhir ceritanya? Hmm... saya sama sekali tidak merasa terharu. Beda banget dengan yang saya rasakan di DPM. Mungkin karena di sini "akhirnya" lebih bersifat kebetulan, sementara di DPM sifatnya pilihan (pilihan yang sangat berat pula).

    Secara keseluruhan 2 bintang buat saya. Just another romance novel for me.

    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment