My rating: 2 of 5 stars
Judul: Allegiant
Penulis: Veronica Roth
Penerbit: Mizan Fantasi
Halaman: 496 halaman
Terbitan: Mei 2014
Bagaimana bila seluruh hidupmu adalah dusta? Dan satu kebenaran—seperti satu pilihan—mengubah semua yang kau percaya?
Tak ada lagi faksi, tak ada lagi panduan, hanya ingatan akan pengkhianatan. Tirani lain mengancam, para factionless yang selama ini terbuang mengambil alih kekuasaan.
Tris ingin ke luar batas kota dengan Tobias, bebas dari dusta dan prasangka. Tetapi realitas baru mengubah hati orang-orang yang dicintai Tris. Sekali lagi Tris harus berjuang untuk memenangkan hati mereka. Perjuangan yang menuntut semua keberanian, kesetiaan, pengorbanan, dan cintanya.
Allegiant, pamungkas Trilogi Divergent yang dinanti-nanti oleh jutaan pembaca di dunia setelah Divergent dan Insurgent.
Review
Review mengandung spoiler! Saya tidak bisa membahas hal-hal yang mengusik tanpa spoiler ceritanya.
"Apakah aku berhasil melakukannya?"
"Ya, [...], kau telah melakukannya dengan sangat baik." (hal. 437)
Akhirnya saya baca Allegiant juga. Baru termotivasi untuk baca ini karena filmnya akan segera keluar. Padahal sudah baca dua buku pertamanya dari tahun lalu, tapi entah kenapa masih kurang tertarik untuk baca buku pamungkasnya ini.
Veronica Roth masih memperpanjang kebingungan saya akan seluruh latar belakang trilogi Divergent ini. Di ulasan buku pertamanya (baca di sini), saya sempat membahas masalah 'faksi ada untuk cuci otak' dan masalah 'cuci otak' itu memang masih diteruskan dalam buku ini. Sayangnya, saya merasa bingung dengan perkembangannya.
Jadi, di sini diungkapkan bahwa dunia tempat Tris tinggal hanyalah sebuah eksperimen besar yang disebabkan terjadinya Perang Kemurnian. Konon katanya, ada sebuah eksperimen yang ingin meningkatkan sifat baik pada manusia, seperti kecerdasan atau kebaikan hati. Proyek ini memang berhasil, tapi kemudian menimbulkan masalah baru. Orang-orang yang gennya berubah itu juga mengembangkan sifat buruk lainnya. Jadilah orang yang cerdas tapi tinggi hati, atau orang yang pendamai tapi pasif.
Untuk memulihkan keadaan Rusak Genetis (RG) ini, dibuatlah beberapa kota eksperimen dan orang-orang RG dimasukkan ke dalamnya. Tujuannya adalah agar perkawinan di antara mereka nantinya dapat menghasilkan gen yang lebih murni, yang sama seperti percobaan dilangsungkan. Percobaan-percobaan itu selalu gagal karena justru timbul perang di dalam kota-kota itu dan justru kota Trislah, dengan sistem faksinya, yang dianggap paling berhasil sejauh ini.
Saya tidak percaya dengan premis ini. Saya bukan orang yang paling mahir di bidang biologi dan kalau ada yang lebih paham dan mau mencerahkan saya, tolong lakukan. Bagaimana caranya orang-orang yang rusak secara genetis ini, dikotak-kotakkan bersama orang-orang yang kerusakan genetisnya serupa (sistem faksi), lalu mereka berharap akan lahir orang dengan gen yang lebih murni? Sifat dominan-resesif gennya seperti apa, sih?
Malah lebih masuk akal kalau orang-orang itu dibiarkan untuk menikah dengan orang di luar faksinya. Misalkan: Erudite yang cerdas menikah dengan Abnegation yang mementingkan orang lain/tidak egois. Apa tidak mungkin akan menghasilkan anak yang cerdas, tapi tidak sombong dan peduli pada orang lain? Bukannya sifat seperti itulah yang diinginkan oleh percobaan gen yang menjadi akar masalah di dunia Divergent?
Masalah "Allegiant" bukan cuma premis dasar yang sulit saya terima. Penulisannya juga tidak sebagus dua buku sebelumnya. Setidaknya saya masih bisa menikmati cerita yang seru di "Divergent" dan "Insurgent". Di sini, saya hanya berhadapan dengan alur yang lambat, tokoh-tokoh dengan kelakuan membingungkan, sampai ke soal POV Tobias yang terlalu mirip dengan Tris.
Akhir ceritanya, ugh, saya rasa soal 'anu', yang memancing reaksi keras dari penggemar seri ini, rada tidak berguna. Jalan keluar yang Biro tawarkan sebenarnya masuk akal buatku. Penolakan Tris dkk juga lumayan masuk akal, tapi kurang dieksplorasi sehingga justru terkesan egois. Belum lagi pemecahan soal Factionless vs. Allegiant yang... segitu doang?
Yah, secara keseluruhan, "Allegiant" bukan penutup yang kuat untuk seri ini. Premis dan latarnya masih tetap tidak meyakinkan. Tambah lagi, narasinya tidak seseru dua buku sebelumnya.
View all my reviews
Iya sih, abis nonton filmnya trus kok ngerasa zonk ya :(
@Shintaries Nijerinda : Wah, kebetulan saya baru mau nonton filmnya :D
Aku setuju sama pendapat kak Biondy tentang Allegiant. Aku juga baru baca seri terakhir tahun ini, padahal sudah baca dua seri sebelumnya dari 2 tahun lalu, hahaha. Awal-awal baca buku ini, aku masih semangat. Sampai gak kerasa sudah memasuki 1/3 buku, terus aku baru sadar, kok alurnya lambat banget? Kemajuan ceritanya cuma sedikit, sampai-sampai pas di pertengahan, aku mengintip endingnya dulu (jangan ditiru) xD karena penasaran konflik utamanya itu apa sih? Klimaksnya mana? Sedangkan untuk permasalahan antara Tobias dan Tris, aku lumayan gereget dan merasakan emosi, layaknya baca buku romance. Walaupun bukan itu yang aku harapkan saat membaca Allegiant. Tentang masalah kerusakan gen, kok aku nangkepnya mereka ingin mempersatukan orang-orang Murni Genetis untuk menikah dan menghasilkan keturunan Murni juga ya? Kalau kota-kota percobaan itu untuk mengecek perkembangan orang-orang RG kan? Eh iya gak sih xD Dan ya, penyelesaian masalahnya sangat sekilas, singkat, dan ehm.. segitu doang :(