Rss Feed
  1. StanzaStanza by Alex R. Nainggolan
    My rating: 3 of 5 stars
    Judul: Stanza
    Penulis: Alex R. Nainggolan
    Penerbit: Aksaramaya
    Halaman: - (baca versi digital)
    Terbitan: September 2014

    Kumpulan puisi dari Alex R. Nainggolan. Saya suka pada puisi-puisinya yang bersifat personal; yang dia tujukan pada penyair lainnya, atau orang-orang terdekatnya: istri dan anak-anaknya.

    Beberapa puisi favorit:

    Mandi Malam
    -jokpin

    ia paham jika mandi malam tidak bai buat kesehatan
    nyatanya ia kerap melakukannya
    hampir setiap malam
    seperti sebuah jadwal yang tak boleh dipenggal
    saat mandi, ia merasa malam begitu diam
    meski ia mencoba menghibur diri dengan menyanyi lagu pop
    tapi terasa getah sunyi bangkit dan berdiri
    seperti film misteri yang memeluknya dari belakang
    bahkan ketika ia mau buang hajat
    terasa seperti ada yang ingin menjerat
    membuatnya sedih
    "kenapa mesti ada yang protes, adahal aku cuma mandi buat tubuhku sendiri," umpatnya

    Nyeri Puisi


    katakan padaku, penyair
    berapa banyak nyeri yang tinggal dalam puisi?
    bertahun kau bangun puing kata
    dan menanak luka
    di sepanjang keringat malam
    tapi diksi-diksi lepas
    ah, di kota inipun orang-orang sudah tak percaya pada kata
    mereka sibuk berbicara
    sampai mulut dipenuhi busa
    sesekali ingin aku menghitungnya
    nyeri dari puisi yang kau tulis
    seperti pemulung
    aku punguti lagi kata-kata itu
    yang hampir pingsan dan penuh darah

    Tanpa Setubuh

    aku kunjungi dirimu
    di malam-malam basah dan dingin
    dan berat hujan tertanam
    di beranda
    tanpa setubuh
    hanya cakap tentang letih hari
    yang barusan kaulalui
    aku menelusup masuk
    ke dalam selimutmu
    tanpa setubuh
    hanya ingin merampas lelahmu
    seharian dirampas lidah waktu
    aku usap rambutmu
    tanpa setubuh
    hanya ingin berbisik di lunak telingamu
    betapa anak-anak kita telah tumbuh
    bersama waktu yang terampas itu

    Pada Ketinggian Gedung

    di sini terasa langit begitu sunyi
    biru yang bertalu
    ada yang mengeras di pangkal hati
    mungkin ingatan tentang kesepian
    atau dirimu yang enggan dikecup
    di bawah barisan orang
    berteriak serak
    jalanan yang mengering
    oleh panas matahari
    ingin merubuhkan pagar
    tapi di sini begitu sepi, kekasih
    pendingin ruangan yang menciutkan nyali
    dan aku yang melulu iri
    pada lembab bibirmu

    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment