My rating: 3 of 5 stars
Judul: Abad yang Berlari
Penulis: Afrizal Malna
Halaman: 37 halaman
Penerbit: omashore
Terbitan: April 2009 (pertama terbit 1984)
Abad Yang Berlari (hal.12)
palu. waktu tak mau berhenti, palu. waktu tak mau berhenti.
seribu jam menunjuk waktu yang bedaberbeda. semua ber-
jalan sendiri-sendiri, palu.
orang-orang nonton televisi, palu. nonton kematian yang di-
buka di jalan-jalan, telah bernyanyi bangku-bangku sekolah,
telah bernyanyi di pasar-pasar, anak-anak kematian yang
mau merubah sorga. manusia sunyi yang disimpan waktu.
palu. peta lari berlarian dari kota datang dari kota pergi,
mengejar waktu, palu, dari tanah kerja dari laut kerja dari
mesin kerja. kematian yang bekerja di jalan-jalan, palu. ke-
matian yang bekerja di jalan-jalan.
dada yang bekerja di dalam waktu.
dunia berlari. dunia berlari
seribu manusia dipacu tak habis mengejar.
1984
Kumpulan puisi yang sangat sulit untuk dimengerti =_="
Coba saja baca puisi di atas. Ngeh maksudnya? Kalau ya, selamat. Anda mungkin punya bakat di bidang sastra. Kalau saya pribadi sih rasanya memang tidak punya :))
Walau puisi-puisinya njelimet dan tidak terlalu saya mengerti, tapi saya tetap suka dengan pemilihan kata dan bunyi yang terdengar saat saya membaca puisi ini (di dalam hati tentunya).
Ada satu puisi Afrizal yang mengingatkan saya ada puisi yang ditulis oleh Sapardi Djoko Damono. Puisi yang ini nih:
Channel 00 (hal.20)
sebentar.
saya sedang bunuh diri.
teruslah mengaji dalam televisi berdarah itu, bunga.
1983
Mengingatkan saya pada puisi SDD yang ini:
TUAN
Tuan Tuhan, bukan? Tunggu sebentar,
saya sedang keluar.
1980
View all my reviews
halo, nanya dong, boleh sa minta foto kopi bukunya?