Rss Feed
  1. Bara Aksadewa: Sang Terhukum di negeri Kinnara (#FikfanDIVA)Bara Aksadewa: Sang Terhukum di negeri Kinnara by Mahfudz Asa
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: Bara Aksadewa
    Penulis: Mahfudz Asa
    Penerbit: de Teens
    Halaman: 188 halaman
    Terbitan: September 2013

    “Candi ini adalah gerbang lintas batas yang menghubungkan duniamu dengan Negeri Kinnara.”
    Akhirnya, kulangkahkan kaki memasuki bangunan candi itu. Begitu seluruh tubuhku melewati ambang pintu, tiba-tiba kegelapan menyergap dari berbagai arah. Kepalaku terasa begitu pusing, seakan ada yang tengah mengaduk-aduk isi kepalaku. Hanya kegelapan yang kurasakan keberadaannya sebelum akhirnya kesadaran meninggalkanku.

    Bara Aksadewa harus memasuki Negeri Kinnara sebagai tebusan bagi ibunya yang menjadi tawanan bangsa Asura. Buah kalpataru adalah harga yang sangat mahal. Bukan hanya nyawa yang ia pertaruhkan, tapi juga kebebasannya sendiri…

    Review

    Buku kedua dari hasil lomba #fikfanDiva yang saya baca. Sebelumnya saya sudah baca yang juara duanya. Sekarang mencicipi rasa juara tiga lomba tersebut.

    Buku ini saya peroleh dari hasil giveaway di blog penulisnya. Beruntung banget. Soalnya saya emang pengin baca hasil 3 besar #fikfanDiva.

    Beberapa poin yang saya catat selama membaca (CMIIW kalau ternyata pertanyaan saya sudah ada jawabannya di buku ini. Bisa jadi saya kelewatan.):

    1. Secara kover, di antara 3 besar #fikfanDiva, jujur kover buku ini yang saya paling gak suka. Itu orang di dalam matahari/lingkaran ganggu banget deh. Dan kalau saya lihat, entah kenapa dia terlihat seperti manusia pra sejarah =_=

    2. Kenapa Laksita, ibunya Bara, tidak mengenakan kalung penangkal juga? Kalau Sagra memang bisa dihalau dengan kalung itu, dia kan tinggal pakai aja dan dengan begitu dia tidak perlu sampai diculik.

    Ya, saya tahu, kalau dia tidak diculik, ceritanya gak bisa jalan. Cuma kayaknya perlu ada penjelasan kenapa Laksita tidak mengenakan kalung itu.

    3. Waktu Bara disuruh mengambil buah Kalpataru, dia sudah bertanya pada dirinya sendiri apakah dia tega mengorbankan suatu bangsa untuk memperoleh buah itu?

    Pertanyaan lain yang kurasa sebaiknya dia ajukan adalah: apakah dengan dia mengambil buah itu, dunia manusia tidak akan kena pengaruhnya?

    4. Typo 'dilayar' pada hal. 15

    5. Typo 'teNagaku' di hal. 166

    6. Saya suka dengan penggunaan candi yang agak tidak terkenal di sini. Jujur saya bahkan baru tahu nama Candi Pawon karena buku ini. Satu nilai plus besar untuk faktor ini.

    7. Saya juga suka dengan keragaman tokoh yang ada di sini. Ada Kinnara, Asura, Naga, Garuda, Winara, dan Manusia.

    8. Soal kesepakatan antara Udara dengan pimpinan Naga. Kenapa para Naga cepat amat setujunya sih? Gak pakai acara nanya bagaimana Udara akan memberikan/membantu mereka memperoleh Mahkota Garuda.

    Ya, secara keseluruhan, saya cukup suka dengan Bara Aksadewa ini. Nuansa fantasi lokalnya terasa sekali dan penulis mampu meramunya dengan baik.

    Tiga bintang untuk novelet ini.


    View all my reviews


  2. 0 comments :

    Post a Comment