Februari untuk Kania by
Utari Giri
My rating:
1 of 5 stars
Judul: Februari untuk Kania
Penulis: Utari Giri, Yunie Batue, Ria Marsela Andani, Nenny Makmun
Penerbit: Peri Penulis Publishing
Halaman: 154 halaman
Terbitan: Oktober 2013
Februari untuk Kania adalah salah satu dari 3 buku hasil lomba menulis novelet yang diselenggarakan oleh tim Peri Penulis pada Februari 2013 yang lalu.
Dua lainnya adalah "The Shores and the Piano" (yang saya review
di sini) dan
Dansa di Bawah Purnama (novelet saya ada di sini XD).
Saya cukup suka dengan "The Shores and the Piano", karena itu saya punya ekspektasi tersendiri untuk buku ini. Sayangnya harapan saya itu tidak sampai.
Saya coba
review ceritanya deh.
Buket Janji - Utari Giri
Awalnya saya merasa cerita ini sedikit "lemah", tapi setelah membaca keempat cerita di buku ini, cerita inilah yang justru paling saya suka.
Ceritanya sih relatif sederhana. Tentang seorang wanita yang pindah bekerja ke Bali. Alasan kepindahannya sih karena dia ingin "melarikan diri" dari ibunya yang terus-terusan mendesaknya untuk menikah dan punya anak.
Di Bali dia bertemu dengan seorang pria. Dan, yah, bisa ditebak lah ya. Hanya saja pria ini tampaknya adalah seseorang dari masa lalu si wanita.
Ceritanya relatif lurus kalau menurut saya. Identitas si pria ini juga tidak terlalu "wah". Hanya saja, justru karena cerita ini sederhana dan jelas, saya jadi suka.
Beberapa typo yang saya catat:
- mengendong hal. 8 ("menggendong")
Kenangan - Yunie Batue
Saya agak bingung. Cerita ini ada unsur dari kehidupan nyata yang dialami penulis, ataukah murni fiksi? Soalnya di salah satu adegan, si tokoh utama cewek bilang kalau dia bisa dipanggil Batue (hal. 49). Itu kan... nama belakang penulisnya (atau nama pena?). Hmm...
Gaya narasi pembukanya terkesan galau nan melankolis. Saya kira nuansa ini akan dipertahankan hingga akhir cerita, tapi ternyata saya salah. Semua kegalauan dan kemelankolisan itu runtuh seketika saat karakter-karakternya bicara.
Njablak abis gaya ngomongnya, saudara-saudara.
"Nama loe serius Bumi? Itu nama asli?
"Iya, itu nama asli gue. [...]"
"Kenapa gak Pluto or Mars gitu?"
"Jangan heran ya... sama cewek satu ini. Ngomongannya memang kayak gini. Ancur."
Beberapa typo yang saya catat:
- dimana hal 54 (harusnya "di mana")
- meminum-minuman hal 52 (harusnya "meminum minuman")
- seperti seolah hal 55 (tidak efektif. Salah satu saja cukup.)
- keperduliannya hal 61 (harusnya "kepeduliannya")
- disini hal 78 (harusnya "di sini")
- disana hal 79 (harusnya "di sana")
- didekatnya hal 84 (harusnya "di dekatnya")
Bianca, Clara, dan Dia - Ria Marsela Andani
Cerita yang membingungkan buat saya. Sebenarnya inti cerita ini sederhana. Tentang kecelakaan yang mengubah hidup 3 orang. Hanya saja cara berceritanya
mbulet sehingga agak membingungkan.
Beberapa typo yang saya catat:
- dimana hal 90, 112 ("di mana")
- perotes hal 92 ("protes")
- Biaca 96 ("Bianca")
- nafas 97 ("napas")
- di tempatinya 99 ("ditempatinya")
- masi 106 ("masih")
- gelisa 107 ("gelisah")
- di kemudikan 110 ("dikemudikan")
- di masukkan 111 ("dimasukkan")
- dibelakang 113 ("di belakang")
- gumamnyanya 116 ("gumamnya")
Ceritanya kurang bisa saya nikmati dan saya juga kurang suka dengan akhir ceritanya.
Februari untuk Kania - Nenny Makmun
Bercerita tentang Kania, seorang gadis yang penyendiri dan hanya memiliki satu orang sahabat, Vony.
Suatu hari, saat pulang dari toko buku, Kania menjadi korban tabrak lari. Untungnya dia ditolong oleh seorang pemuda yang ternyata coker (cowok keren) di kampusnya. Selanjutnya, yah...
Ceritanya sendiri cukup baik menurut saya. Cuma akhir ceritanya saya kurang suka. Rasanya berusaha dramatis, tapi tidak tereksekusi dengan sempurna. Ada penjelasan yang terasa kurang, jadinya malah terasa aneh alih-alih dramatis.
Beberapa typo yang saya catat:
- nafas 124 ("napas")
- memperdulikan 125 ("mempedulikan")
- dimana 126, 128 ("di mana")
- mendengus baunya 132 (saya rasa "mengendus baunya" lebih pas di sini, karena karakternya mendekatkan bunga ke hidung lalu "mendengus baunya")
- insang 141 ("insan". Tidak sedang bicara soal alat pernapasan ikan.)
- menagis 148 ("menangis")
- Andrea 151 (harusnya "Andreas". Pas lagi adegan pelukan pula :)))
Tambahan, sering terjadi perubahan POV secara mendadak di sini. POV yang digunakan adalah POV 3, tapi kadang ada adegan yang narasinya menggunakan POV 1. Contohnya di halaman 132 dan 145.
Tambahan dua, penulis kayaknya suka menambahkan spasi di antara sebuah kata dan tanda tanya. Kalimatnya jadi, "bla bla bla ?". Kenapa tidak disambung saja tanda tanyanya?
Kesimpulan akhir: cerita-ceritanya kurang mengena buat saya. Hal ini masih dibaluti lagi dengan masalah penulisan tanda baca, kata baku, dan penulisan di + kata tempat. Khusus yang terakhir itu, saya masih sensi efek
terjemahan Eleanor & Park, jadi rasanya ganggu banget.
Mohon maaf, karena saya memberi 1 bintang untuk buku ini sesuai dengan pengertiannya di Goodreads.
View all my reviews