-
Review Novel: Bocah dan Penyihir - R. D. Vilam
Friday, March 8, 2013
Bocah dan Penyihir by R.D. Villam
My rating: 4 of 5 stars
Judul: Bocah dan Penyihir
Penulis: R. D. Vilam
Penerbit: Kastil Fantasi
Halaman: 290 halaman
Terbit: 15 Oktober 2012
Dalam rerimbunan hutan lebat di Lembah Heiszl, seorang penyihir mendapat mimpi buruk yang akan menentukan arah sejarah umat manusia hingga beratus-ratus tahun ke depan. Tak jauh di utara, seorang bocah petani memutuskan untuk menjadi prajurit, bergabung bersama pasukan Kerajaan Terran menghadapi serangan Bangsa Elniri.
Namun orang-orang Elniri datang menghancurkan semuanya. Sekarang para penyihir harus memilih. Dengan rahasia dan kekuatan yang mereka miliki, akankah mereka berjuang bersama rakyat, atau justru sebaliknya, menciptakan bencana baru.
Review
Jauh lebih menarik minat ketimbang buku pertama, Penakluk Dari Selatan (review saya untuk buku itu bisa dibaca di sini). Kalau di buku pertama hanya ada rangkuman sejarah bangsa Elniri dan sang penakluk dari selatan, di buku kedua ini ada lebih banyak interaksi karakter dan aksi yang lebih ketat pada karakternya.
Di buku pertama kita sudah berkenalan dengan Anthravai, sang pemimpin Elniri yang mulai melakukan ekspansi ke utara. Kita juga berkenalan dengan dua orang panglimanya, Thorsti dan Vyndassi. Kali ini kita menyebrang ke sisi yang berlawanan dengan mereka. Tokoh utama di buku ini adalah Fabien seorang pemuda yang merupakan penduduk asli daerah utara. Hidupnya yang tenang di desa berubah setelah dia memutuskan untuk jadi prajurit setelah kematian pamannya. Di saat yang sama, Anthravai telah memulai ekspansinya dan hal ini menyebabkan Fabien ikut terseret dalam perang yang terjadi.
Secara keseluruhan saya suka pada karakter-karakter yang ada dan juga hubungan antar karakternya. Fabien memiliki sikap dan karakteristik yang cocok untuk jadi karakter utama yang mudah untuk disukai dan dia berhasil menghidupi perannya itu. Saya suka bagaimana perubahannya dari seorang pemuda desa biasa menjadi seorang prajurit dan akhirnya menjadi "kepala desa" untuk sebuah desa kecil yang berisikan para pengungsi di bagian akhir cerita.
Sayangnya, mengingat judul novel ini adalah 'Bocah dan Penyihir', adegan yang melibatkan si penyihir terlalu sedikit. Selain itu awalnya kupikir tokoh utamanya, yang si bocah, adalah, well, seorang bocah. Tapi ternyata tokoh utamanya itu seorang remaja. Tambah lagi kupikir akan ada interaksi antara si bocah dan penyihir, tapi ternyata tidak ada. Yah, kecele deh.
Secara cerita, ada lebih banyak aksi yang lebih bisa terhubung dengan perasaan. Berbeda dengan buku 1 yang penuh pembantaian dan segmen-segmen sejarah mulainya penaklukan dari selatan, buku 2 ini melibatkan persahabatan, hubungan dengan orang tua (atau yang dianggap orang tua dalam kasus ini), kematian orang dekat, rasa takut akan perang, perjuangan, dan masih banyak emosi lainnya sehingga membuat saya bisa lebih masuk ke dalamnya.
Secara teknis penulisan? Well, kali ini tidak sebersih buku 1 karena saya nemu beberapa typo. Kata yang tidak baku juga masih ada. Beberapa typo, semisal:
1. kata coklat, harusnya cokelat
2. "Kuda yang berwarna hitam bernama Leko, dan yang putih berwarna Vito." (hal. 92). Harusnya 'bernama Vito'.
3. kata 'aku' yang terketik 2 kali di hal. 202 (bagian dialog Raja Edouin).
4. kata 'sedankan' di hal. 225
Selain itu juga ada sedikit inkonsistensi kecil pada Bibi Jeannie. Sebelumnya Fabien mengeluh pada pamannya karena dia merasa bibinya selalu menganggapnya (dan mungkin juga memperlakukannya) seperti anak-anak. Pamannya juga menanggapi dengan bilang bahwa mungkin dia akan selalu dianggap anak-anak oleh bibinya itu. Setelah itu, waktu Fabien minta agar dia boleh turut serta pamannya ke Windalens, pamannya menanggapi dengan, "Akan kupikirkan. Kita juga harus mendenganr pendapat bibimu. Tetapi kurasa ia takkan keberatan; kau sudah cukup dewasa."
IMHO, kalau memang bibinya selalu menganggap Fabien anak-anak, kurasa bibinya mungkin akan melarang atau berusaha mencegah Fabien pergi, jadi kurasa lebih masuk akal kalau pamannya bilang kalau mungkin bibinya akan melarang, tapi mereka bisa membujuknya. Apalagi baliknya si Fabien ini harus pulang sendiri.
Lalu soal peta. Itu nama desa-desa di petanya kecil banget =_="
Nama gunung, ibukota, hutan, dan lembah sih masih bisa dibaca, tapi nama desa-desanya gak kebaca sama sekali. Mungkin bisa diupload aja gitu biar bisa diunduh?
Terus, satu lagi. Ada paragraf yang tidak tercetak baik di buku yang saya punya ._.
Ada paragraf yang agak menghilang gitu. Untung masih bisa kebaca.
Empat bintang untuk novel ini. Petualangannya semakin seru dan bikin penasaran cerita macam apa yang akan disajikan di buku ketiga.
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2013 Fantasy Reading Challenge
- 2013 TBR Pile Reading Challenge
View all my reviewsPosted by Biondy at 9:46:00 AM | Labels: 2013 TBR Pile Reading Challenge , Fantasy Reading Challenge , Membaca , Novel , Review , Review Buku |
0 comments :
Post a Comment