Rss Feed
  1. One True ThingOne True Thing by Anna Quindlen
    My rating: 4 of 5 stars

    Judul: One True Thing
    Penulis: Anna Quindlen
    Penerbit: Random House
    Halaman: 289 halaman
    Terbitan: Agustus 1994

    Ellen Gulden adalah seorang wanita muda lulusan Harvard dengan karir jurnalisme yang tengah bersinar. Kecerdasan dan keambisiusannya membawa Ellen pada jalur karir yang tepat. Jalur dengan masa depan yang tampak cemerlang. Tapi saat ibunya diketahui mengidap kanker, ayahnya meminta Ellen untuk merawat ibunya. Ellen setuju dan meninggalkan pekerjaannya.

    Hari-hari Ellen kemudian diisi dengan perjuangannya mengurus ibunya, perasaannya yang tercabik saat melihat kesehatan ibunya yang terus menurun, ayah yang sepertinya lari dari kenyataan, hingga pacar yang tidak setia. Lalu satu kejutan akhir membawa perubahan besar dalam hidup Ellen.

    Review

    Ini buku ke-2 Anna Quindlen yang saya baca. Buku yang pertama adalah Blessings yang review-nya bisa dibaca di sini.

    Buku ini, bagi saya, adalah buku yang sangat makan waktu untuk dibaca. Bukan karena buku ini membosankan, tapi keindahan bahasanya membuat saya membacanya perlahan-lahan, menikmati jalinan kalimat yang Anna Quindlen bangun. Di sini 'indah' tidak berarti puitis, tapi menggambarkan sesuatu (suasana, deskripsi fisik, emosi) secara jelas dan terpampang nyata (kedengarannya jadi kayak Syahrini yah).

    Tokoh-tokoh yang ada di sini dan hubungan antar karakternya juga sangat menarik. Ellen, di awal cerita, digambarkan sebagai seorang perempuan yang lebih memiliki hubungan yang kuat dengan ayahnya ketimbang ibunya. Ayahnya, seorang profesor literatur, adalah seorang panutan baginya. Ellen sendiri punya kecenderungan untuk berusaha melakukan sesuatu agar mendapat pujian dan perhatian sang ayah. Sayangnya sang ayah yang dingin tidak terlalu memberinya perhatian itu. Hanya saja, seiring jalannya cerita, dia lebih paham akan perasaan ibunya dan perasaannya sendiri terhadap ayahnya.

    Ibunya Ellen adalah seorang wanita penuh energi yang sangat senang melakukan sesuatu. Kalau menurut Ellen, waktu kosong bagi ibunya adalah 'dosa'. Saya bisa sangat terhubung dengan Kate, ibunya Ellen. Melihat bagaimana kesehatannya yang menurun merenggut kemampuannya beraktifitas, serta membuatnya merasa 'dipermalukan', dengan harus menggunakan popok untuk orang dewasa atau karena kesulitannya untuk mandi dan makan sendiri, saya merasa sedih dan takut di saat yang sama. Membayangkan bagaimana kalau seseorang yang saya kenal (dan, yang lebih menakutkan, diri saya sendiri) mengalami yang Kate alami, membuat saya merinding.

    Penggambaran penyakitnya Kate dan akibatnya secara fisik dan emosional, terasa sangat nyata di sini. Saya bahkan merasa kalau Quindlen menulis berdasarkan pengalaman pribadi atau pengalaman seseorang yang dia kenal.

    Bagian kedua buku ini, terasa sedikit aneh bagi saya. Di bagian Ellen ditangkap dengan tuduhan membunuh ibunya. Apa iya dia bisa ditangkap seperti itu hanya karena dia terlihat mau pergi dari kota? Padahal tidak ada bukti yang memberatkannya, tapi kasusnya malah bisa berlanjut sampai ke posisi dia benar-benar jadi tersangka utama.

    Secara keseluruhan, buku ini sangat bagus. Baik dari segi bahasa, karakter, maupun plotnya. Anna Quindlen menyajikan suatu bacaan yang menarik di sini dan saya memasukannya ke daftar penulis favorit saya.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2013 Books in English Reading Challenge

    View all my reviews


  2. 0 comments :

    Post a Comment