-
Review Novel: Restart - Nina Ardianti
Saturday, November 30, 2013
Restart by Nina Ardianti
My rating: 3 of 5 stars
Judul: Restart
Penulis: Nina Ardianti
Penerbit: Gagas Media
Halaman: 456 halaman
Terbitan: Mei 2013
Syiana patah hati ketika menemukan cowoknya selingkuh dengan orang lain. Dia tidak pernah menyangka bahwa perjalanannya ke Hongkong akan membawanya ke sebuah pertemuan. Sebuah awal yang baru bagi kisah cintanya.
Ferdian, mantan bankir yang kini terkenal sebagai gitaris di Dejavu, sebuah band yang namanya tengah naik daun. Pertemuan pertamanya dengan Syiana di Hongkong tidak meninggalkan kesan yang begitu baik, tapi mau apa kalau hati sudah bicara?
Mampukah Ferdian mendapatkan Syiana, si sassy girl yang mengaku punya sabuk hitam dalam sinisme? Mampukah Syiana menghadapi ketakutannya akan pekerjaan Ferdian sebagai musisi? Padahal yang Syiana inginkan adalah seorang laki-laki yang memiliki pekerjaan yang aman dan memberikannya masa depan yang terencana.
Review
Sekedar info, saya sedang mengadakan giveaway buku ini di blog saya sampai tanggal 15 Desember 2013. Cek di sini untuk ikutan giveaway dan untuk membaca tentang acara Meet and Greet with Nina Ardianti.
Jadi, begitulah. Saya beli buku ini pas acara Meet and Greet itu. Iseng aja sih ke acaranya. Soalnya saya belum pernah ke acara seperti itu sih. Jadi penasaran aja acaranya kayak gimana dan karena ada waktu kosong, saya pergi deh ke acara itu. Acaranya menarik dan sukses membujuk saya untuk beli buku ini.
Bukunya metro pop banget. Iya, saya tahu kok kalau metro pop itu salah satu lininya penerbit lain, tapi ngerti kan maksudnya kalau saya bilang buku ini metro pop banget? Bercerita tentang seorang profesional muda di kota metropolitan, lengkap dengan segala lika-liku kehidupannya dan, kadang-kadang, sejibun barang beremerek.
Di sini barang bermereknya gak sebergelimpangan dibanding beberapa buku sejenis yang pernah saya baca sih. Cuma ada satu yang metro pop banget yang menonjol di sini. Bahasa Inggris. Penulisnya banyak memakai Inglish (Indonesia-English) dalam dialog dan narasinya. Saking banyaknya sampai kadang saya berhenti dan mikir, "Kok gak pakai padanan bahasa Indonesianya saja sih?"
Semisal:
Aku membalas jabatan tangannya dengan firm [...] (hal. 11)
[...] berasal dari keluarga dengan manner luar biasa-mungkin itu sebabnya Yudha juga terlihat sangat humble. (hal. 16)
"Gue wondering, kenapa juga kaca ruang meeting belum pecah dengan para cewek begitu heboh mondar-mandir kayak setrikaan checking out Fedrian. [...]" (hal. 151)
dan masih banyak lagi. Sangat banyak malah.
Ok, saya bukan tipe puritan yang menganggap bahwa novel oleh penulis Indonesia haruslah ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. No, it doesn't matter to me. Hey, look. I'm doing the Inglish in this paragraph.
Cuma masalahnya, kalau pada satu titik, ketika saya membaca, tiba-tiba di kepala saya ada suara yang berkata, "Ini kok, rasanya kayak si Vicky-Vicky itu lagi menarasikan novel ini ke saya yah?"
Nah, itu. Saya sampai berhenti baca dan ngakak serta merinding sendiri karena pemikiran itu. Baru sekarang saya baca novel yang sanggup bikin saya merasa kayak gitu.
Tapi terlepas dari bahasa gado-gadonya, novel ini enak untuk dibaca. Ceritanya mengalir dengan baik dan tokoh-tokohnya likable. Syiana dan Fedrian adalah pasangan yang cocok dan manis untuk dibaca. Manisnya juga bukan manis yang bikin diabetes, jadi aman untuk dikonsumsi.
Secara keseluruhan, 3 bintang untuk novel ini.
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2013 New Authors Reading Challenge
- 2013 Indonesian Romance Reading Challenge
View all my reviewsPosted by Biondy at 1:28:00 AM | Labels: Buku , Indonesian Romance Reading Challenge , Membaca , New Authors Reading Challenge , Review , Review Buku |
lol, posh banget ya kesannya buku ini.
maksudnya posh gimana ya? mewah? kalau mewah sih, menurutku gak se'mewah' itu juga sih. dalam artian, tidak terlalu banyak barang merek mahal di sini.
Suka terheran-heran juga sebenernya kalo mendapati novel-novel Indonesia yang pake bahasa gado-gado macem gini, terutama yang setting-nya di Jakarta dan tokohnya para eksmud.. soalnya... soalnya... diriku nggak kayak gitu dan temen-temen juga nggak. Kita kalo ngomong Indo ya Indo, Inggris ya Inggris, ga pernah campur-campur. Jadi bertanya-tanya, apakah gaya menulis gini tuh berdasarkan kenyataan atau sekedar gambaran ideal dari pengarang. Etapi tapi.. Ini adalah salah satu buku yang aku udah penasaran buat baca sejak lama tapi belum seniat itu buat beli sendiri. Semoga bisa menang giveaway. ahahahaha *Ada pesan tersirat di balik komen*
hmm... kalau kulihat sekarang sih, emang banyak juga orang yang pakai bahasanya gado2 (atau setidaknya di lingkungan saya saat ini). jadi, kurasa bahasa gado2 emang realita masyarakat saat ini (halah)
semoga beruntung kalau begitu :p
salam kenal Biondy, resensi saya atas novel ini http://ridhodanbukunya.wordpress.com/2014/05/02/restart/