My rating: 3 of 5 stars
Judul: Perfect Mess
Penulis: Rina Suryakusuma
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Halaman: 240 halaman
Terbitan: Maret 2014
Terkadang berkat terindah dalam hidup datang dari kesalahan terbesar yang pernah dilakukan di masa lalu.
Sabina Dinata tahu ia melakukan kekeliruan tak terampuni ketika menggugurkan bayi dalam kandungannya. Sejak saat itu hidupnya tak pernah sama lagi. Ia berkubang dalam penyesalan masa lalu. Tak pernah bisa sepenuhnya menatap dan melangkah ke masa depan.
Karenina Sukmadi yang masih duduk di bangku sekolah menengah merasa dunianya perlahan hancur. Mimpi yang pernah dimiikinya berserakan seperti bangunan kartu yang runtuh ketika mengetahui bahwa dirinya hamil dengan seorang pria yang bahkan tak bisa dibayangkannya menjadi suami.
Kegelapan membayang.
Kesuraman terasa pekat.
Namun ketika jalan hidup kedua wanita ini bersinggungan, sesuatu terjadi.
Sesuatu yang akan mengubah hidup dan pandangan mereka selamanya. Hal yang membuat mereka percaya, segala sesuatu indah pada waktu-Nya.
Review. Warning, spoiler ahead.
Um, saya mulai dari mana ya? Mungkin mulai dari nama "Chrom" aja dulu kali yah. Jadi,
Chrom adalah lini fiksi baru yang dirilis Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2014.
Novel-novel Chrom ini berkisar pada kisah roman yang dipadukan dengan nuansa Kristiani. Chrom berusaha menjadi novel yang menghibur, ringan, dan menyegarkan.
Mulai bulan Maret ini, pembaca Indonesia akan menikmati sajian novel Christian Fiction karya-karya pengarang dalam negeri.
itu saya copas dari halaman FB Chrom GPU.
Untuk ceritanya sendiri, rasanya sudah cukup jelas dari blurb buku ini. Tentang Sabina yang pernah menggugurkan kandungannya dan menyesalinya seumur hidup dan Karenina, gadis yang masih SMA, tapi kemudian hamil di luar nikah. Lewat internet, keduanya berkenalan.
Saya suka dengan ceritanya. Sesuatu yang banyak terjadi saat ini dan merupakan suatu pergumulan yang nyata bagi yang mengalaminya. Saya suka bagaimana Rina Suryakusuma mengeksplorasi kedua tokohnya secara seimbang. Nina dengan kehamilannya, Sabina dengan masa lalu dan usahanya bersama suami untuk memiliki anak di masa kini.
Saya suka dengan penyelesaiannya (sedikit mengingatkan pada film Juno, tapi karena kondisi dan alasannya masuk akal, jadi tidak masalah). Cuma saya agak mentok dengan soal legalitasnya.
(Spiler alert!) Jadi, ceritanya si Sabina dan suaminya, Gerry akhirnya memutuskan untuk mengadopsi anak yang Karenina kandung. Rencananya Karenina nantinya akan melahirkan di Australia, agar anaknya bisa memperoleh kewarganegaran Australia (hal. 226). Ya sih, Australia memang mengadopsi prinsip jus soli (kewarganegaraan anak berdasarkan tempat lahirnya), tapi sejak Agustus 1986, kewarganegaraan Australia baru diberikan kalau salah satu orang tua si anak berkewarganegaraan sana atau merupakan penduduk tetap. Sabina dan Gerry memang sudah penduduk tetap, tapi orang tua biologisnya kan tetap Karenina dan Kenneth (atau cuma Karenina dalam hal ini? Keneth tidak diakui?). Bukannya baby Anya tetap terhitung warga Indonesia kalau begitu? Atau sebenarnya Karenina orang Australia?
Lalu soal adopsi. Setelah browsing soal adopsi di Australia, saya nemu tautan pemerintah (pemerintah Australia tentunya) yang bilang kalau pasangan menikah yang mau melakukan adopsi, harus sudah menikah selama minimal 3 tahun. Sementara dalam cerita, Sabina dan Gerry baru menikah selama 2 tahun. Hm, apakah di antara proses hamil dan setelah Karenina melahirkan, mereka merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-3 yah?
Masih soal adopsi. Ini kayaknya mereka melakukan adopsi antar negara kan yah? Well, Indonesia tidak termasuk dalam negara yang menjalin kerja sama adopsi internasional dengan Australia. Infonya dari halaman ini. Cuma kalau baca paragraf terakhir di halaman itu, kayaknya bisa. Cuma butuh usaha yang luar biasa.
Ya, akhir ceritanya memang kurang jelas sih. Apakah mereka bisa langsung mengadopsi bayi Karenina setela lahir, ataukah mereka harus menunggu dulu? Kayaknya proses adopsinya tidak semudah itu soalnya.
Tapi saya sendiri bukan orang hukum. Yang di atas itu cuma hasil browsing saja. Kalau ada yang punya pengetahuan lebih soal ini, mungkin bisa dibagikan.
Terlepas dari bagian yang jadi tanda tanya buat saya, cerita novel ini enak diikuti. Pesannya jelas dan semoga bisa menjadi berkat bagi semua yang membacanya.
Sedikit catatan typo di buku ini:
- Gambling (hal. 80) -> harusnya "gamblang".
- Mereka tak belum (hal. 84) -> "mereka belum".
- It (hal. 97) -> "itu".
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2014 New Authors Reading Challenge
View all my reviews