Rss Feed
  1. Ada Dia Di Matamu

    Tuesday, January 17, 2012

        Benar. Itu kau! Berjalan sambil menggandeng seorang wanita yang tertawa mendengarkan hal lucu apa pun yang baru saja keluar dari bibirmu. Kulihat kalian berdua begitu bahagia, berjalan tertawa-tawa sambil bergandengan tangan. Kukepalkan erat kedua tanganku, berusaha untuk menahan rasa kesal. Kupukul kuat-kuat pegangan besi pembatas itu dengan rasa marah yang berkecamuk di dalam hati. Orang-orang di sekitarku sampai kaget dan mencuri-curi lihat ke arahku, tapi aku tidak perduli.

        Kuikuti kalian berdua turun dengan eskalator. Kujaga jarakku sejauh mungkin,  sehingga keberadaanku tidak kalian sadari. Mereka berbelok ke salah satu sudut dan aku menunggu beberapa saat sebelum aku ikut berbelok di sudut itu. Kulihat kalian masuk ke salah satu toko dengan kebahagiaan terlukis di wajah wanita itu.

        Aku mendekat ke sebuah stand roti yang berada di dekat toko yang baru saja kalian masuki dan berpura-pura memilih roti sambil mencuri lihat ke dalam toko itu. Ternyata yang kalian masuki adalah sebuah toko perhiasan. Kulihat kau memasangkan sebuah cincin di jari manis wanita itu, lalu mengalungkan sebuah kalung emas yang indah di lehernya, dan wanita itu pun sumringah. Wanita berambut panjang itu lalu mengecup pipimu.

        Jalang! batinku. Menjauh darinya! Dia milikku!

        Rasa marah di dalam hatiku memuncak. Aku berjalan ke arah toko itu, hendak mendamprat si jalang yang kini bergelayut mesra di lenganmu. Lengan priaku! Semeter, sisa semeter lagi dan aku akan bisa mendamprat si jalang itu. Menarik rambutnya hingga rontok semua dan menjadikannya pelajaran agar dia tidak pernah mendekatimu lagi.

        Kemudian aku melihat ke dalam matamu, dan langkahku terhenti. Benar. Ada dia di  matamu. Selama ini pun begitu kan? Selalu ada dia di matamu. Perlahan aku mundur dari tempatku berdiri.

        Kalau saja, kalau saja aku punya hak untuk mendamprat wanita jalang itu. Tidak, bukan dia. Aku, akulah yang jalang. Selama ini kau bukanlah milikku. Tidak pernah milikku. Aku pun berjalan menjauh dari tempat itu.

        Orang bilang bahwa kita tidak boleh menyesali apa pun dalam hidup kita, tapi aku tidak bisa begitu. Ada 2 hal yang kusesali di dalam hidupku. Yang pertama, aku bukanlah orang yang dilahirkan dari tulang rusukmu. Aku tidak dilahirkan untuk menjadi pasanganmu. Yang kedua, aku menyesal bahwa aku juga dilahirkan sebagai seorang pria. Sama seperti dirimu.

  2. 2 comments :

    Post a Comment