Rss Feed
  1. Ini Bukan Judul Terakhir

    Wednesday, January 25, 2012

    Hari itu langit malam tidak berawan sehingga bulan purnama dapat menunjukkan sinar penuhnya yang indah kepada manusia malam itu. Di dalam siraman cahaya bulan itu, jalanan tampak ramai dipenuhi orang-orang yang bermalam minggu. Suasana terasa hingar-bingar dengan kendaraan yang lalu lalang di jalanan.

    Ramainya jalanan bertolak belakang dengan suasana restoran “Bintang Lima” tempatku sedang duduk malam itu. Restoran yang mengusung konsep romantis ini smemang merupakan pilihan utama pasangan-pasangan yang hendak menghabiskan malam minggunya berduaan dalam suasana yang romantis. Suasanaya tenang dengan cahaya penerangan yang agak remang-remang. Sebuah band memainkan lagu romantis berirama Spanyol yang tidak kuketahui namanya. Malam itu aku sedang duduk bersama seorang wanita.

    Wanita yang duduk di hadapanku tampak menawan dengan rambut panjang yang dibiarkannya terurai dan make up tipis yang dikenakannya. Gaun merah yang dikenakannya tampak sangat cocok dengan badannya. Memperlihatkan lekuk-lekuk indah tubuhnya. Wanita itu bernama April, dan dia adalah kekasihku.

    “Thanks yah sayang. Sudah ngajakin aku kencan ke sini.” kata April.

    Aku mengangguk. “Kamu suka dengan tempat ini?”

    “Suka sekali. Tempatnya betul-betul romantis. Aku selalu ingin menghabiskan satu malam di tempat yang romantis seperti ini dengan orang yang spesial bagiku.”

    “Dan apakah orang yang spesial itu aku?” godaku.

    April tersenyum malu-malu, lalu dia mengangguk. “Ya. Orang yang spesial itu adalah aku.”

    Aku meraih tangan kanannya, lalu menciumnya. “Kamu cantik sekali malam ini, April.”

    Dia kembali tersipu malu. “Thanks. Kamu juga cakep malam ini.”

    Alunan irama Spanyol telah selesai bersenandung dari live band restoran itu dan telah berganti ke salah satu lagu Indonesia lama yang bertemakan cinta.

    “Kamu sering ke sini sebelumnya?” tanya April.

    “Tidak juga. Aku memang pernah ke sini beberapa kali sebelunya.”

    “Dengan pacarmu?” tanyanya. Dia terdengar ragu-ragu mengucapkan kata yang terakhir.

    “Dengan mantan pacarku. Sudahlah. Itu tidak penting. Yang penting adalah kamu dan aku saat ini.”

    Aku mengisi gelas April dan gelasku yang telah kosong dengan wine merah, lalu mengangkat gelasku ke udara.

    “Untuk kita berdua.”

    April mengangkat gelasnya, lalu menyentuhkan pelan gelasnya pada gelasku.

    “Untuk kita berdua.”

    Kami lalu meminum isi gelas itu sampai habis. Setelah meletakkan gelas, aku menggenggam kedua tangan April, lalu melihat ke dalam matanya.

    “Aku cinta padamu April.”

    Wajahya memerah. “Aku juga cinta padamu, Mas.”

    Lantunan lagu Indonesia yang dimainkan live band telah usai.

    “Ini bukan judul terakhir yang akan kami bawakan malam ini.” kata si vokalis. “Masih ada banyak tembang romantis yang akan kami bawakan. Jadi nikmati malam Anda. Rayakanlah cinta Anda pada malam hari ini bersama kami.” Sesudah itu band tersebut mulai membawakan lagu “I Will Always Love You” yang dipopulerkan oleh Whitney Houston.

    Aku tersenyum dan berusaha untuk tidak menarik nafas panjang. Aku berharap band itu dapat segera menyelesaikan lagu mereka dan aku dapat pulang membawa April ke tempatku. Aku ingin memastikan bahwa malam ini adalah malam terindah bagi April. Malam ketika dia lepas dari seluruh masalah dan kesusahan di dunia ini. Selamanya.

  2. 0 comments :

    Post a Comment