Siang itu terasa terik. Matahari menyengat dengan hebatnya dan hawa terasa panas. Orang-orang akan lebih memilih untuk berteduh di rumah sambil mengipasi diri mereka daripada bersibuk-sibuk di luar rumah. Tetapi keadaan di pelataran Royal Palace justru terlihat hiruk pikuk dengan segala kesibukannya. Tampak Perdana Mentri Savi sibuk mondar-mandir mengatur barisan prajurit yang mengenakan pakaian tempur lengkap yang terlihat berat dan sangat panas, khuusnya ketika dipakai di hari seterik ini. Seorang pria tampan dalam jubah kebesaran anggota kerajaan berjalan mendekati Perdana Mentri Savi.
“Bagaimana persiapannya, Perdana Mentri?” tanya pria itu.
“Ah, Pangeran Harvard. Persiapannya sudah hampir selesai. Seluruh pasukan telah terkoordinasi. Persiapan kita telah selesai.”
Sang Pangeran mengangguk. “Bagus. Dengan begini kita dapat segera menuju Istana Foscor dan membebaskan Putri Gerilda.”
“Pangeran, maafkan hamba kalau hamba terdengar lancang. Tapi apakah menurut Pangeran serangan langsung seperti ini adalah jalan terbaik? Penyihir hitam Foscor pasti akan menyadari serangan ini dan dengan cepat mematahkannya.”
Pangeran terdiam sejenak, lalu berkata. “Kita harus mencoba, Perdana Mentri. Semakin lama kita menunggu, semakin besar pula penderitaan yang Putri Gerilda tanggung. Istana Foscor bukanlah tempat yang tepat bagi Putri Gerilda si Pemegang Cahaya. Kegelapan istana itu pasti akan mencoba merasuki diri Putri sedikit demi sedikit dan kalau kegelapan berhasil menguasai diri Putri sepenuhnya,” Pangeran Harvard bergidik membayangkannya. “Itu berarti akhir dari umat manusia.”
“Dan aku akan memastikan bahwa inilah akhir dari manusia!”
Sebuah suara mengejutkan semua orang di pelataran Royal Palace. Sebuah kabut hitam bergulung-gulung membentuk siluet manusia dan dari dalamnya, muncullah Penyihir Foscor.
“Foscor!” seru Pangeran Harvard. “Mau apa kau kemari? Cepat bebaskan Putri Gerilda!”
“Lihat siapa yang berbicara. Salam hormat bagimu, Pangeran Harvard.” Penyihir Foscor lalu berpura-pura memberikan hormat dengan gestur dan mimik yang mengejek. “Sayangnya, kali ini aku tidak bisa memenuhi permintaan Pangeran. Aku juga memiliki keperluan dengan sang Putri.” katanya tersenyum licik.
Seluruh pasukan membentuk formasi pertahanan yang rapat, melindungi sang Pangeran dan Perdana Mentri. Mereka mengacungkan tombak mereka, siap menyerang kapan saja.
“Kau tidak akan bisa merasuki sang Putri! Cahaya dalam dirinya akan mengusir kegelapanmu keluar!”
Sang penyihir tertawa. Tawanya membahana ke seluruh penjuru istana.
“Begitukah pikirmu, Pangeran? Kau terlalu yakin. Aku memiliki caraku sendiri. Tinggal sedikit lagi dan persiapanku akan lengkap. Apakah kau sanggup menghentikanku pangeran?” kembali tawa sang penyihir membahana di seluruh penjuru istana.
Kabut hitam menyelimuti tubuh si penyihir dan si penyihir pun menghilang dari tempat itu. Pangeran Harvard mengepalkan tangannya erat-erat.
Tunggulah, Putri Gerilda. Aku pasti akan datang dan menyelamatkanmu!
Aku menyimpan file tulisanku, lalu menarik nafas panjang. Sedikit lagi, tulisanku akan selesai. Aku akan mempersembahkan tulisan ini untukmu kalau kita bertemu nanti. Tahukah kamu bahwa aku rindu setengah mati dan seluruh tulisanku ini adalah bentuk rinduku padamu? Tahukah kau, sayangku, bahwa merindukanmu itu seru?
-
Merindukanmu Itu Seru
Monday, January 23, 2012
Posted by Biondy at 2:57:00 PM | Labels: #15HariNgeblogFF |
Wah lanjutin dong dongengnya hehehhe
iya, dongengnya dibikin beneran dong :D
@Melissa dan minky_monster: tunggu tanggal mainnya yah :))