17 Januari 2012
Lala memeluk erat tubuh lelaki yang tidur di sampingnya. Kedua lengannya melingkari pinggang lelaki itu dengan erat. Mentari pagi mulai menyusup masuk lewat celah-celah gorden, menusuk-nusuk mata Lala dengan sinarnya. Perlahan kedua matanya mulai membuka karena merasakan silaunya mentari.
Dalam pandangan yang masih kabur, Lala tersenyum ketika melihat lelaki yang tidur di sampingnya. Dia mengecup pelan bibir lelaki itu dan perlahan lelaki itu membuka matanya.
“Selamat pagi.” kata Lala sambl tersenyum.
“Pagi sayang.” kata lelaki itu sambil mengecup kening Lala.
Lala merapatkan pelukannya pada lelaki itu.
“Hm.. Pagi-pagi sudah manja.” kata lelaki itu sambil membelai rambut Lala.
“Memangnya Mas Yanto gak suka kalau aku manja?”
Lelaki bernama Yanto itu tersenyum. “Suka dong.” katanya lalu kembali mengecup kening Lala.
Yanto kemudian melepaskan pelukannya, lalu berjalan ke arah jendela dan membuka gorden yang sedari tadi menutup jendela kamar. Dia meregangkan tubuh-tubuhnya yang terasa kaku sehabis tidur.
“Mas siap-siap ke kantor deh. Sudah setengah tujuh tuh.”
Yanto mengangguk lalu berjalan menuju pintu kamar. Sebelum mencapai pintu, dia berhenti lalu mengecup lembut bibir Lala.
“Aku akan rindu padamu sepanjang hari ini.” kata Yanto.
Lala tersenyum. “Gombal. Sana siap-siap.” katanya sambil tersenyum.
18 Januari 2012
Lala terbangun karena mendengar suara pintu dibuka. Malas-malasan dia turun dari ranjang dan berjalan ke arah sumber keributan.
“Selamat pagi! Kau sudah bangun rupanya.”
“Duh... Mas Harry ini pagi-pagi udah bikin ribut deh.”
Harry tersenyum. “Sorry, sorry. Aku semangat banget hari ini. Soalnya mau ada presentasi dengan seorang klien besar dan aku yakin bisa memenangkan tender dari klien itu. Kalau aku menang nanti, aku bakal traktir kamu di restoran Itali favoritmu.”
Lala hanya dapat geleng-geleng melihat ulah Harry yang sibuk sendiri. “Iya, janji yah. Tapi sebelum pergi, itu dasinya miring.” Lala kemudian memperbaiki letak dasi Harry yang tidak sempurna.
“Thanks yah, Say. Aku pergi dulu” Harry lantas mengecup pipi Lala, kemudian pergi bekerja dengan langkah bersemangat. Lala hanya dapat tersenyum melihat ulahnya.
19 Januari 2012
“Ayo bangun! Dasar perempuan malas!”
Lala terkejut ketika tubuhnya ditarik bangun dari ranjang dengan kasar. Matanya masih setengah terpejam dan pikirannya belum terfokus benar.
“Mas, apa-apan ini?”
Sebuah tamparan mengenai pipinya sebagai jawaban.
“Pemalas! Suaminya sudah bangun, bukannya bangun dan menyiapkan sarapan lalu melepas suami pergi, malah enak-enakan tidur. Dasar pemalas!” kembali sebuah tamparan melayang di pipi Lala. Keseimbangan gadis itu goyah dan dia jatuh terduduk di lantai. Pipinya memerah dan terasa pedas.
“Mas Didi, kamu ini apa-apaan!?”
“Diam! Pokoknya aku mau rumah ini sudah bersih dan makanan telah siap ketika aku pulang kerja nanti. Paham!?” Didi kemudian pergi dengan membanting pintu keras-keras.
“Aku benci kamu hari ini, Mas!”
Lala menangis sambil memegangi pipinya yang terasa sakit. Inilah resikonya menikahi seorang pria berkepribadian ganda. Satu hari dia dapat menjadi Yanto yang lembut. Di hari lain dia adalah Harry yang bersemangat. Di waktu berikutnya dia menjadi Didi yang keras dan otoriter. Masih banyak lagi wajah pria yang dinikahinya 3 tahun yang lalu itu. Lala hanya berharap hari ini segera berakhir dan besok dia dapat terbangun dengan salah satu kepribadian suaminya yang dia sukai.
-
Aku Benci Kamu Hari Ini
Thursday, January 19, 2012
Posted by Biondy at 8:37:00 PM | Labels: #15HariNgeblogFF |
0 comments :
Post a Comment