Anwar membolak-balikkan amplop di tangannya. Dia bingung bagaimana amplop itu bisa berada di dalam tasnya. Sebuah amplop putih yang di atasnya tertulis “Untuk Anwar.”. Tidak ada apa-apa lagi yang tertulis di amplop itu, nama pengirimnya saja tidak ada. Anwar membuka amplop itu dan membuka lipatan kertas yang ada di dalamnya.
Untuk Anwar,
Sudah lama aku melihatmu dari jauh, Semakin lama rasa di dalam dadaku ini tidak dapat terbendung lagi. Setiap kali aku melihatmu, dadaku selalu terasa berdebar-debar. Aku tidak dapat menahannya lagi. Aku ingin bilang bahwa selama ini sebenarnya aku suka padamu. Kuharap kau tidak marah karena aku diam-diam memasukkan surat ini ke dalam tasmu.
Anwar hanya bisa bengong membaca surat itu.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Ada yang masukin surat cinta ke dalam tasmu?” kata Sandi, teman kuliah Anwar.
Anwar mengangguk. “Iya. Aku kaget tiba-tiba saja surat itu sudah ada dalam tasku.”
“Kau banyak fans juga ternyata.”
“Aku heran, siapa sih yang masukin surat itu? Bikin penasaran aja.”
“Si Belladonna kali yang ngirim surat itu.” kata Sandi sambil tertawa. Belladonna adalah nama hantu penunggu kampus.
“Hus! Ngaco!”
“Mana suratnya? Coba kulihat.” kata Chika yang dari tadi diam saja.
Chika mengambil surat itu dari dalam amplop lalu mulai membacanya.
“Tunggu.” Chika lalu mulai mencium bau surat itu. “Kayaknya aku kenal baunya. Oh iya, ini kan bau parfum jasmine yang sering dipakai sama si Rina.”
“Rina? Teman kamu itu? Yang beken itu?” kata Anwar tidak percaya.
“Iya. Rina yang itu.”
Pucuk dicinta ulam pun tiba! Anwar sebenarnya sudah lama suka pada Rina. Hanya saja Rina begitu populer di kampus, dia jadi takut untuk mendekatinya. Apalagi yang mendekatinya banyak dan dari golongan “kelas berat”. Dari si Reyhan yang ketua senat, sampai si Imran yang anak pejabat. Anwar yang cuma anak penjual bakso itu merasa bukan tandingan mereka.
“Kamu yakin ini punya Rina?” tanya Anwar lagi.
“Yakin! Wong dia sering pakai parfum ini ke kampus kok.”
“Wah... Selamat ya War,” kata Sandi sambil menepuk punggung Anwar. “Kamu mesti traktir kita-kita kalau udah jadian sama si Rina.”
Anwar tersipu malu. Rina, Rina, mestinya kamu bilang langsung sama aku. Aku juga suka sama kamu kok.
Besoknya Anwar menunggui Rina selesai kuliah. Waktu telah menunjukkan pukul 19.30 ketika akhirnya kelas Rina bubar.
“Rin, boleh bicara sebentar?”
“Eh, Anwar.. Mau bicara apa?”
Suasana terasa sepi. Teman-teman Rina sudah buru-buru pulang, meninggalkan mereka berdua di depan kelas.
“Aku sudah baca suratmu Rin. Aku juga su...”
“Surat? Surat apa?”
“Eng, surat itu...”
“Surat itu apa? Kamu bicara apa sih War?”
“Surat ini.”
Rina mengambil surat yang Anwar berikan, lalu membacanya. Keningnya berkerut. “Ini bukan aku yang tulis kok. Lagian kan gak ada nama pengirimnya. Kok kamu bisa pikir ini aku yang kirim sih? Sepucuk surat ini bukan dariku.”
Anwar merasakan wajahnya memerah. “Kalau bukan kamu, siapa dong?”
“Aku yang menulisnya.”
“Oh jadi ka... Waaaa!!!”
“Kyaaa!!!”
Anwar dan Rina lari terpontang-panting ketika melihat sumber suara itu.
“Be... Belladonna!!!”
“Anwar! Tunggu!”
Keduanya lari tanpa mempedulikan panggilan hantu penunggu kampus yang mukanya hancur sebelah itu. Di belakang mereka terdengar tangisan pilu Belladonna yang terus-terusan memanggil nama Anwar.
-
Sepucuk Surat (Bukan) Dariku
Wednesday, January 18, 2012
Posted by Biondy at 8:38:00 PM | Labels: #15HariNgeblogFF |
huaaaaa....serreeeem.....T_T
hahhaa.. bergidik deh kalau terima surat cinta dari setan penunggu kampus =_="
Waduh... sekarang malem jumat nih. Untung bacanya engga malem2 =_=