“Halo,
siapa namamu?”
Suara
itu mengejutkanku. Aku menoleh ke sumber suara itu dan kulihat seorang anak
laki-laki seumuranku tengah menatapku lekat-lekat dari pagar rumahnya. Aku tersenyum
padanya dan membalas. “Namaku Nita Suprapto. Siapa namamu?”
“Aku
Andi Kusmana. Kamu penghuni baru rumah ini?”
Aku
mengangguk. Anak itu keluar dari pekarangan rumahnya dan berlari ke arahku.
“Dan
dia? Siapa namanya?” tanyanya menunjuk boneka beruang dalam dekapanku.
“Neni.
Namanya Neni.”
“Halo
Nita dan Neni. Senang berkenalan dengan kalian. Kalian mau pergi bermain di
lapangan dekat sini?”
Aku
mengangguk dan segera berlari mengikutinya.
18 Juli 2003
“Halo,
siapa namamu?”
Suara
berat itu membuyarkan lamunanku. Aku mendongak dan melihat sebuah wajah yang
rasanya begitu aku kenal. “Andi? Kamu Andi kan?”
Pria
itu tersenyum dan duduk di kursi di depanku.
“Syukurlah.
Kamu ternyata masih ingat padaku, Nit.”
Aku
tersipu. Bagaimana mungkin aku bisa lupa padanya?
“Sudah
berapa lama kita tidak bertemu? Sepuluh tahun?” tanya Andi.
“Tahun
ini 12 tahun.”
“Dua
belas tahun!? Begitu cepat waktu berlalu. Bagaimana kabarmu dan Neni?”
Ah,
dia masih ingat pada Neni rupanya. “Aku baik. Neni sudah lama terbawa arus
sungai di pedalaman Kalimantan.”
Andi
mengangguk. “Aku tidak pernah lupa padamu selama 12 tahun ini. Padahal aku
mengenalmu hanya selama 7 bulan sebelum kamu pindah ikut Ayahmu ke Kalimantan.”
Aku
rasakan darah mengalir ke wajahku. Tujuh
bulan yang penuh kebahagiaan
19 Oktober 2008
Kurasakan
ranjang yang empuk beradu dengan punggungku. Aku tertawa bahagia. Hari ini
adalah hari yang paling bahagia dalam hidupku. Aku tersenyum pada pria yang
baru saja melemparkan diriku ke atas ranjang.
“Halo,
siapa namamu?” tanyanya.
“Namaku
Nita. Nita Kusmana.”
Andi
memberikan sebuah ciuman panjang yang hangat di bibirku dan mulai membelai
rambutku. Malam ini adalah malam terindah
dalam hidupku.
11 April 2011
“Dorong!
Dorong terus, Bu!”
“Fuh!
Fuh! Ini sudah kudorong Dok. Nghhhh...”
“Tarik
nafas lalu dorong lagi Bu. Sedikit lagi. Ya, ya.”
Oeeekkk!!!
Ah,
bunyi itu. Bunyi tangisan yang begitu indah. Musik terindah yang pernah
kudengar.
“Selamat,
Bu. Bayinya laki-laki.”
“Kemarikan
bayinya, Dok. Aku ingin menggendongnya.”
Kuterima
bayi mungil itu dalam dekapanku. Betapa kecilnya. Betapa manis dan
mempesonanya.
“Terima
kasih Nit. Kamu sudah berjuang keras.”
Sebuah
kecupan mendarat di keningku. Kupandangi Andi dan kulihat sinar kebahagiaan
dalam matanya.
“Halo
anak manis, siapa namamu?”
“Halo
Ayah. Namaku Vincent Kusmana.”
Dia
tersenyum padaku dan kembali mengecup keningku, lalu kening anak kami.
13 April 2070
“Halo,
siapa namamu?”
Aku
tersenyum pada lelaki yang duduk di atas kursi roda itu.
“Namaku
Nita Kusmana. Siapa namamu?”
“Hai
Nita. Aku Andi Kusmana. Kamu penghuni baru rumah ini?”
Perlahan
kurasakan air mata mengalir di pipiku. Kudekap kepala pria itu. Pria tampan
yang telah mengarungi waktu bersamaku. Mengisi tawa dan tangisku.
“Bukan.
Aku bukan penghuni baru di rumah ini.”
Dia
tersenyum padaku dan satu per satu kenangan mulai berhamburan di dalam
ingatanku.
Wow... kenangan seumur hidup bisa dirangkum dalam 1 flashfic. Bagus :D
terima kasih :)