Rss Feed
  1. Moshi-moshiMoshi-moshi by Jossie Karaniya
    My rating: 2 of 5 stars

    Judul: Moshi-Moshi
    Penulis: Josie Karaniya
    Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
    Halaman: 210 halaman
    Terbitan: Februari 2008

    Bagi Meliana, Alexander Julio itu segalanya. Cowok idolanya banget deh! Bahkan Mel suka ngebayangin seandainya dia bisa kencan bareng cowok itu. Mel cewek normal nggak sih? Ah, ngelamunin bintang idola kan biasa, ya? Nah, yang nggak biasa adalah kalau lamunan itu akhirnya jadi kenyataan. Atas perjuangan kakaknya, Mel berhasil mendapatkan voucher makan malam romantis bareng Alexander Julio. Asyik banget, kan? Tapi ada masalah kecil yang mengganjal. Acara makan malamnya bertepatan dengan satu tahun jadian Mel dan pacarnya, Thomas! Jelas Mel jadi pusing berat.

    Review

    Satu setengah bintang sebenarnya. Antara "gak suka" dan "sebenarnya gak sejelek itu juga sih".

    Ok, jujur saja. Saya baca novel ini tanpa ekspektasi yang terlalu tinggi. Bacanya iseng-iseng aja sih, demi menghilangkan the so-called book hangover yang saya alami setelah membaca Jody dan Anak Rusa. Yah, saya bicara jujur soalnya kejujuran adalah salah satu topik novel ini.

    Hmm... Sejujurnya saya gak gitu suka sama Mel, tokoh utama novel ini. Dia agak seenaknya sendiri menurutku. Seperti waktu dia sembunyi-sembunyi ketemu Alex padahal hari itu adalah hari jadiannya dengan Thomas. Sudah gitu dia malah berusaha playing victim dengan memaparkan ke pembaca kalau si Thomas itu membosankan dan bla bla bla. Girl, get your priorities right.

    Untungnya sih si Mel ini cukup sadar diri akan kelakuannya. Dia sadar kalau dia suka seenaknya sendiri. Jadi, yah. Okelah untuk itu.

    Hal kedua yang saya gak suka adalah insta-love antara Alex dan Mel. Serius, saya masih gak tahu kenapa Alex bisa suka sama Mel. Apanya yang bagus sih?

    Pas baca blurb buku ini, saya langsung teringat sama novel Dylan, I Love You! karya Stephanie Zen. Garis besarnya sama. Soal seorang cewek bukan siapa-siapa yang dapat kesempatan untuk kencan bareng idolanya karena berhasil menang sebuah kuis dan akhirnya bisa menjalin hubungan dengan idolanya itu. Fakta menarik lainnya adalah, buku ini dan novel Stephanie Zen hanya terpisah 2 bulan waktu terbitnya.

    Lalu kenapa saya mengungkit soal novel Stephanie Zen? Karena ada satu "teknik" yang Stephanie Zen pakai yang saya rasa ada baiknya kalau digunakan di novel ini. Nama teknik itu "multiple POV".

    Yup, di "Dylan, I Love You!", penulisnya memakai POV ganda dari sisi tokoh utama cewek dan cowoknya. Hal ini memungkinkan pembaca untuk menyelami kedua karakternya dan membuat kenapa si cowok yang artis bisa jatuh cinta pada si cewek yang gak seberapa cakep (menurut si tokoh cewek itu sendiri) di novel itu. Saya rasa kalau Jossie Karaniya menerapkan teknik yang sama, setidaknya "insta-love" di "Moshi-Moshi" ini bisa hilang.

    Terlepas dari dua poin di atas, sebenarnya novel ini cukup menghibur. Ada beberapa bagian yang sukses bikin saya ketawa. Yah, untuk bacaan ringan, bolehlah.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    - 2013 New Authors Reading Challenge
    - 2013 Indonesian Romance Reading Challenge


    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment