My rating: 1 of 5 stars
Judul: Battle Royale: The Last Stand
Penulis: Stella Furuya
Penerbit: Zettu
Halaman: 228 halaman
Terbit: 2013
Dunia memang penuh keserakahan. Keserakahan muncul karena manusia. Keserakahan membuat dunia menjadi tidak seimbang. Untuk itulah, permainan ini diadakan. Battle Royale adalah sebuah permainan bertahan hidup. Membunuh atau dibunuh, hanya itulah pilihannya.
Kau tidak bisa lari lagi jika telah masuk ke dalam permainan ini. Hanya ada satu orang yang sanggup bertahan hingga akhir dan menjadi pemenangnya.
Benarkah sepertiga kekuasaannya akan jatuh kepada Sang Pemenang? Ataukah...
Review
Hmm... Satu bintang di sini bukan dalam artian didn't like it, tapi lebih karena saya merasa penulis novel ini harus belajar lagi teknik-teknik dasar menulis.
Saya sempat update status di sini pas mulai membaca. Saya tulis, "kalimat pertamanya sudah meletakkan patokan tersendiri bagi buku ini."
Kenapa saya tulis begitu? Karena kalimat pertamanya seperti ini:
Seorang pria muda bernama Ogawa Ryuto yang berusia sembilan belas tahun dengan rambut hitam pendeknya sedang duduk sambil memandang nanar tubuh seorang anak laki-laki berusia sepuluh tahun yang terbaring lemah dan tidak sadarkan diri di atas tempat tidurnya.
Coba baca kalimat itu dalam satu napas. Satu kalimat sepanjang itu tanpa tanda koma. Napasnya susah, Bu. IMHO, menurut saya kalimat itu saja sudah membunyikan alarm di kepala saya.
Masalah-masalah teknis lain di buku ini meliputi: ketidak jelasan latar cerita, karakterisasi yang lemah, cerita tidak memiliki fokus, dan terlalu banyak nama.
Kita mulai dari karakter. Dari awal cerita kita sudah berkenalan dengan Ogawa Ryuto. Hal ini membuat saya langsung menganggap bahwa si Ryuto ini adalah tokoh utama, atau minimal tokoh sentral dalam cerita. Secara dia dikenalin paling dulu gitu loh. Kenyataannya? Dia tokoh paling gajebo di buku ini.
Bagaimana tidak? Awalnya saya pikir dia akan jadi salah satu tokoh yang terjun ke dalam Battle Royale, ternyata enggak. Tahu dia ngapain? Ngegantiin Joker, salah seorang kaki tangan Yamamoto Ryosuke si penyelenggara lomba, sebagai pengawas permainan. Dia disuruh menyamar jadi Joker karena si Joker ini ingin masuk ke casttle Battle Royale.
Iya, Battle Royale itu nama casttle, dan saya gak salah tulis. Castle di sini memang menggunakan 't' ganda. Pantesan di kover depan tulisannya 'Japanesse Story'. Sengaja digandakan toh hurufnya.
Lanjut. Saya merasa ada terlalu banyak nama di novel ini. Sudah ada Ryuto, Joker, dan Yamamoto Ryosuke. Tambah lagi Lie, Thunder, Judas, Mizu, Taisuke, Satoshi, Kai, Akari, Aki, Ruka, Shun, Kyun, Noe, Ken, Hiroshi, dan... Uchida Yuki.
Uchida Yuki, apa yang kamu lakukan di sini?
Bukan Uchida Yuki yang itu kali. Uchida Yuki di Battle Royale ini kan cowok.
Sudah namanya banyak, sebagian besar dari nama itu hanya muncul di satu atau dua halaman terus mati. Lah, untuk apa diperkenalkan ke pembaca kalau kayak gitu? :|
Nama banyak sih mungkin gak masalah, asalkan karakterisasi kuat. Masalahnya di sini karakternya tidak terlalu digambarkan fisik maupun sifatnya. Ada beberapa yang menonjol buat saya, semisal Mizu yang dideskripsikan memiliki tatoo kanji air di lehernya, atau Akari yang berpenampilan lolita dan haus darah. Itu pun saya masih suka bingung antara Akari dengan Ruka. Sama-sama cewek haus darah sih. Yang lainnya? Saya malah gak ingat ada deskripsi fisiknya atau tidak.
Saya curiga sih karena dulunya buku ini self-publish dan menggunakan artis sebagai visualisasinya makanya minim deskripsi. Sudah ada visunya gitu. *dan visunya cowok semua. Saya membayangkan kalau seluruh tokoh di cerita ini cowok... Itu, memberi perspektif yang baru akan novel ini bagi saya.
Masalah kedua, setelah karakter, adalah latar cerita. Yang paling vital buat saya: pertanyaan kenapa Battle Royale dilaksanakan. Saya aja sampai sekarang masih gak ngeh loh untuk apa permainan ini dijalankan. Serius.
Kalau kayak di Hunger Games kan jelas alasannya kenapa sampai permainannya dilaksanakan (terlepas dari apakah alasan itu masuk akal bagi semua orang atau tidak). Di sini? Saya bingung. Cuma buat bagi-bagi harta kayaknya :s
Kalau saya melewatkan alasannya di buku ini, tolong beri tahu saya.
Masalah ketiga, fokus cerita. Cerita ini mau fokus ke mana? Permainannya? Gore-nya? Kisah balas dendam Mizu? Joker dan ketiga temannya yang mencari seorang penyusup? Shounen ai antara Aki dan Taisuke? Fokusnya tidak jelas.
Mau dibilang fokus ke permainan, permainannya tidak selesai. Cuma sampai babak penyisihan 3 hari pertama, terus sisanya kabur. Mau dibilang gore juga, cuma gore di awal. Ke belakangnya gak ada lagi. Kadar shounen ai di sini juga cuma beberapa paragraf, yang bahkan tidak bisa saya hitung sebagai kisah MxM. Pokoknya bingung banget deh.
Sebenarnya di bagian depan novel ini masih cukup "menghibur" loh. Dengan gorenya. Dengan adegan pertarungannya. Dengan adegan-adegan yang bikin saya senyum-senyum sendiri (dalam artian baik, pun yang kurang baik). Sayangnya hal-hal ini tidak bisa dipertahankan hingga akhir. Di tengah jalan penceritaannya terasa datar dan membosankan.
Btw, coba tebak siapa yang akhirnya memenangkan hadiah yang ditawarkan? Ogawa Ryuto. Padahal dia gak ikut permainan loh. Dibilang sih uang hadiahnya diberikan ke dia karena dalam surat wasiat Yamamoto Ryosuke mencantumkan namanya dan 2 orang lainnya sebagai penerima warisan. Hanya saja kedua orang lainnya tidak bisa menerima hadiah karena yang satu meninggal dan yang satunya lagi gila. Kenapa dia tiba-tiba ada di surat wasiat? Sudahlah, jangan dibahas lagi. Sudah saya bilang kan tadi kalau dia ini gajebo.
Secara keseluruhan, buku ini memang masih kurang bagus sih. Kalau penulisnya memang mau serius di dunia menulis profesional, saya bilang sih lebih baik tekniknya diperbaiki lagi.
"Ih, siapa lo? Emang lo bisa nulis kayak dia? Nerbitin buku kayak dia?" tanya sebuah suara tiba-tiba.
Tidak. Saya akui, saya memang tidak bisa menulis seperti dia.
Buku ini untuk tantangan baca:
- 2013 New Authors Reading Challenge
View all my reviews
0 comments :
Post a Comment