My rating: 3 of 5 stars
Judul: Pintu Harmonika
Penulis: Clara Ng & Icha Rahmanti
Penerbit: Plot Point
Halaman: 307 halaman
Terbit: Maret 2013
"Pintu Harmonika" adalah sebuah novel yang terdiri dari 3 novelet. Ada kisah tentang Rizal, seorang seleb dunia maya. Ada Juni, seorang anak gadis dengan tampang judes. Juga ada David, seorang anak kecil yang cerdas.
Bertiga mereka memiliki Surga, sebuah tanah kosong tempat mereka biasa berkumpul. Saat Surga berada dalam bahaya, mampukah mereka menyelamatkan tempat itu?
Review
Akhirnya baca buku ini. Sudah cukup lama tertarik karena banyak yang bilang novelnya bagus. Salah seorang kenalan saya di FB juga bilang buku ini bagus dan "mendorong" saya untuk membacanya.
Awalnya saya pikir ini satu novel penuh, ternyata merupakan gabungan dari 3 novelet yang masih bersambung satu sama lain. Pembagian ceritanya:
Otot - Kisah Rizal
Jujur, ini cerita yang paling tidak saya sukai di antara tiga cerita yang ada. Cara berceritanya kadang bikin saya malas baca dan di kepala saya terus-terusan berdendang irama 1 bintang. Iya, 1 bintang itu ada iramanya. Untung cara bercerita dua kisah lainnya tidak seperti ini.
Di sisi positif, tema yang diangkat menarik. Tentang seorang seleb dunia maya yang ngakunya #anti #pencitraan, padahal dia sendiri #pencitraan. Parahnya #pencitraan dia sampai terbawa ke dunia nyata.
Bully
- Kisah Juni
Saya kaget pas baca ceritanya Juni. Soalnya di bagian cerita Rizal, saya tidak begitu sadar tanda-tanda (kalau memang ada) bahwa Juni ini seorang bully di sekolahnya.
Gaya bercerita di bagian ini masih mirip dengan bagian pertama, cuma sudah tidak pakai #hashtag dan *tsaah atau semacamnya dan itu sangat menolong mood membaca saya.
Saya suka dengan plot cerita di sini, walau IMHO, akhir ceritanya terasa disederhanakan, atau minimal dipercepat.
Malaikat - Kisah David
Cerita yang merangkum kedua cerita sebelumnya. Bagian depan cerita ini agak seram sebenarnya, tapi kemudian dibuat jelas apa yang terjadi sebenarnya.
David sendiri berkali-kali di-mention di kisah Rizal dan Juni, tapi kayaknya tidak pernah melakukan kontak langsung dengan mereka. Well, alasannya diberitahukan di sini.
Saya suka dengan gaya penceritaan di sini. Berbeda dengan 2 cerita sebelumnya yang memakai gaya remaja (atau teenlit), si David malah menyebut dirinya dengan 'saya'. Hal ini memberi kesan dewasa, tapi gaya narasinya tetap masih terasa kekanakan. Hal ini membuat kesan lucu. Seperti seorang anak kecil yang berusaha jadi orang dewasa (in a good/cute way).
Tiga bintang untuk novel ini. Filmnya udah gak ada di bioskop yah? Padahal penasaran pengin lihat cerita di filmnya kayak bagaimana :D
View all my reviews
0 comments :
Post a Comment