Rss Feed
  1. Vandaria Saga: Takdir Elir  (Trilogi Elir, #1)Vandaria Saga: Takdir Elir by Hans J. Gumulia
    My rating: 3 of 5 stars

    Judul: Takdir Elir (Trilogi Elir, #1)
    Pengarang: Hans J. Gumulia
    Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
    Halaman: 238 halaman
    Terbitan: 2012

    Takdir membawa lima orang untuk bertemu. Rozmerga, Liarra, Sigmar, Althor, dan Xaliber. Lima orang dengan latar belakang berbeda, tapi memiliki satu takdir yang sama. Membawa kedamaian di Benua Elir. Satu per satu misteri di benua itu terungkap dan menggiring mereka semakin dalam ke jalan takdir mereka. Sanggupkah kelima pahlawan ini menjalani takdir mereka?

    Review
    Buku Vandaria kedua yang saya baca. Setelah sebelumnya sempat mencicipi Sang Penantang Takdir, kali ini saya merasakan buku pertama dari Trilogi Elir, Takdir Elir.

    Sesuai judulnya, isi cerita kali ini memang bertumpu pada takdir. Takdir menunjuk Rozmerga sebagai pembawa pesan ke tanah Elir. Takdir memilih Liarra sebagai sang pembawa busur. Takdir mempertemukan Sigmar dengan Liarra dan akhirnya membuatnya menjadi si pemegang belati. Takdir yang sama juga akhirnya menyatukan kelima karakter di atas untuk membasmi roh jahat yang bermukim di Elir.

    Berhubung saya baru baca dua buku Vandaria, mau gak mau, sadar gak sadar, saya jadi membanding-bandingkan kedua buku tersebut. Kita mulai dari kover. Secara kover, saya lebih suka dengan kover Takdir Elir. Saya suka dengan penggunaan warnanya juga pose karakternya. Ada banyak hal menarik yang bisa dilihat dari kovernya.

    Dari segi bahasa, bahasa di Takdir Elir lebih enak diikuti ketimbang di SPT. Cuma berhubung pengarangnya SPT bilang bahwa dirinya memang bereksperimen dengan gaya bahasanya di buku itu, jadi saya gak bisa bilang kalau Takdir Elir "menang". Soalnya, buat saya, memang gak bisa dibandingkan. Kecuali kalau gaya bahasa Hans J. Gumulia di sini juga merupakan eksperimen ybs.

    Dari segi cerita, hmm... Pace di sini lebih cepat dan juga lebih tipis. I mean seriously. Rasanya SPT jauh lebih tebal dan lebih padat hurufnya ketimbang ini. Tapi, yah, kalau di SPT ceritanya emang soal basmi naga yang makan waktu bertahun-tahun, span waktu di sini lebih cepat dan rasanya buku ini memang lebih menjadi sebuah pembuka trilogi. Sementara untuk SPT, dia rasanya masih bisa berdiri sendiri (walau tetep masih ada aja misteri yang membuatnya harus dilanjutkan di buku berikutnya).

    Masuk ke dalam ceritanya. Saya merasa kalau si Rozmerga ini terlalu gak punya emosi atau bagaimana? Dia disuruh pergi ke Elir untuk mendamaikan konflik dua kerajaan dan pertama kali terima misi dia cuma bereaksi, "Hah? Aku disuruh mendamaikan konflik dua kerajaan?", habis itu dia ho oh aja, mau ngejalanin misi itu. Err... Ini ngedamaiin dua kerajaan yang sudah lama berkonflik loh, Bu. Mungkin dia memang seorang true believer kali yah. Pendeta Agung ngomong apa, dia ngikut aja.

    Setelah berkenalan sedikit dengan Rozmerga, fokus cerita mulai pindah pada Liarra dan Sigmar. Nah, buat saya di sini ada ketidaksinkronan antara blurb, kover, dan porsi karakter dalam novel. Di blurb, fokus ceritanya ada pada Rozmerga. Di kover, yang pose kece di bagian depan itu si Sigmar sama Liarra dan memang mereka yang dapat porsi lebih besar di dalam Takdir Elir ini. Berasa aneh dan gak fokus aja. Rozmerga yang harusnya tokoh utama, malah jadi sampingan di sini. Kerjanya cuma bawa pasukan, lari dari perampok, terus bawa surat. Gitu doang. Secara keseluruhan, saya gak bisa relate dengan dia. Sama sekali.

    Lanjut ke Raja Althor dan Raja Xaliber. Ini dua orang bener-bener raja dari dua kerajaan yang sudah lama berkonflik bukan sih? Mereka pertama kali bertemu bukannya saling tekan atau saling mengeluarkan aura-aura tidak suka atau bagaimana. Pertama kali bertemu malah:

    "Raja Xaliber. Kau masih saja sulit mengekspresikan perasaanmu, sepertinya?" [...]

    "Sementara kau, Raja Althor, masih saja terlalu mudah mengekspresikan perasaanmu," balas Xaliber datar, namun kemudian menyunggingkan senyum simpul.

    Althor juga ikut tersenyum. [...]


    Nggg.... saya curiga ini dua raja pura-puranya aja mau perang, padahal tiap malam mereka melakukan "pertemuan-pertemuan rahasia". Jadi perangnya ini semacam modus, gitu. *perang kok jadi modus.

    Secara keseluruhan, masih banyak misteri yang memaksa pembaca (yang penasaran) untuk membeli buku kedua trilogi ini. Cuma, secara cerita sejauh ini sih masih biasa aja. Karakter? Ngg... favorit saya sejauh ini sih Liarra, sisanya biasa aja. Walau Sigmar juga cukup menarik sih (runner-up lah).

    Buku kedua? Bolehlah masuk list to-buy (atau ada yang mau ngasih gratis juga boleh *ngarep). Semoga ada lebih banyak aksi yang berarti di buku kedua dan diam2 menunggu lebih banyak "aksi" di antara Xaliber dan Althor. Bisa request Rozmerga dan Liarra juga?.

    Nilai 2.5 bintang untuk novel ini. Dibulatkan ke atas. *lalu buru2 ngacir sebelum ditimpuk karena mengharapkan adegan yang bukan-bukan di buku selanjutnya.

    Buku ini untuk tantangan baca:
    2013 New Authors Reading Challenge
    - 2013 Fantasy Reading Challenge
    - 2013 TBR Pile Reading Challenge

    View all my reviews

  2. 0 comments :

    Post a Comment